๐๐ค๐ง๐ฉ๐ง๐๐ฉ ๐ซ๐๐ฃ ๐๐๐ฃ ๐๐๐ฃ๐ฏ๐๐๐ฃ๐ก๐๐๐ ๐ ๐ข๐๐ฃ ๐ฉ๐ ๐ฅ๐๐๐ง๐ ๐ข๐๐ฉ ๐๐๐ซ๐ค๐ก๐, ๐ฌ๐๐๐ง๐ซ๐๐ฃ รฉรฉ๐ฃ ๐๐๐ฃ ๐จ๐๐ง๐๐๐ฉ๐๐จ ๐๐ง๐๐๐๐ฉ, ๐๐ฃ ๐๐๐ฃ ๐๐ค๐ง๐ฅ ๐ค๐ฅ ๐ฝ๐๐ก๐
Foto ini berjudul ๐๐ค๐ง๐ฉ๐ง๐๐ฉ ๐ซ๐๐ฃ ๐๐๐ฃ ๐๐๐ฃ๐ฏ๐๐๐ฃ๐ก๐๐๐ ๐ ๐ข๐๐ฃ ๐ฉ๐ ๐ฅ๐๐๐ง๐ ๐ข๐๐ฉ ๐๐๐ซ๐ค๐ก๐, ๐ฌ๐๐๐ง๐ซ๐๐ฃ รฉรฉ๐ฃ ๐๐๐ฃ ๐จ๐๐ง๐๐๐ฉ๐๐จ ๐๐ง๐๐๐๐ฉ, ๐๐ฃ ๐๐๐ฃ ๐๐ค๐ง๐ฅ ๐ค๐ฅ ๐ฝ๐๐ก๐, menampilkan seorang pria terpandang di Bali yang menunggang kuda, didampingi oleh beberapa pengikutnya, salah satunya membawa sirihtas, tas khas untuk menyimpan sirih atau barang keperluan lainnya. Pria tersebut mengenakan pakaian adat dengan hiasan kepala dan memegang tedung (payung tradisional Bali), yang sering menjadi simbol status sosial atau kebangsawanan. Latar belakang foto menunjukkan lingkungan desa dengan rumah beratap alang-alang, mencerminkan suasana pedesaan Bali pada awal abad ke-20. Sumber: Collectie Tropenmuseum, TMnr 60048983, dengan periode pengambilan gambar antara tahun 1910 dan 1920.






%20(1)-min-min.jpg)

0 comments:
Post a Comment