Social Bar

Popunder

Friday, February 28, 2025

Mumi Buaya Berusia 2.500 Tahun

Mumi Buaya Berusia 2.500 Tahun 




Arkeolog Spanyol menemukan makam di Mesir selatan yang berisi sepuluh buaya yang diawetkan, sebuah penemuan luar biasa menurut arkeolog Bea De Cupere dari Royal Belgian Institute of  Natural Sciences. Buaya-buaya ini, yang mungkin digunakan dalam ritual untuk dewa Mesir Sobek, ditemukan di Qubbat al-Hawa pada tahun 2019 oleh para arkeolog dari Universitas Jaén. Makam tersebut, yang berasal dari era pra-Ptolemeus, berisi lima kerangka dan lima tengkorak buaya besar. 

Buaya-buaya tersebut dibungkus dengan kain linen dan daun palem, yang membusuk seiring waktu. Buaya-buaya tersebut tidak ditutupi dengan ter atau aspal, sehingga memungkinkan penelitian yang lebih rinci. 

Buaya terkecil berukuran 1,8 meter, yang terbesar 3,5 meter, termasuk spesies Nil dan Afrika Barat. 

Tiga kerangka hampir lengkap, menunjukkan bahwa mereka awalnya dikubur di tempat lain dan kemudian dipindahkan ke makam. Ikonografi menunjukkan bahwa buaya-buaya tersebut ditangkap dengan jaring dan mungkin tenggelam, mati lemas, atau kepanasan. 

Seekor buaya terawetkan dengan sangat baik sehingga gastrolitnya, batu yang membantu menjaga keseimbangan di dalam air, masih utuh, yang menunjukkan bahwa buaya itu tidak dibedah. De Cupere mengungkapkan kegembiraannya tentang wawasan yang diberikan oleh temuan ini tentang kehidupan Mesir kuno.



Mumi Buaya dari 2.500 Tahun Lalu Ditemukan Di Mesir.

Sebanyak 10 mumi buaya yang berasal dari 2.500 tahun lalu ditemukan di makam Qubbat al-Hawa, Aswan, dekat Sungai Nil, Mesir. Sekilas, mumi-mumi ini tampak seperti buaya yang sedang berenang di lumpur.

Mumi-mumi tersebut tidak sengaja ditemukan peneliti Bea De Cupere dkk yang semula diajak tim ahli Egyptologi Alenjandro Serrano dari University of Jaen, Spanyol. Rencananya, mereka akan meneliti temuan 7 makam kuno kecil di bawah area pembuangan sampah era Byzantium.

Di bawah satu makam terdapat mumi 5 buaya dan 5 kepala buaya di Qubbat al-Hawa itu. Mereka memperkirakan mumi buaya itu merupakan persembahan bagi Dewa Sobek.

Sobek adalah dewa Mesir yang disebut berkaitan dengan buaya Nil dan Afrika Barat, kadang digambarkan berbadan orang dan berkepala buaya. Sobek diperkirakan menguasai kekuatan firaun, pertahanan militer, keamanan, dan kesuburan.

Seperti dilansir dari detikEdu mengutip New York Times, Senin (23/1/2023), dalam budaya Mesir buaya tidak hanya berkaitan dengan dewa tetapi juga menjadi bahan makanan. Lemak buaya juga dipakai sebagai obat nyeri badan hingga kebotakan.

Bea De Cupere, ahli arkeozoologi dari Royal Belgian Institute of Natural Science, menuturkan bahwa ini penelitian mumi buaya pertama yang tidak dibalut berlapis-lapis kain linen dan resin.

Dengan demikian, timnya bisa mengamati langsung permukaan mumi di lokasi penggalian tanpa dibawa ke alat pindai CT-scan dulu. 



Jenis Mumifikasi Tua

De Cupere dkk mendapati cara mumifikasi dan bentuk mumi buaya ini sama sekali baru dari mumi-mumi buaya yang pernah ditemukan. Resin diperkirakan tidak dipakai dalam mumifikasi hewan ini.

Bersama buaya ini ditemukan daun palem (Hyphanene cf. thebaica) yang diperkirakan menjadi pembalut mumi bersama kain linen, lengkap dengan tali pengikatnya, dikutip dari tulisan De Cupere dkk di jurnal Plos One Januari 2023.

Linen dan daun palem digunakan setelah buaya-buaya dikeringkan. Namun, belum diketahui pasti cara pengeringan alami yang digunakan. Dengan tidak adanya jejak resin, bangkai buaya itu diperkirakan kering alami dengan dikubur di tanah berpasir yang panas.

"Dari periode Ptolemaic seterusnya, orang-orang di sana menggunakan resin dalam jumlah yang banyak (untuk mumifikasi)," kata De Cupere.



Rentan Putus di Proses Pemakaman

Dari proses pengeringan dan mumifikasi tersebut, buaya tersebut berada di kondisi rentan rusak dan putus saat dibawa dari lokasi pengeringan ke tempat penguburan di Qubbat al-Hawa.

Bagian mulut mumi buaya dengan taring dan warna kulit masih teridentifikasi. 

Saat ditemukan di penggalian, mumi buaya ini juga sudah tidak dilapisi kain linen. Hanya potongan-potongan selebar 5 cm, diperkirakan karena dimakan serangga.

Berdasarkan cara penyiapan, mumi buaya ini diperkirakan berasal dari era sebelum Ptolemaic, peradaban Yunani kuno di Mesir pada Periode Helenistik yang berdiri pada tahun 350-30 sebelum Masehi.



Ditemukan Kerangka Manusia Berusia 9.000 Tahun

Ditemukan Kerangka Manusia Berusia 9.000 Tahun




Pada tahun 1903, sebuah penemuan luar biasa dilakukan di sebuah gua di Cheddar, Inggris, saat sebuah kerangka yang terpelihara dengan baik ditemukan. 


Diyakini berusia sekitar 9.000 tahun, kerangka ini kemudian dikenal sebagai "Manusia Cheddar." Kerangka ini dianggap sebagai satu set lengkap sisa-sisa manusia tertua yang pernah ditemukan di Inggris, yang memberikan wawasan yang tak ternilai tentang kehidupan prasejarah.


Penemuan Manusia Cheddar telah memberikan banyak informasi kepada para ilmuwan dan arkeolog tentang nenek moyang manusia awal di Inggris. 


Pengawetan kerangka tersebut memungkinkan dilakukannya studi terperinci tentang anatomi manusia awal, yang membantu para peneliti memahami lebih banyak tentang orang-orang yang tinggal di wilayah tersebut selama periode Mesolitikum.


Pentingnya Manusia Cheddar melampaui usianya, karena telah membantu menyusun pola migrasi dan gaya hidup orang Inggris kuno. 


Melalui analisis genetik modern, para ilmuwan juga dapat mempelajari lebih banyak tentang ciri-ciri fisik dan garis keturunan genetiknya, yang berkontribusi pada pemahaman kita tentang evolusi manusia di Kepulauan Inggris.



POINT CONSULTANT

 POINT CONSULTANT





VISI MISI NILAI DAN TUJUAN
Point Consultant merupakan perusahaan jasa dan produksi memberian pelayanan dan berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien dalam bidang konsultasi bisnis secara professional (professional Business Advisory) yang dalam penerapannya secara berbasis, berorientasi pada kekuatan Sumber Daya Manusia (Man-Oriented) dan peralatan, sistim Teknologi Informasi (Information Technology System- Oriented) Man Oriented merupakan bentuk pelayanan dengan pendekatan atas pemanfaatan keterampilan kerja (work - skill) Sumber Daya Manusia seperti konsultasi jasa bisnis (Business Service Consultation) maupun seni skill yakni jasa penyediaan tenaga kerja, penyelesaian laporan pajak, dll. 

Sedangkan information technology system - oriented meliputi keterampilan kerja dan keahlian di bidang jasa computer, seperti : Sistem Design atau perangkat lunak (software) dan jasa pelayanan perangkat keras (hardware).

Point Consultant melayani :

1. MANAJEMEN
2. FINANCIAL & ACCOUNTING
3. TAX / PAJAK
4.  SURVEY, SAMPLING, PEMETAAN, ANALYS, KAJIAN
5.  HUKUM / LBH (mediator)
6.  I T & Consultant Website
7.  E O
8.  PROPERTY, RETAIL DISTRIBUSI, SUPPLY & DEMAND
9. MARKETING
10. MOTIVASI PRIVATE 
11. BIRO JASA, AGENT, OUTSOURSING, SECURITY & MEDIATOR
12. GENERAL CONTRACTOR 

Penawaran produk dan pendekatan tersebut di atas adalah prinsip dan komitmen pelayanan Point Consultant Kediri dalam rangka memberi kepuasan kepada klien. 

Artinya, bisnis utama perusahaan ini adalah ditentukan oleh tersedianya : tenaga ahli dan tenaga terampil serta perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware) dan jasa pelatihan di bidang bisnis terkait yang dimilikinya.


POINT CONSULTANT
Untuk mencapai visi misi kami telah menjalankan aktifitas-aktivitas organisasi di perusahaan Point Consultant :

https://www.pointconsultantkdr.blogspot.com/

https://www.pointconsultant3.blogspot.com/

https://pointcenter9.blogspot.com/

http://www.pointcenterkediri.blogspot.com/

https://www.syehhakediri.blogspot.com/

https://www kantisuci.blogspot.com/

https://www.grahamuktikediri.blogspot.com/?m=1

https://www pancaintiteknik.blogspot.com/

https://www.majapahit2010.blogspot.com/

http://www.andromedagrandcenter.blogspot.com/


Ada ukuran parameter filosofi, visi, misi, nilai dan tujuan sebagai berikut :

FILOSOFI
Kepuasan, kebahagian, kedamaian, tercapainya targetnya, klien merupakan bisnis utama Point Consultant Kediri


VISI
1. Menjadi salah satu perusahaan konsultan manajemen, financial & strategic business yang dapat memberikan kontribusi besar bagi pembangunan Indonesia.
2. Menjadi Perusahaan Konsultan Nasional yang Inspiratif, Briliant dan Berkualitas


MISI
1. Menjadi Partner bagi perusahaan yang ingin mencari penyelesaian permasalahan.
2. Memberikan pelayanan jasa konsultasi, penelitian dan pengembangan yang terbaik, bermutu tinggi ,berkualitas dan tepat waktu.
3. Membantu klien mengembangkan ide-ide kreatif, gagasan inovatif, pemikiran inspiratif dan memberikan solusi secara briliant


NILAI
Profesionalisme, transparansi, kejujuran, kepercayaan dan komitmen


TUJUAN
1. Melayani Klien dengan kebutuhan jasa-jasa konsultasi maupun jasa-jasa pemanfaatan yang efisien dalam penggunaan skill / semi skill work yang juga ditunjang oleh perangkat keras maupun perangkat lunak agar mampu memberikan hasil kerja dengan standar profesionalisme terbaik.
2. Memberikan pelayanan jasa konsultasi, penelitian dan pengembangan yang terbaik, bermutu tinggi ,berkualitas dan tepat waktu. Membantu klien mengembangkan ide-ide kreatif, gagasan inovatif, pemikiran inspiratif dan memberikan solusi secara briliant.


SIMBOL & LOGO POINT CONSULTANT 








Contact person :
+62 857 3217 2022


Paypal :
https://paypal.me/syehhakediri1


Nomor Rekening bank BRI :
6278 01 018151 53 3
a/n. R. TRI PRIYO NUGROHO, S Sos


OVO :
+62 857 3217 2022



Owner 



HIMNI (Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia)

 HIMNI 

(Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia)




Sebagaimana Anggaran Dasar Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI) yang telah dikukuhkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Nomor : C-26.HT.01.03.TH.2005; dan selanjutnya diperbaruhi dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia R.I. Nomor : AHU-0000108.AH.01.08.TAHUN 2019; bahwa HIMNI adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat independent dan keilmuan, yang berdasarkan Pancasila dan berlandaskan Undang-undang Dasar 1945, dengan tujuan untuk memajukan, mengembangkan dan membudayakan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) nuklir dalam rangka menyukseskan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.


Organisasi HIMNI terdiri dari, Pengurus Pusat; Pengurus Daerah; dan Dewan Pembina. Dimana struktur organisasinya disesuaikan dengan tingkatan wilayah Administratif pemerintahan, akademis, kemasyakatan dan lain-lain.


Keanggotaan HIMNI bersifat perseorangan dan terdiri atas anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan.


Anggota biasa adalah Warga Negara Indonesia, yang mempunyai keahlian yang terkait dengan berbagai bidang nuklir atau yang menaruh minat untuk memajukan, mengembangkan dan memasyarakatkan Iptek nuklir di Indonesia pada umumnya dan untuk memajukan organisasi pada khususnya.


Anggota luar biasa adalah tokoh masyarakat Indonesia yang dianggap berjasa bagi pemasyarakatan Iptek nuklir di Indonesia yang keanggotaannya dapat di mintakan atas usul pengurus atau sejumlah anggota biasa.


Anggota kehormatan adalah orang-orang yang dianggap berjasa bagi kemajuan dan pengembangan Iptek nuklir di Indonesia yang keanggotaannya dapat dimintakan atas usul pengurus pusat atau sejumlah anggota biasa.


Warga Negara Asing lainnya yang memenuhi syarat Hukum yang di tetapkan di Indonesia.


Dan keanggotaan seseorang hilang bila meninggal dunia, diberhentikan atau atas permintaan sendiri secara tertulis.


Pada tanggal 11 April 2019 telah dikukuhkan Kepengurusan HIMNI periode 2019-2024 oleh Dewan Pendiri di Jakarta, dengan sebaran anggota dari berbagai kalangan baik dari akademisi, peneliti, pengusaha dan profesi.



Wednesday, February 26, 2025

PERTAPIN

 PERTAPIN 




KLIK PERTAPIN DISINI :

https://pertapin.or.id/


PERKOPINDO

 PERKOPINDO





Mewujudkan kontraktor yang professional dan berdaya saing dibidang jasa pelaksana konstruksi dalam rangka mewujudkan kehidupan dunia usaha Nasional yang berdaya saing tinggi.


Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan usaha bagi kepentingan anggota PERKOPINDO sebagai pelaku-pelaku ekonomi Nasional dibidang jasa pelaksana konstruksi yang berdaya saing tinggi;

Membina hubungan dengan konsep dan program kemitraan yang sinergis dengan pelaku sebagai penyedia jasa dan jasa pelaksana bersifat spesialisasi, keahlian dengan instansi pemerintah pada khususnya, baik tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota;



Silahkan Bergabung :




DAFTAR

Hubungi kami untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dalam persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk bergabung dengan PERKOPINDO



PERSYARATAN




Silahkan serahkan persyaratan-persayaratan yang dibutuhkan sesuai dengan informasi yang didaptkan saat menghubungi kami sebelumnya


KTA




Setelah persyaratan terpenuhi maka anda berhak mendapatkan Kartu Tanda Anggota PERKOPINDO yang bisa di cek legalitasnya secara online




Tuesday, February 25, 2025

Bambang Soesatyo, Kunjungi Bengkel UKM di Bandung, Dorong Peningkatan Industri Restorasi Kendaraan Klasik Indonesia

 Bambang Soesatyo, Kunjungi Bengkel UKM di Bandung, Dorong Peningkatan Industri Restorasi Kendaraan Klasik Indonesia





BANDUNG - Anggota DPR RI sekaligus Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bambang Soesatyo menuturkan industri restorasi kendaraan klasik di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Dengan meningkatnya minat terhadap mobil klasik, permintaan atas jasa restorasi juga akan terus meningkat. Namun, pelaku bisnis juga harus menghadapi tantangan seperti ketersediaan suku cadang dan keahlian khusus. Dengan strategi yang tepat, bisnis restorasi kendaraan klasik dapat menjadi investasi yang menguntungkan dan berkontribusi pada pelestarian warisan otomotif Indonesia.


"Di era modern ini, kendaraan tidak lagi hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tetapi juga menjadi simbol status, gaya hidup, bahkan investasi. Hal ini mendorong peningkatan minat terhadap mobil klasik, baik sebagai koleksi pribadi maupun investasi. Kondisi ini menciptakan peluang bisnis yang menjanjikan di sektor restorasi kendaraan klasik di Indonesia," ujar Bamsoet usai mengunjungi bengkel restorasi kendaraan Retouch Pro di Bandung, Selasa (25/2/25).


Ketua MPR RI ke-15 dan Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, permintaan akan jasa restorasi mobil klasik di Indonesia terus meningkat seiring dengan bertambahnya penggemar dan kolektor mobil klasik. Komunitas mobil klasik yang berkembang pesat di Indonesia menjadi pasar potensial bagi bisnis restorasi. Anggota komunitas seringkali mencari jasa restorasi untuk mobil-mobil klasik mereka. Menurut Lembaga Riset Otomotif Indonesia, pertumbuhan industri restorasi mobil klasik di Indonesia bisa mencapai 12-15% per tahun.


"Mobil klasik memiliki nilai historis dan sentimental yang tinggi bagi para penggemarnya. Banyak kolektor yang mencari mobil klasik untuk melengkapi koleksi mereka. Restorasi memungkinkan para penggemar mobil klasik untuk menghidupkan kembali kenangan dan memiliki mobil impian mereka," kata Bamsoet. 


Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menambahkan, mobil klasik yang direstorasi dengan baik memiliki nilai investasi yang tinggi. Harga jual mobil klasik dapat meningkat secara signifikan setelah direstorasi, menjadikannya sebagai aset yang menarik. 


Mobil klasik juga menjadi simbol gaya hidup. Restorasi memungkinkan pemiliknya untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan kecintaan mereka pada otomotif.


"Tantangan dalam bisnis restorasi kendaraan klasik utamanya ketersediaan suku cadang mobil klasik yang seringkali sulit ditemukan dan mahal. Selain itu, restorasi mobil klasik membutuhkan keahlian khusus dan pengalaman yang tidak dimiliki oleh semua mekanik. Karenanya, biaya restorasi mobil klasik bisa sangat mahal, tergantung pada kondisi mobil dan jenis restorasi yang diinginkan," pungkas Bamsoet. (POINT CENTER)




Monday, February 24, 2025

Hoesein Djajadiningrat Orang Indonesia Pertama Meraih Gelar Doktor

 Hoesein Djajadiningrat Orang Indonesia Pertama Meraih Gelar Doktor




Hoesein Djajadiningrat adalah orang Indonesia pertama yang meraih gelar doktor. Ia lahir pada 8 Desember 1886 di Kramat Watu, Serang, Banten. 


Riwayat pendidikan: 

Lulus dari Hoogere Burgerschool (HBS)

Melanjutkan pendidikan ke Leiden University, Belanda

Memperoleh gelar doktor pada 3 Mei 1913


Karya tulis : 

Disertasi berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten yang membahas pandangan kritis terhadap sejarah Banten


Pencapaian : 

Salah satu pelopor tradisi keilmuan di Indonesia

Pribumi Indonesia pertama yang menjadi guru besar

Ahli keislaman yang terkenal pada masa hidupnya

Bapak metodologi penelitian sejarah Indonesia


Kiprah : 

Mengajar Recht Hoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Batavia

Mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI)

Membuka mata kuliah Islamologi di Fakultas Ilmu Budaya UI





Sumber referensi :

https://www.facebook.com/100007146788815/posts/pfbid02wQhwUoWWJdcKA5HPcWPYKsH3bvZ3Z33Vo7Wzm1oxp7TiTcfENnhBn5TTbfkPWndKl/

CC : @Sejarah Cirebon

Gunung Padang, a mysterious site in West Java

Gunung Padang, a mysterious site in West Java





Gunung Padang : The World's Oldest Pyramid Hidden Beneath the Earth

What if the oldest pyramid in the world wasn’t in Egypt but in Indonesia ? 

Gunung Padang, a mysterious site in West Java, may be just that. Although it appears as a simple hill covered in dense vegetation, beneath its surface lies a massive ancient structure one that could rewrite human history.


Recent studies using ground-penetrating radar (GPR), seismic tomography, and archaeological excavations suggest that Gunung Padang is a multi-layered pyramid, constructed over thousands of years. The uppermost layer, visible today, consists of stone columns, walls, pathways, and open spaces, dated to around 3,000–3,500 years ago (1,000 BC). But deeper layers reveal even more astonishing findings.


At a depth of 3 meters, a second layer of columnar basalt blocks has been dated to between 7,500 and 8,300 years ago (around 6,000 BC)—predating the earliest known civilizations. Beneath this, a third layer extends 15 meters deep and is estimated to be around 9,000 years old. Even more astonishingly, a fourth layer, according to C14 radiocarbon dating, could be as ancient as 28,000 years pushing human civilization back to a time long before recorded history.


This discovery challenges mainstream archaeology, which traditionally holds that humans were primitive hunter-gatherers at that time. Gunung Padang suggests advanced societies may have existed far earlier than we ever imagined. Researchers believe that before the end of the last Ice Age, a vast landmass called Sundaland stretched across present-day Indonesia. As sea levels rose 14,000 years ago, much of it was submerged hiding potentially hundreds of lost civilizations beneath the waves.


Could Gunung Padang be the key to unlocking our forgotten past? With three underground chambers yet to be explored, the secrets of this ancient pyramid are still waiting to be revealed.




Uji Kandidat Doktor Ilmu Hukum Universitas Udayana Bali, Bamsoet Ingatkan Pentingnya Tata Kelola Pariwisata Bali Berkelanjutan

 Uji Kandidat Doktor Ilmu Hukum Universitas Udayana Bali, Bamsoet Ingatkan Pentingnya Tata Kelola Pariwisata Bali Berkelanjutan












BALI - Anggota DPR RI sekaligus Dosen Tetap Pascasarjana Program Studi Doktor Ilmu Hukum Universitas Borobudur, Universitas Pertahanan (UNHAN) dan Universitas Jayabaya Bambang Soesatyo menuturkan Bali dengan keindahan alamnya, budaya yang kaya, dan masyarakat yang ramah, telah menjadi ikon pariwisata dunia. Namun, popularitas ini juga membawa tantangan. Tekanan terhadap lingkungan, perubahan sosial budaya, dan fluktuasi ekonomi menjadi perhatian utama. Karena itu, konsep pariwisata berkelanjutan menjadi krusial bagi masa depan Bali.


"Tata kelola sumber daya pariwisata yang baik merupakan kunci utama untuk mencapai pariwisata Bali yang berkelanjutan. Dengan melibatkan masyarakat lokal, melestarikan budaya dan lingkungan, serta menerapkan regulasi yang tepat dan ketat, Bali dapat terus menjadi destinasi pariwisata yang menarik tanpa mengorbankan sumber daya yang dimilikinya. Melalui upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan stakeholders pariwisata, Bali dapat menjadi contoh global dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan," ujar Bamsoet.


Hal tersebut disampaikan Bamsoet saat menjadi penguji Kandidat Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Udayana Bali, A.A Bagus Adhi Mahendra Putra dengan disertasi 'Transformasi Tata Kelola Sumber Daya Pariwisata Dalam Pengaturan Pariwisata Bali Berkelanjutan', di Kampus Universitas Udayana Bali, Senin (24/2/24).


Ketua MPR RI ke-15 dan Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, budaya dan adat istiadat Bali merupakan daya tarik utama bagi wisatawan. Desa Adat, sebagai unit sosial dan budaya terkecil di Bali, memegang peran penting dalam menjaga dan melestarikan tradisi ini. Setiap Desa Adat memiliki aturan dan norma yang mengatur kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal pariwisata. Misalnya, upacara adat, tarian tradisional, dan ritual keagamaan sering menjadi atraksi wisata yang menarik minat wisatawan.


Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menegaskan, tanpa tata kelola yang baik, eksploitasi budaya dapat terjadi. Semisal, beberapa upacara adat yang seharusnya bersifat sakral telah dikomersialkan untuk kepentingan pariwisata. Hal ini dapat mengikis makna sebenarnya dari tradisi tersebut dan merusak nilai-nilai budaya yang telah dijaga turun-temurun. 


"Karena itu, penting untuk melibatkan Desa Adat dalam pengambilan keputusan terkait pariwisata. Sehingga mereka dapat memastikan bahwa budaya mereka dikelola dengan cara yang menghormati nilai-nilai tradisional," ujar Bamsoet.


Ketua Komisi III DPR RI ke-7 dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini memaparkan, Subak sebagai sistem pengairan tradisional Bali yang telah diakui sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO, merupakan contoh nyata dari tata kelola lingkungan yang berkelanjutan. Subak tidak hanya mengatur distribusi air untuk pertanian, tetapi juga mencerminkan filosofi Tri Hita Karana, yaitu harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Sistem ini telah berhasil menjaga kelestarian lingkungan dan ketahanan pangan di Bali selama berabad-abad.


Tetapi, perkembangan pariwisata yang pesat telah menimbulkan tekanan pada sistem Subak. Konversi lahan pertanian menjadi hotel, villa, dan fasilitas pariwisata lainnya telah mengurangi luas lahan pertanian dan mengganggu keseimbangan ekosistem. Selain itu, peningkatan kebutuhan air untuk pariwisata seringkali mengorbankan kebutuhan air untuk pertanian. 


"Untuk mengatasi hal ini, pemerintah dan stakeholders pariwisata harus bekerja sama untuk melestarikan Subak dan lingkungan. Misalnya, dengan membatasi pembangunan fasilitas pariwisata di daerah pertanian dan menerapkan kebijakan pengelolaan air yang berkelanjutan," urai Bamsoet.


Wakil Ketua Umum/Kepala Badan Bela Negara FKPPI dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menambahkan, terdapat beberapa tantangan utama yang dihadapi Bali dalam mencapai pariwisata berkelanjutan. Antara lain over tourism, degradasi lingkungan serta komersialisasi budaya. 


Bali menerima jutaan wisatawan setiap tahunnya yang menimbulkan tekanan besar pada infrastruktur, lingkungan, dan masyarakat lokal. Pada tahun 2024, Bali mencatat lebih dari 6,3 juta kunjungan wisatawan mancanegara, belum termasuk wisatawan domestik. Hal ini menyebabkan kemacetan, polusi, dan penurunan kualitas lingkungan.

  

Selain itu, pembangunan fasilitas pariwisata yang tidak terkendali telah menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti pencemaran air, erosi tanah, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Semisal, pencemaran di Pantai Kuta dan Seminyak telah menjadi masalah serius yang memengaruhi ekosistem laut.


"Karenanya, tata kelola sumber daya pariwisata yang efektif adalah kunci untuk mewujudkan pariwisata Bali yang berkelanjutan. Dengan melindungi budaya, lingkungan, dan masyarakatnya, Bali dapat terus menjadi destinasi impian bagi wisatawan sekaligus memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang," pungkas Bamsoet. (*)



Prof. Dr. KH Abdul Kahar Mudzakkir

 Prof. Dr. KH Abdul Kahar Mudzakkir






Prof. Dr. KH Abdul Kahar Mudzakkir (1907-1973) adalah seorang tokoh Islam, aktivis, guru, dan pahlawan nasional Indonesia. Ia dikenal sebagai Rektor Magnificus pertama Universitas Islam Indonesia (UII). 


Pendidikan dan Karier  

- Lahir di Kotagede, Yogyakarta pada 16 April 1907

- Menempuh pendidikan di sekolah Muhammadiyah Kotagede, Pesantren Mambaul Ulum Solo, Pesantren Jamseren Solo, dan Pesantren Tremas Pacitan

- Melanjutkan pendidikan ke Fakultas Darul Ulum Universitas Fuad di Kairo

- Aktif di berbagai forum kemahasiswaan Indonesia

- Mendirikan Jamiyyat yubban al-Muslimin atau Persatuan Pemuda Muslim Sedunia

- Mendirikan Perhimpunan Indonesia Raya



Peran dalam perjuangan kemerdekaan 

- Anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

- Aktif memperkenalkan perjuangan kemerdekaan Indonesia ke Timur Tengah

- Bertindak sebagai Sekretaris Kongres Islam se-Dunia di Baitul Maqdis (Palestina)



Peran Dalam Muhammadiyah 

- Direktur Madrasah Mualimin

- Aktif di Pemuda Muhammadiyah dan Majelis Pembina Kesejahteraan Umat (PKU)



Penghargaan 

Pada 8 November 2019, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Prof. Dr. KH Abdul Kahar Mudzakkir



Prof. Dr. KH Abdul Kahar Mudzakkir

(Sang Jembatan Antar Pemikiran)

Beliau memang tokoh yg unik di dunia Islam Indonesia, karena menjadi jembatan pemahaman & pemikiran bagi dua ormas terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. 


Abdul Kahar Mudzakkir dilahirkan di daerah Playen, Gunung Kidul pd tgl 16 April 1907. Abdul Kahar Mudzakkir adalah anak dari pasangan KH Mudzakkir dan Nyai Chotidjah. 

KH Mudzakkir sendiri adalah anak dari KH Abdullah Rosyad dan merupakan anak dari Kyai Hasan Besari, yg menjadi salah satu panglima militer dari Pangeran Diponegoro untuk daerah Kedu. 

Beliau tumbuh besar di Kotagede yg saat itu adalah satu pusat ekonomi & salah satu pusat kajian Islam terkemuka di Jawa. 


KH Mudzakkir sendiri adalah kakak dari KH Muhammad Munawwir, yg merupakan pendiri pondok pesantren Krapyak, sehingga Abdul Kahar Mudzakkir adalah keponakan langsung dari KH Muhammad Munawwir. Bahkan Abdul Kahar Mudzakkir ikut mengaji & mempelajari ilmu al-Qur’an langsung dari pamannya selama beberapa tahun.


Abdul Kahar Mudzakkir kemudian melanjutkan pendidikannya ke pondok pesantren Tebu Ireng, di bawah bimbingan langsung KH Hasyim Asy’ari selama 14 bulan. Studinya di Tebu Ireng inilah, yg mengantarkannya pd persahabatan erat dg KH A. Wahid Hasyim. 


Beliau melanjutkan studinya ke pondok pesantren Tremas di Pacitan & pondok pesantren Jamsaren di Surakarta. Ketika berusia 17 th, beliau belajar di Kairo & menyelesaikan studinya di Universitas al-Azhar pd th 1927. Beliau pulang ke Indonesia pada 1938.


Beliau pernah menjadi anggota Shumubu hingga th 1945. Sebagai salah satu orang yg berpengaruh di dunia Islam Modernis Indonesia, beliau diangkat menjadi anggota Tim Sembilan bersama koleganya yg mewakili kaum tradisionalis, KH A. Wahid Hasyim. 

Tercatat beliau pernah menjabat rektor pertama dari Universitas IsIam Indonesia (1948-1960) & guru besar di situ. 


Beliau wafat pada 2-12-1973 dan dimakamkan di TPU Boharen, Kotagede. 

Beliau diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada tahun 2009. Prosesi pemakaman dari masjid Agung Kotagede.



Mengenang Pahlawan Nasional, Beliau Seorang Pejuang Bangsa Almarhum Prof. KH. A. Kahar Muzakkir


Massa yang mengantar jenazah almarhum Prof. KH. A. Kahar Muzakkir. Foto: Muhibbah Penelitian dan Pustaka HIMMAH, Desember 2, 2022


Naskah “Mengenang Seorang Pejuang Bangsa Almarhum Prof. KH. A. Kahar Muzakkir” sebelumnya terbit di Majalah MUHIBBAH Nomor 7/Thn. IX/1975 halaman 4-8, 28, dan 32. 

Redaksi himmahonline.id kembali menerbitkan naskah ini untuk memperingati 49 tahun kepulangan A. Kahar Muzakkir. Naskah yang sebelumnya berbentuk teks cetak ini, dialih media ke teks digital dengan penyesuaian tanda baca dan bahasa tanpa merubah substansi maupun struktur naskah.

Dua tahun yang lalu, tepatnya 2 Desember 1973, kita bangsa Indonesia telah kehilangan salah seorang pemimpin, pejuang kemerdekaan yang dengan segala dayanya mempersiapkan kemerdekaan bangsa. Beliau adalah Prof. Abdul Kahar Muzakkir, salah seorang penanda tangan naskah Piagam Jakarta.

Ketika upacara mengantar jenazah beliau ke peristirahatannya yang terakhir, betapa kabut duka menutupi Kota Yogyakarta dengan puluhan ribu massa yang tersendat-sendat menahan tangis mengiringi kepergian beliau.

Tiada upacara kebesaran yang sebenarnya patut kita lakukan untuk menghormati kepergian beliau, juga tak ada sesuatu yang berarti yang dilakukan oleh pemerintah untuk melepas kepergian beliau. Tapi justru dalam upacara yang sederhana inilah kesan tentang kebesaran beliau semakin terasa.

Almarhum dilahirkan pada 1907 di Kampung Gading sebelah selatan Alun-alun Selatan Kraton Yogyakarta, dibesarkan di Kampung Selokraman, Kotagede, sebelah tenggara Kota Yogyakarta. Pada waktu kecilnya beliau dikenal dengan nama Dalhar.

Ibu Almarhum bernama Khotijah dan ayahnya bernama H. Muzakkir–kakak dari H. Munawir seorang ulama dan pendiri Pondok Krapyak sebelah selatan Yogyakarta. Beliau adalah cicit dari Kyai Hasan Bashori seorang guru agama dan seorang pemimpin Tarekat Syattariyah yang pernah menjadi Komandan Laskar Pangeran Diponegoro dan ikut dibuang bersama Pangeran Diponegoro yang kemudian wafat di Tondano, Minahasa.

Mula-mula beliau disekolahkan di SD Muhammadiyah Selokraman, Kotagede. Setelah tamat, kemudian pindah ke Pondok Pesantren Gading dan Pondok Krapyak untuk mendapatkan pelajaran agama Islam masa itu.

Dari Pondok Krapyak, beliau melanjutkan dan menjadi santri Pondok Jamsaren di Sala, di bawah asuhan K.H. Muhammad Idrus, di samping menjadi siswa di Madrasah Mamba’ul ‘Ulum.

Selama di Sala, beliau selalu didorong-dorong oleh gurunya seorang tokoh Muhammadiyah, K.H. Mukti, agar setamatnya nanti mau meneruskan studinya ke Saudi Arabia atau ke Mesir. Rupanya saran gurunya tersebut ditanggapi beliau secara serius.

Tahun 1924 setelah beliau tamat di Sala, bersama dengan kakaknya, Makmur, meninggalkan tanah air untuk ibadah Haji. Selesai menunaikan ibadah haji beliau tetap bermukim di Mekkah guna menuntut ilmu. Akan tetapi karena pada masa itu terjadi perang saudara antara kerajaan Saudiyah dengan kerajaan Arab, maka beliau pun pindah studi ke Al Azhar, Kairo, Mesir.

Tahun 1927 Gerakan Pelajar Indonesia di Kairo mengadakan anjuran baru, agar para pelajar Indonesia yang di Kairo jangan hanya belajar di Al-Azhar saja, hendaknya mereka ada juga yang masuk sekolah atau perguruan lain agar dapat menyongsong hari depan Indonesia merdeka dalam segala bidang. Sejak adanya seruan inilah kemudian Prof. Kahar pindah dari Al-Azhar ke Universitas Darul Ulum.


Jenazah diusung menuju tempat peristirahatan terakhir. Foto : Muhibbah


Selama 13 tahun di Mesir, beliau termasuk pemuda yang aktif berjuang bagi kemerdekaan Indonesia dan bagi kebangkitan kembali dunia Islam. Beliau aktif di dalam perjuangan untuk Palestina, yang ketika itu masih berada dalam mandat Inggris bersama dengan Yordania.

Di Kairo beliau tinggal bersama pemuda sekotanya yaitu Rasyidi yang kini telah menjadi seorang profesor pula. Beliau tinggal dirumah pelayan suatu terrace building kepunyaan Kementrian Wakaf Mesir. Di rumah ini beliau sibuk menerima tamu dari segala bangsa seperti Mesir, Palestina, Syria, Polandia, dan Yugoslavia.

Tahun 1930 seakan-akan beliau menjadi lambang Indonesia di timur tengah. Beliau tidak saja aktif memperkenalkan perjuangan kemerdekaan Indonesia di luar negeri, tapi juga aktif mengikuti perkembangan di tanah air. Beliau mendirikan dan memimpin Perhimpunan Indonesia Raya yang sejajar kegiatannya dengan Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda dan menjadi Sekretaris Jendral Jamaah Al-Khairiyah.

Atas persetujuan Pimpinan Partai Syarikat Islam Indonesia dalam kongres Islam sedunia di Baitul Maqdis. Kongres dipimpin oleh mufti besar Palestina Sayyid Amin Al Husaini dan Prof. Kahar Muzakkir sebagai sekretaris.

Pada tahun 1932 beliau bertindak sebagai anggota redaksi dan administrator surat kabar Ashoura yang dipimpin oleh Muhammad Ali al-Tahir. Mulai tahun ini beliau banyak menulis tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia pada beberapa surat kabar seperti Al-Ahram, Fajar Asia, Al Hajat, Sedio Tomo dan Aksi. Dan juga menerbitkan Seruan Azhar bersama sama dengan Fathurrahman dan Prof. Farid Ma’ruf.

Sebelum ada Duta Besar Indonesia di dunia Arab, maka pada tahun 1930-1936 beliau berperan sebagai duta besar di sana. Misalnya saja: ketika Dr. Soetomo datang ke Kairo pada 1934, beliaulah yang mempersiapkan segala sesuatunya laksana duta besar mempersiapkan kedatangan kepala negaranya.

Tahun 1936 beliau dan Prof. Rosyidi selesai dari studinya di Darul Ulum, lalu kembali ke Indonesia.

Sejak tahun 1938, beliau terus aktif di Muhammadiyah dan diangkat sebagai Direktur Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta, Pengurus Majlis Pemuda, Majlis PKU Muhammadiyah bersama Prof. Dr. Hamka dari 1953 hingga akhir hayatnya.

Di bidang politik, beliau pernah aktif bersama Prof. Dr. H.M. Rosyidi, K.H. Mas Mansoer dan Prof. K.H Farid Ma’ruf dalam Partai Islam Indonesia (PII) yang diketuai oleh Dr. Soekiman Wiryosanjoyo almarhum dan Sekretaris jendralnya bekas Rektor UII, Mr. Kasmat Bahuwinangun. Karena keaktifan ini, maka beliau diangkat untuk menjadi Ketua Delegasi Islam Indonesia ke Tokyo bersama Mr. Kasmat Bahuwinangun dan Abdullah al-Amudy dari Al-Irsyad Surabaya.

Bersama-sama dengan 8 orang temannya yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. A. A. Maramis, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, Mr. Achmad Subardjo Wachid Hasyim dan Mr. Muhammad Yamin, ia membuat pernyataan kepada pemerintah Jepang yang dikenal dengan Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945 di mana pernyataan ini kemudian dipakai sebagai dasar dari Undang-Undang Dasar 1945 yang kini kita pakai bersama.

Pecahnya Perang Pasifik 1941 dan jatuhnya Pemerintahan Hindia Belanda kepada Jepang (1942-1945), maka seluruh partai Indonesia dibubarkan, kecuali 4 organisasi Islam yaitu Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Perikatan Ummat Islam (PUI), dan Persatuan Ummat Islam Indonesia (PUII). Keempat organisasi ini merupakan anggota federatif Majelis Islam A’la Muslimin Indonesia (MIAMI) yang kemudian berubah jadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).

Dalam Musyawarah Masyumi dengan tokoh-tokoh keempat organisasi ini, terbentuklah panitia perencanaan berdirinya Sekolah Tinggi Islam (STI) pada April 1945. Panitia ini diketuai oleh Drs. Moh. Hatta; Wakil Ketua Mr-Soewandi; Sekretaris Dr. Ahmad Ramli; anggotanya masing-masing KH. Mas Mansoer, KHA. Wachid Hasyim, KHA. Fathurrachman Kafrawi, Prof. K.H. Farid Ma’ruf, Prof. KHA. Kahar Muzakkir dan Karto Sudarmo.


Keluarga yang ditinggalkan. Foto: Muhibbah


Pada tanggal 8 Juli 1945 bertepatan dengan 27 Rajab 1364 (bertepatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad), bertempat di Gedung Kantor Imigrasi Pusat, Gondangdia, Menteng, Jakarta Selatan dibukalah dengan resmi Sekolah Tinggi Islam (STI) dengan rektornya Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir dan Bung Hatta sebagai ketua Dewan Kuraktor. Periode Jakarta (1945-1946) ini mempunyai dua fakultas yaitu Fakultas Agama dan Fakultas Ilmu Sosial.

Ketika Ibu Kota Pemerintah Indonesia pindah ke Yogyakarta tahun 1946, berdasarkan pertimbangan objektif, STI pun ikut berhijrah ke Yogyakarta pada 10 April 1946. Rektor dan Badan Kuraktornya tetap dijabat beliau dan Bung Hatta. Pada saat ini kuliah kurang lancar karena hampir seluruh pengurus, dosen, dan mahasiswanya ikut bergerilya.

Akhir November 1947 terbentuk Panitia Perbaikan STI di mana beliau bersama almarhum KHA Fathurrahman Kafrawi sebagai anggota. Dalam sidangnya akhir Februari 1948, panitia memutuskan untuk mengubah nama STI menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) dan berkedudukan di Yogyakarta. Pada saat itu UII mempunyai empat fakultas yaitu Fakultas Agama, Fakultas Hukum, Fakultas Pendidikan dan Fakultas Ekonomi. Selain itu panitia telah berhasil menyusun Dewan Pengurus Pusat UII. Tahun 1947-1948 beliau selain rektor UII juga merangkap sebagai Dekan Fakultas Agama.

Akibat perang kedua UII terpaksa ditutup. Namun demikian beliau sebagai rektor UII tetap menyelenggarakan dies natalisnya yang ke-IV di Tegalayang, Srandakan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam suasana gerilya dan keprihatinan. Beliau sendiri membacakan sambutan dies natalisnya berjudul “Dasar-dasar Sosialisme Dalam Islam” dan Ustadz Sulaiman memberikan kuliah umum dengan judul “Sejarah Penyiar Aran Nasroni di Indonesia”. 

Setelah DIY kembali di tangan RI pada September 1949, kuliah-kuliah dibuka kembali di UII untuk semua fakultas.

Sementara itu pada 20 Februari 1951 terjadi penggabungan antara UII Yogyakarta dengan PTII Surakarta dengan nama UII di mana mempunyai lima fakultas yakni Fakultas Hukum, Agama, Pendidikan dan Ekonomi di Yogyakarta dan Fakultas Hukum di Surakarta.

Selanjutnya Fakultas Pendidikan UII Yogyakarta diambil alih oleh Universitas Gadjah Mada yang kemudian menjadi IKIP sekarang ini (Universitas Negeri Yogyakarta). Sedang untuk Fakultas Agama UII oleh Kementerian Agama pada 22 Agustus 1950 diambil alih yang selanjutnya 26 September 1951 menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) dan seterusnya 1960 menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga sekarang ini.

Almarhum Prof. Abdul Kahar Muzakir selalu aktif dalam kegiatan di UII. Atas nama UII beliau menghadiri pertemuan antar perguruan tinggi Islam se-Indonesia di Jakarta pada 12 sampai 15 Juni 1954. Selain itu aktif pula dalam panitia persiapan PTAIN tahun 1950 yang diketuai KHR Fathurrahman Kafrawi. Tahun 1955 menjadi presidium panitia penerbitan buku peringatan 10 tahun UII. Tahun 1957 menjadi ketua panitia perencana ijazah. Rencana UII bersama-sama Mr R. Santosa, Drs. Hindarsah Wiratmaja (mantan Rektor UNPAD Bandung) dan Moh. Fahrurozy.

Kemudian pada 1957 ini pula beliau menjadi anggota panitia pembentukan program studi di Fakultas Hukum UII yang diketuai Prof. Mr. Kasmat Bahuwinangun dan berhasil menetapkan jurusan: Ketatanegaraan, dengan ketua Drs. Lafran Pane; Kepindahan ketua Mr. Roeslan Saleh; Kepeperdataan ketua Mr. R. Soeroto; dan Hukum Islam ketua beliau sendiri. Selain itu pula berhasil disusun kurikulum yang disamakan dengan kurikulum Universitas Gadjah Mada ditambah dengan kekhususan UII.

Pada tahun 1956 beliau menjadi Ketua Panitia Usaha Pengakuan UII yang bertugas memperjuangkan ijazah UII kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan dipercayai sebagai Ketua Senat dan Rektor UII sejak 1955 sampai 1960. Setelah tahun 1960 beliau memangku jabatan Dekan Fakultas Hukum UII sampai akhir hayatnya.

Dalam masa perjuangan pernah menjadi pemimpin Angkatan Perang Sabil di Yogyakarta khusus dalam pembinaan mental anggotanya. Karena keberaniannya bertempur melawan Belanda, maka beliau diberi penghargaan dari almarhum Jendral Sudirman dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX di bidang politik. Beliau aktif dalam Masyumi dan pernah menjadi anggota Komite Nasional Indonesia (KNIP); ketua umum Masyumi Wilayah Yogyakarta; dan menjadi anggota konstituante dari Fraksi Masyumi.

Berbincang-bincang antar Rektor Al-Azhar dengan Rektor UII di kampus UII. Foto: Muhibbah

Ketika Punjab University di Lahore mengadakan seminar Islam yang besar dan mengundang para orientalis, sarjana dan ahli fikir, beliau ikut menghadirinya bersama Prof. Hasbi Ashshiddeqy dan Prof. Dr .H.M. Rasyidi yang saat itu menjadi Duta Besar RI untuk Pakistan.

Atas undangan Universitas Al-Azhar, maka bulan Maret 1970 beliau menghadiri Mu’tamar Ulama Islam sedunia. Pulangnya beliau berkesempatan untuk mengadakan kunjungan ke Yordania, Yaman Selatan, Saudi Arabia, Lybia, Kuwait, Thailand dan Malaysia, untuk bertemu dengan tokoh-tokoh Islam setempat.

Di Saudi Arabia beliau sempat melaksanakan ibadah haji dan di Yordania bertemu dengan Yasse Arafat dan sempat meninjau dari dekat Front Yordania. Satu setengah tahun kemudian atau tepatnya 12 Desember 1971, beliau pergi ke Lybia untuk memberikan prasaranannya pada Mu’tamar Da’wah Islam, yang dihadiri ulama dan sarjana dari 20 negara. Dalam seminar ini beliau sempat berjumpa dengan pemimpin Islam Jepang Prof. Abdul Karim Saito, dll.

Pada tahun 1972 beliau mengunjungi Aljazair dan Maroko dan melanjutkan perjalanan ke Mekah untuk menghadiri Muktamar Organisasi Islam Internasional yang diadakan 13-16 Februari 1972.

Kehadiran beliau ini mewakili Muktamar Alam Islamy. Pulangnya ke tanah air melalui Malaysia untuk bertemu dengan bekas Perdana Menteri Malaysia Tengku Abdul Rahman, Sekretaris Jenderal Negara-negara Islam.

Beliau seorang yang lemah lembut, menghargai orang lain, setia kepada teman serta hormat kepada tamu, sekalipun jauh di bawah usianya dan jabatannya. Beliau sangat ulet dan setia serta amat sederhana. Tidak segan pulang pergi memberi kuliah, ke pertemuan-pertemuan naik andong bersama-sama dengan bakul (pedagang) pasar Beringharjo atau hanya naik Ducati (bromfiets) tua yang seharusnya pensiun.

Sampai saat meninggalnya beliau tetap menghuni rumah kuno peninggalan nenek beliau 75 tahun yang lalu dan tidak meninggalkan tabungan untuk keluarga yang ditinggalkan. Demikian pula beliau tidak canggung tidur di pondok tempat berkumpulnya para santri atau tidur di rumah yang sangat sederhana tempat beliau berdakwah.

Beliau tetap gembira walaupun tidak mempunyai tanda jasa yang disematkan di dadanya pada upacara-upacara. Salah satu kesukaan beliau adalah menziarahi teman-temannya, sehingga banyak sahabat-sahabatnya berasal dari berbagai golongan dan tingkatan. Ia menziarahi pondok-pondok pesantren di Jawa, Sumatera, dan sebagainya tanpa membedakan yang diasuh kyai Nahdlatul Ulama atau Muhammadiyah.

Beliau sangat senang sekali diziarahi taman-temannya, sangat senang menerima tamu. Hari Jumat adalah hari libur bagi beliau dan khusus digunakan untuk menerima tamu. Kalau tiba waktu makan, sang tamu belum boleh pulang sebelum ikut makan lebih dahulu. Apapun lauknya tak segan menghidangkan.

Beliau seorang pemimpin yang sangat berwibawa dan sangat dicintai mahasiswanya dan lagi pula beliau banyak humornya. Itulah sebabnya para mahasiswa sangat dekat sekali dengan beliau. Hubungan beliau dengan mahasiswa ibarat seperti bapak dan anak.

Khusus di UII beliau adalah satu-satunya orang yang paling setia membina, membimbing dan mengembangkan universitas dengan segala suka dan dukanya.

Karena hampir seluruh waktu beliau digunakan untuk aktivitas organisasi, maka tidak ada waktu untuk mengarang. Sebagai akibatnya, tidak banyak ilmu beliau yang sempat dicetak untuk bacaan umum sebagaimana yang dilakukan Prof. Dr. H.M. Rosyidi, Prof. Hasbi dan Prof. Hamka.


Massa yang mengantar almarhum Prof. KH. A. Kahar Muzakkir. Foto : Muhibbah


Yang ada hanyalah diktat dari mata pelajaran yang beliau berikan di Fakultas Hukum Ull mengenai Hukum Islam dan Kenegaraan Islam. Yang diketahui dengan pasti hanya lima buah buku terjemahan beliau. Pertama buku karangan Prof. Dr. Muhammad Yusuf Musa, guru besar Syari’ah Islamiyah Universitas Ainusyi-Syams, Kairo, berjudul Al Madkhal Li Dirasatil Fiqh Al Islami (Pengantar untuk mempelajari Syari’ah Islamiyah).

Kedua karangan Abdul Fatah Hasan, wakil hakim tinggi Majlis Daulat di Kairo berjudul Mitsaqatul Uman Asy-Syu’uh (piagam bangsa-bangsa dalam Islam). Ketiga buku Syah Muh. Abu Zaaroh berjudul Al-‘Alaqatul Dauliyah Lil Islamy (hubungan antar negara dalam Islam).

Keempat buku milik Prof. Sajjid Musthofa Darwisj, hakim pada Majlis Daulah di Mesir berjudul Islam dalam Menghadapi Kapitalisme dan Sosialisme. Lalu yang kelima oleh Dr. Ahmad Sjalabi, assisten guru besar di Fakultas Darul Ulum Universitas Cairo berjudul Politik dan Ekonomi dalam Pemikiran Islam. Kedua yang terakhir ini dipakai literatur di Fakultas Ekonomi UII.

Beliau telah pergi meninggalkan kita dalam usianya yang ke-67, dengan tanpa meninggalkan pesan apapun bagi kita yang ditinggalkan dan juga tanpa membawa apapun dari kita semua; tanpa bintang tanda jasa, tanpa gelar-gelar kehormatan; juga tanpa pangkat-pangkat sebagai tanda kebesaran.

Beliau telah pergi meninggalkan kita hanya dengan membawa amal ibadah beliau selama hidup di dunia yang fana ini, karena sesungguhnya beliau dan keluarganya tidaklah mengharapkan penghargaan apapun atas segala yang telah diperbuatnya untuk bangsa, negara yang dicintainya.

Akan tetapi kita sebagai bangsa yang besar, bangsa yang pandai menghargai jasa pahlawan-pahlawan pejuang kemerdekaan bangsa tentunya tidak akan lupa untuk memberikan suatu penghormatan dan tanda rasa terima kasih atas jasa-jasa beliau.

Maka sewajarnyalah apa yang telah diusulkan oleh PII cabang Yogyakarta dan bapak Imam Suhadi S.H.–selaku anggota DPR RI–yang mengusulkan kepada pemerintah agar memberikan gelar pahlawan nasional kepada Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir.

Memang bagi beliau itu tiada berarti apa-apa tetapi bagi kita yang masih hidup, juga bagi generasi yang mendatang, hal itu akan berarti besar: berupa kesan bahwa kita adalah bangsa yang bisa menghargai jasa-jasa pahlawannya.

Dua tahun sudah kita kehilangan beliau, kehilangan seorang pemimpin yang patut untuk digugu dan ditiru. Dan bagi keluarga besar UII kepergian beliau merupakan kehilangan seorang bapak, seorang pelopor pendiri universitas Islam tertua di bumi tercinta ini.

Semoga Allah SWT akan memberikan tempat di sisi-Nya sebagaimana Dia menempatkan seorang syuhada. Aamiin.


Penulis : 

MUHIBBAH/Harun Al-Rasyid
Pengalih media: HIMMAH/Zalsa Satyo Putri Utomo dan Pranoto