Social Bar

Popunder

Showing posts with label Archeolgy. Show all posts
Showing posts with label Archeolgy. Show all posts

Monday, July 21, 2025

Arca Dwarapala Singosari (Penjaga Gerbang Kerajaan yang Masih Berdiri Kokoh)

 Arca Dwarapala Singosari 

(Penjaga Gerbang Kerajaan yang Masih Berdiri Kokoh)




Pernahkah kamu melihat patung raksasa yang duduk bersila sambil memegang gada? Itulah Arca Dwarapala, sosok penjaga gerbang dalam budaya Jawa Kuno, dan salah satu yang paling megah ada di Singosari, Malang, Jawa Timur.


Arca ini diperkirakan dibuat pada masa Kerajaan Tumapel, sekitar abad ke-13 Masehi. Dwarapala bukan sembarang patung  ia dipercaya sebagai penjaga sakral gerbang candi atau kompleks kerajaan, berwajah garang namun punya makna pelindung.


Yang menarik, Dwarapala Singosari ukurannya luar biasa besar, sekitar 3,7 meter! Terdapat dua arca yang mengapit jalan menuju situs purbakala Singosari, seolah menyambut dan menjaga siapa pun yang masuk.


Walau sudah ratusan tahun berlalu, arca ini masih berdiri gagah sebagai saksi kejayaan Singhasari di masa lalu. Beberapa ahli percaya, posisinya mengarah ke utara menunjukkan lokasi ibu kota kerajaan kala itu.


Hari ini, Dwarapala tak hanya jadi peninggalan sejarah, tapi juga simbol kekuatan dan keteguhan budaya Jawa Kuno yang tak lekang oleh zaman.




Tuesday, July 1, 2025

Peninggalan Budaya & Jejak Peradaban Di Gunung Galunggung

Peninggalan Budaya & Jejak Peradaban Di Gunung Galunggung 




Di kaki Gunung Galunggung, Tasikmalaya, terdapat berbagai artefak dan peninggalan budaya yang menunjukkan adanya jejak peradaban masa lalu. Beberapa artefak dan situs penting yang ditemukan atau diduga berada di kawasan ini meliputi :


1. Punden Berundak

Lokasi: Beberapa ditemukan di wilayah seperti Salopa, Sukaratu, dan sekitarnya.

Deskripsi: Struktur batu bertingkat yang diduga sebagai tempat pemujaan atau upacara. Biasanya terdiri dari susunan batu besar yang tersusun rapi, mirip dengan struktur megalitikum.

Fungsi: Diduga digunakan oleh masyarakat prasejarah untuk kegiatan ritual atau keagamaan.


2. Batu Tapak (Batu Jejak)

Lokasi: Desa-desa di lereng Galunggung, seperti Sukaratu dan Cisayong.

Deskripsi: Batu besar yang memiliki cekungan menyerupai jejak kaki manusia, sering dianggap sebagai "tapak leluhur" atau peninggalan tokoh spiritual.

Makna: Dipercaya sebagai simbol kedatangan raja, nabi, atau tokoh sakral.


3. Fragmen Alat Batu dan Gerabah

Temuan: Kadang ditemukan saat penggalian atau pembangunan di desa-desa sekitar Galunggung.

Jenis: Gerabah kasar, pecahan tembikar, kapak batu, dan alat dari batu obsidian.

Konteks: Menunjukkan kehidupan permukiman masa lalu di daerah ini.


4. Situs Permukiman Tua

Beberapa warga dan peneliti lokal percaya bahwa wilayah sekitar Galunggung dulu dihuni oleh kerajaan kecil atau pemukiman masyarakat kuno, terutama sebelum letusan besar Galunggung tahun 1822 dan 1982.

Ada legenda tentang Kerajaan Galunggung, yang diyakini pernah berdiri di kawasan itu.


5. Makam Kuno dan Situs Ziarah

Contoh: Makam para tokoh karuhun (leluhur) Sunda dan petilasan raja-raja Sunda, seperti yang berada di daerah Cipanas Galunggung dan sekitarnya.


Fungsi: Tempat ziarah dan penghormatan terhadap leluhur.



Wednesday, March 5, 2025

Gunung Padang Indonesia (10.000 - 25.000 SM)

Gunung Padang Indonesia (10.000 - 25.000 SM)




Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat yang berusia 10.000 - 25.000 Sebelum masehi. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan Warungkondang, di jalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Luas kompleks utamanya kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.


Penemuan

Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan") tahun 1914. Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Setelah sempat "terlupakan", pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede. Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini.


Lokasi

Lokasi situs berbukit-bukit curam dan sulit dijangkau. Kompleksnya memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi. Situs itu dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam. Tempat ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat. Penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi, raja Sunda, berusaha membangun istana dalam semalam.


Fungsi

Fungsi situs Gunungpadang diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun SM. Hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menunjukkan kemungkinan adanya pelibatan musik dari beberapa batu megalit yang ada. Selain Gunungpadang, terdapat beberapa tapak lain di Cianjur yang merupakan peninggalan periode megalitikum/Zaman Batu.


Gunung Padang (Piramida Tertua di Dunia Tersembunyi di Bawah Bumi)




Bagaimana jika piramida tertua di dunia bukan di Mesir tetapi di Indonesia ? Gunung Padang, situs misterius di Jawa Barat, mungkin hanya itu. Meskipun tampak seperti bukit sederhana yang ditutupi tumbuhan lebat, di bawahnya terdapat struktur kuno yang sangat besar yang bisa menulis ulang sejarah manusia.


Studi terbaru menggunakan radar penetrasi tanah (GPR), tomografi seismik, dan penggalian arkeolog menunjukkan bahwa Gunung Padang adalah piramida berlapis-lapis, dibangun selama ribuan tahun. Lapisan paling atas, terlihat hari ini, terdiri dari tiang batu, dinding, jalur, dan ruang terbuka, bertanggal sekitar 3000-3.500 tahun yang lalu (1.000 SM). Tetapi lapisan yang lebih dalam mengungkapkan temuan yang lebih menakjubkan.


Pada kedalaman 3 meter, lapisan kedua blok basalt columnar telah bertanggal antara 7.500 dan 8.300 tahun yang lalu (sekitar 6.000 SM) memedupakan peradaban paling awal yang diketahui. Di bawah ini, lapisan ketiga membentang sedalam 15 meter dan diperkirakan berusia sekitar 9000 tahun. Yang lebih mengherankan lagi, lapisan keempat, menurut penanggal radiokarbon C14, bisa setunua 28.000 tahun mendorong peradaban manusia kembali ke masa yang jauh sebelum sejarah terekam.


Penemuan ini menantang arkeolog arus utama, yang secara tradisional menyatakan bahwa manusia adalah pemburu-pengumpul primitif pada waktu itu. Gunung Padang menyarankan masyarakat maju mungkin telah ada jauh lebih awal dari yang pernah kita bayangkan. Para peneliti percaya bahwa sebelum akhir Zaman Es terakhir, sebuah daratan luas yang disebut Sundaland membentang di Indonesia saat ini. Saat permukaan laut naik 14.000 tahun yang lalu, sebagian besar terendam menyembunyikan ratusan peradaban yang berpotensi hilang di bawah gelombang.


Mungkinkah Gunung Padang menjadi kunci untuk membuka masa lalu kita yang terlupakan? Dengan tiga ruang bawah tanah yang belum dijelajahi, rahasia piramida kuno ini masih menunggu untuk terungkap. 


Tuesday, March 4, 2025

Suku Wajak, Desa Wajak Tulungagung Jawa Timur, Berusia Sejak 500.000 - 1 Juta Tahun

 Suku Wajak, Desa Wajak Tulungagung Jawa Timur, Berusia Sejak 500.000 - 1 Juta Tahun 






Suku Wajak, yang berpusat di Desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur, merupakan salah satu kelompok manusia purba yang memiliki sejarah panjang di Pulau Jawa. Diperkirakan telah ada sejak 500.000 hingga 1 juta tahun yang lalu, Suku Wajak dikenal melalui penemuan fosil Homo sapiens wajakensis. Fosil-fosil ini memberikan bukti kuat mengenai keberadaan mereka dan menggambarkan kehidupan manusia purba di Nusantara.


Penemuan artefak di Desa Wajak mendukung teori bahwa Suku Wajak adalah salah satu kelompok pertama yang mendiami wilayah ini. Namun, sekitar 73.000 tahun yang lalu, Suku Wajak menghilang secara misterius. Salah satu teori yang banyak diterima adalah bahwa letusan dahsyat Gunung Toba menjadi penyebab utama hilangnya mereka. Letusan ini merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah bumi, menyebabkan perubahan iklim global yang berdampak besar pada kehidupan manusia purba di Asia Tenggara.


Selain itu, ada juga teori yang menyebutkan kemungkinan migrasi Suku Wajak ke wilayah lain. Meskipun jejak mereka kini samar, warisan Suku Wajak tetap menjadi bagian penting dari sejarah manusia di Indonesia.



Saturday, March 1, 2025

Mumi Anjing Berusia 3.500 Tahun

 Mumi Anjing Berusia 3.500 Tahun




Seekor anjing mumi berusia 3.500 tahun telah ditemukan, diyakini sebagai hewan peliharaan Firaun Amenhotep II, yang memerintah dari 1927 hingga 1401 SM. Anjing itu dikubur dengan kalungnya, semangkuk air, dan sebotol parfum. Mumi itu terletak di dalam makam KV50, juga dikenal sebagai Makam Hewan, di Lembah Para Raja. Dekat makam dengan makam Firaun Amenhotep II mendukung teori bahwa anjing itu milik penguasa Mesir kuno.

Di Museum Mesir 🇪🇬

Friday, February 28, 2025

Mumi Buaya Berusia 2.500 Tahun

Mumi Buaya Berusia 2.500 Tahun 




Arkeolog Spanyol menemukan makam di Mesir selatan yang berisi sepuluh buaya yang diawetkan, sebuah penemuan luar biasa menurut arkeolog Bea De Cupere dari Royal Belgian Institute of  Natural Sciences. Buaya-buaya ini, yang mungkin digunakan dalam ritual untuk dewa Mesir Sobek, ditemukan di Qubbat al-Hawa pada tahun 2019 oleh para arkeolog dari Universitas Jaén. Makam tersebut, yang berasal dari era pra-Ptolemeus, berisi lima kerangka dan lima tengkorak buaya besar. 

Buaya-buaya tersebut dibungkus dengan kain linen dan daun palem, yang membusuk seiring waktu. Buaya-buaya tersebut tidak ditutupi dengan ter atau aspal, sehingga memungkinkan penelitian yang lebih rinci. 

Buaya terkecil berukuran 1,8 meter, yang terbesar 3,5 meter, termasuk spesies Nil dan Afrika Barat. 

Tiga kerangka hampir lengkap, menunjukkan bahwa mereka awalnya dikubur di tempat lain dan kemudian dipindahkan ke makam. Ikonografi menunjukkan bahwa buaya-buaya tersebut ditangkap dengan jaring dan mungkin tenggelam, mati lemas, atau kepanasan. 

Seekor buaya terawetkan dengan sangat baik sehingga gastrolitnya, batu yang membantu menjaga keseimbangan di dalam air, masih utuh, yang menunjukkan bahwa buaya itu tidak dibedah. De Cupere mengungkapkan kegembiraannya tentang wawasan yang diberikan oleh temuan ini tentang kehidupan Mesir kuno.



Mumi Buaya dari 2.500 Tahun Lalu Ditemukan Di Mesir.

Sebanyak 10 mumi buaya yang berasal dari 2.500 tahun lalu ditemukan di makam Qubbat al-Hawa, Aswan, dekat Sungai Nil, Mesir. Sekilas, mumi-mumi ini tampak seperti buaya yang sedang berenang di lumpur.

Mumi-mumi tersebut tidak sengaja ditemukan peneliti Bea De Cupere dkk yang semula diajak tim ahli Egyptologi Alenjandro Serrano dari University of Jaen, Spanyol. Rencananya, mereka akan meneliti temuan 7 makam kuno kecil di bawah area pembuangan sampah era Byzantium.

Di bawah satu makam terdapat mumi 5 buaya dan 5 kepala buaya di Qubbat al-Hawa itu. Mereka memperkirakan mumi buaya itu merupakan persembahan bagi Dewa Sobek.

Sobek adalah dewa Mesir yang disebut berkaitan dengan buaya Nil dan Afrika Barat, kadang digambarkan berbadan orang dan berkepala buaya. Sobek diperkirakan menguasai kekuatan firaun, pertahanan militer, keamanan, dan kesuburan.

Seperti dilansir dari detikEdu mengutip New York Times, Senin (23/1/2023), dalam budaya Mesir buaya tidak hanya berkaitan dengan dewa tetapi juga menjadi bahan makanan. Lemak buaya juga dipakai sebagai obat nyeri badan hingga kebotakan.

Bea De Cupere, ahli arkeozoologi dari Royal Belgian Institute of Natural Science, menuturkan bahwa ini penelitian mumi buaya pertama yang tidak dibalut berlapis-lapis kain linen dan resin.

Dengan demikian, timnya bisa mengamati langsung permukaan mumi di lokasi penggalian tanpa dibawa ke alat pindai CT-scan dulu. 



Jenis Mumifikasi Tua

De Cupere dkk mendapati cara mumifikasi dan bentuk mumi buaya ini sama sekali baru dari mumi-mumi buaya yang pernah ditemukan. Resin diperkirakan tidak dipakai dalam mumifikasi hewan ini.

Bersama buaya ini ditemukan daun palem (Hyphanene cf. thebaica) yang diperkirakan menjadi pembalut mumi bersama kain linen, lengkap dengan tali pengikatnya, dikutip dari tulisan De Cupere dkk di jurnal Plos One Januari 2023.

Linen dan daun palem digunakan setelah buaya-buaya dikeringkan. Namun, belum diketahui pasti cara pengeringan alami yang digunakan. Dengan tidak adanya jejak resin, bangkai buaya itu diperkirakan kering alami dengan dikubur di tanah berpasir yang panas.

"Dari periode Ptolemaic seterusnya, orang-orang di sana menggunakan resin dalam jumlah yang banyak (untuk mumifikasi)," kata De Cupere.



Rentan Putus di Proses Pemakaman

Dari proses pengeringan dan mumifikasi tersebut, buaya tersebut berada di kondisi rentan rusak dan putus saat dibawa dari lokasi pengeringan ke tempat penguburan di Qubbat al-Hawa.

Bagian mulut mumi buaya dengan taring dan warna kulit masih teridentifikasi. 

Saat ditemukan di penggalian, mumi buaya ini juga sudah tidak dilapisi kain linen. Hanya potongan-potongan selebar 5 cm, diperkirakan karena dimakan serangga.

Berdasarkan cara penyiapan, mumi buaya ini diperkirakan berasal dari era sebelum Ptolemaic, peradaban Yunani kuno di Mesir pada Periode Helenistik yang berdiri pada tahun 350-30 sebelum Masehi.



Ditemukan Kerangka Manusia Berusia 9.000 Tahun

Ditemukan Kerangka Manusia Berusia 9.000 Tahun




Pada tahun 1903, sebuah penemuan luar biasa dilakukan di sebuah gua di Cheddar, Inggris, saat sebuah kerangka yang terpelihara dengan baik ditemukan. 


Diyakini berusia sekitar 9.000 tahun, kerangka ini kemudian dikenal sebagai "Manusia Cheddar." Kerangka ini dianggap sebagai satu set lengkap sisa-sisa manusia tertua yang pernah ditemukan di Inggris, yang memberikan wawasan yang tak ternilai tentang kehidupan prasejarah.


Penemuan Manusia Cheddar telah memberikan banyak informasi kepada para ilmuwan dan arkeolog tentang nenek moyang manusia awal di Inggris. 


Pengawetan kerangka tersebut memungkinkan dilakukannya studi terperinci tentang anatomi manusia awal, yang membantu para peneliti memahami lebih banyak tentang orang-orang yang tinggal di wilayah tersebut selama periode Mesolitikum.


Pentingnya Manusia Cheddar melampaui usianya, karena telah membantu menyusun pola migrasi dan gaya hidup orang Inggris kuno. 


Melalui analisis genetik modern, para ilmuwan juga dapat mempelajari lebih banyak tentang ciri-ciri fisik dan garis keturunan genetiknya, yang berkontribusi pada pemahaman kita tentang evolusi manusia di Kepulauan Inggris.