Kerajaan Sriwijaya Diserang Kerajaan Cola Dari India Selatan (abad 11 M)
Memasuki pertengahan abad ke 11 M, Sriwijaya diserang oleh Kerajaan Cola dari India Selatan, sehingga sriwijaya kalah dan rajanya ditangkap.
Kerajaan sriwijaya yang telah dijajah oleh cola, lalu situasi dan kondisi tersebut dimanfaatkan oleh suatu kelompok permukiman melayu untuk bangkit.
Kemungkinan, suatu kelompok permukiman Melayu ini adalah sisa-sisa pelarian dari Kerajaan Melayu yang telah dikalahkan oleh Sriwijaya pada zaman dahulu.
Hingga akhirnya pada abad ke 11 Chanpi (atau Jambi) bangkit kembali dari penjajahan Sriwijaya, sehingga Chanpi dapat dikuasai oleh Melayu.
Selanjutnya pengiriman utusan dari Jambi ke China terjadi pada tahun 1079 M, 1082 M, 1084 M, 1090 M, dan 1094 M.
Pengiriman tersebut bermaksud untuk mendapatkan pengakuan dari China atas kekuasan Kerajaan Melayu kembali.
Sampai akhirnya pada tahun 1156 - 1178 M pengakuan dari china muncul.
Keterangan di atas mungkin dapat dikaitkan dengan Gong Perunggu, yaitu artefak yang ditemukan di Candi Muaro Jambi, lebih tepatnya di Candi Kembarbatu.
Temuan tersebut memiliki Prasasti yang ditulis dengan Bahasa dan Aksara China, dengan angka tahun 1231 Masehi.
Merupakan pengakuan kedaulatan Jambi dari pejabat tinggi di China pada masa Dinasti Sung.
Selain itu, di kawasan Candi Muaro Jambi dan DAS Batanghari juga banyak ditemukan keramik - keramik dari masa Dinasti Sung.
Menurut J.G. de Casparis, Sriwijaya dengan Melayu merupakan dua nama kerajaan yang berbeda.
Sebelum Kerajaan Melayu merdeka dari Kerajaan Sriwijaya, sebenarnya eksistensi Kerajaan Melayu ini sudah terjadi sebelum tahun 680 M, sementara eksistensi Kerajaan Sriwijaya ini baru dimulai sesudah (atau setelah) tahun 680 M sampai pertengahan atau akhir abad ke 11 M.
Dapat disimpulkan :
Setelah Sriwijaya telah dikalahkan oleh Cola, lalu Melayu dapat bangkit kembali dan berkuasa dari abad ke 11 M sampai sekitar tahun 1400 M.
Catatan :
Pada tahun 672 Masehi, I-tsing seorang pendeta china melakukan perjalanan dari China ke India.
Ketika dalam perjalanan, I-tsing bersinggah di Sriwijaya selama enam bulan.
Kemudian ia berlayar menuju Melayu (Mo-lo-you) dan tinggal di sana.
Setelah 2 bulan di Melayu, ia melanjutkan perjalanannya ke India.
Pada tahun 685 dalam perjalanan I-tsing untuk pulang kembali dari India ke China, ia kembali berkunjung ke Melayu yang ternyata saat itu Melayu telah menjadi bagian Sriwijaya.
Keterangan dari i-tsing di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar 685 Sriwijaya telah menakhlukkan Melayu.
Sejak saat itu dalam waktu yang lama berita China tidak lagi menyebutkan nama Melayu.
Kemudian menurut N.J. Krom, Prasasti Karang Brahi tahun 686 Masehi, menjadi indikasi atas penakhlukkan Melayu oleh Sriwijaya (Krom, 1931: 117).
Penakhlukkan yang dimaksud menghasilkan hubungan antara atasan (sriwijaya) terhadap bawahan (melayu) yang melayu memberikan upeti kepada sriwijaya sesuai dengan kebutuhan sriwijaya yang memerlukan pendapatan dari pajak dan upeti (Uka Tj. Sasmita, 1992 : 315).
0 comments:
Post a Comment