Social Bar

Popunder

Friday, February 28, 2025

Mumi Buaya Berusia 2.500 Tahun

Mumi Buaya Berusia 2.500 Tahun 




Arkeolog Spanyol menemukan makam di Mesir selatan yang berisi sepuluh buaya yang diawetkan, sebuah penemuan luar biasa menurut arkeolog Bea De Cupere dari Royal Belgian Institute of  Natural Sciences. Buaya-buaya ini, yang mungkin digunakan dalam ritual untuk dewa Mesir Sobek, ditemukan di Qubbat al-Hawa pada tahun 2019 oleh para arkeolog dari Universitas Jaén. Makam tersebut, yang berasal dari era pra-Ptolemeus, berisi lima kerangka dan lima tengkorak buaya besar. 

Buaya-buaya tersebut dibungkus dengan kain linen dan daun palem, yang membusuk seiring waktu. Buaya-buaya tersebut tidak ditutupi dengan ter atau aspal, sehingga memungkinkan penelitian yang lebih rinci. 

Buaya terkecil berukuran 1,8 meter, yang terbesar 3,5 meter, termasuk spesies Nil dan Afrika Barat. 

Tiga kerangka hampir lengkap, menunjukkan bahwa mereka awalnya dikubur di tempat lain dan kemudian dipindahkan ke makam. Ikonografi menunjukkan bahwa buaya-buaya tersebut ditangkap dengan jaring dan mungkin tenggelam, mati lemas, atau kepanasan. 

Seekor buaya terawetkan dengan sangat baik sehingga gastrolitnya, batu yang membantu menjaga keseimbangan di dalam air, masih utuh, yang menunjukkan bahwa buaya itu tidak dibedah. De Cupere mengungkapkan kegembiraannya tentang wawasan yang diberikan oleh temuan ini tentang kehidupan Mesir kuno.



Mumi Buaya dari 2.500 Tahun Lalu Ditemukan Di Mesir.

Sebanyak 10 mumi buaya yang berasal dari 2.500 tahun lalu ditemukan di makam Qubbat al-Hawa, Aswan, dekat Sungai Nil, Mesir. Sekilas, mumi-mumi ini tampak seperti buaya yang sedang berenang di lumpur.

Mumi-mumi tersebut tidak sengaja ditemukan peneliti Bea De Cupere dkk yang semula diajak tim ahli Egyptologi Alenjandro Serrano dari University of Jaen, Spanyol. Rencananya, mereka akan meneliti temuan 7 makam kuno kecil di bawah area pembuangan sampah era Byzantium.

Di bawah satu makam terdapat mumi 5 buaya dan 5 kepala buaya di Qubbat al-Hawa itu. Mereka memperkirakan mumi buaya itu merupakan persembahan bagi Dewa Sobek.

Sobek adalah dewa Mesir yang disebut berkaitan dengan buaya Nil dan Afrika Barat, kadang digambarkan berbadan orang dan berkepala buaya. Sobek diperkirakan menguasai kekuatan firaun, pertahanan militer, keamanan, dan kesuburan.

Seperti dilansir dari detikEdu mengutip New York Times, Senin (23/1/2023), dalam budaya Mesir buaya tidak hanya berkaitan dengan dewa tetapi juga menjadi bahan makanan. Lemak buaya juga dipakai sebagai obat nyeri badan hingga kebotakan.

Bea De Cupere, ahli arkeozoologi dari Royal Belgian Institute of Natural Science, menuturkan bahwa ini penelitian mumi buaya pertama yang tidak dibalut berlapis-lapis kain linen dan resin.

Dengan demikian, timnya bisa mengamati langsung permukaan mumi di lokasi penggalian tanpa dibawa ke alat pindai CT-scan dulu. 



Jenis Mumifikasi Tua

De Cupere dkk mendapati cara mumifikasi dan bentuk mumi buaya ini sama sekali baru dari mumi-mumi buaya yang pernah ditemukan. Resin diperkirakan tidak dipakai dalam mumifikasi hewan ini.

Bersama buaya ini ditemukan daun palem (Hyphanene cf. thebaica) yang diperkirakan menjadi pembalut mumi bersama kain linen, lengkap dengan tali pengikatnya, dikutip dari tulisan De Cupere dkk di jurnal Plos One Januari 2023.

Linen dan daun palem digunakan setelah buaya-buaya dikeringkan. Namun, belum diketahui pasti cara pengeringan alami yang digunakan. Dengan tidak adanya jejak resin, bangkai buaya itu diperkirakan kering alami dengan dikubur di tanah berpasir yang panas.

"Dari periode Ptolemaic seterusnya, orang-orang di sana menggunakan resin dalam jumlah yang banyak (untuk mumifikasi)," kata De Cupere.



Rentan Putus di Proses Pemakaman

Dari proses pengeringan dan mumifikasi tersebut, buaya tersebut berada di kondisi rentan rusak dan putus saat dibawa dari lokasi pengeringan ke tempat penguburan di Qubbat al-Hawa.

Bagian mulut mumi buaya dengan taring dan warna kulit masih teridentifikasi. 

Saat ditemukan di penggalian, mumi buaya ini juga sudah tidak dilapisi kain linen. Hanya potongan-potongan selebar 5 cm, diperkirakan karena dimakan serangga.

Berdasarkan cara penyiapan, mumi buaya ini diperkirakan berasal dari era sebelum Ptolemaic, peradaban Yunani kuno di Mesir pada Periode Helenistik yang berdiri pada tahun 350-30 sebelum Masehi.



0 comments:

Post a Comment