Social Bar

Popunder

Tuesday, March 4, 2025

Suku Wajak, Desa Wajak Tulungagung Jawa Timur, Berusia Sejak 500.000 - 1 Juta Tahun

 Suku Wajak, Desa Wajak Tulungagung Jawa Timur, Berusia Sejak 500.000 - 1 Juta Tahun 






Suku Wajak, yang berpusat di Desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur, merupakan salah satu kelompok manusia purba yang memiliki sejarah panjang di Pulau Jawa. Diperkirakan telah ada sejak 500.000 hingga 1 juta tahun yang lalu, Suku Wajak dikenal melalui penemuan fosil Homo sapiens wajakensis. Fosil-fosil ini memberikan bukti kuat mengenai keberadaan mereka dan menggambarkan kehidupan manusia purba di Nusantara.


Penemuan artefak di Desa Wajak mendukung teori bahwa Suku Wajak adalah salah satu kelompok pertama yang mendiami wilayah ini. Namun, sekitar 73.000 tahun yang lalu, Suku Wajak menghilang secara misterius. Salah satu teori yang banyak diterima adalah bahwa letusan dahsyat Gunung Toba menjadi penyebab utama hilangnya mereka. Letusan ini merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah bumi, menyebabkan perubahan iklim global yang berdampak besar pada kehidupan manusia purba di Asia Tenggara.


Selain itu, ada juga teori yang menyebutkan kemungkinan migrasi Suku Wajak ke wilayah lain. Meskipun jejak mereka kini samar, warisan Suku Wajak tetap menjadi bagian penting dari sejarah manusia di Indonesia.



Kisah Pendiri Dinasti Mataram Hingga Melegenda

 Kisah Pendiri Dinasti Mataram Hingga Melegenda




Panembahan Senapati, dikenal sebagai raja pertama Mataram, adalah sosok visioner yang mendirikan salah satu dinasti terbesar dalam sejarah Jawa. Nama asli beliau adalah Danang Sutawijaya, putra sulung Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Ageng Pamanahan. Ia mewarisi jabatan ayahnya sebagai Adipati Mataram di bawah Kesultanan Pajang sebelum memproklamasikan Mataram sebagai kerajaan yang mandiri.


Awal Kehidupan dan Perjalanan Menuju Takhta


Panembahan Senapati lahir dari keluarga yang dekat dengan lingkar kekuasaan. Ayahnya, Ki Ageng Pamanahan, adalah tokoh yang berjasa dalam mendukung Sultan Adiwijaya, penguasa Pajang. Berkat loyalitas keluarganya, Danang Sutawijaya diangkat menjadi anak angkat Sultan Adiwijaya dan diberi tempat tinggal di dekat pasar Pajang, yang kemudian membuatnya dikenal dengan julukan Raden Ngabehi Saloring Pasar.


Saat dewasa, Danang Sutawijaya terlibat dalam pertempuran melawan Arya Panangsang, pemimpin pemberontakan dari Demak. Berkat strategi cerdik yang dirancang oleh Ki Juru Martani, paman sekaligus penasihatnya, Arya Panangsang berhasil dikalahkan. Keberhasilan ini memperkuat posisinya di mata penguasa Pajang dan rakyat.


Namun, setelah wafatnya Sultan Adiwijaya pada tahun 1582, Pajang dilanda konflik suksesi. Danang Sutawijaya melihat peluang untuk membebaskan Mataram dari kendali Pajang. Pada tahun 1586, ia memproklamasikan kemerdekaan Mataram dan memulai era baru sebagai Panembahan Senapati Ingalaga Sayyidin Panatagama.


Kampanye Militer dan Konsolidasi Wilayah

Sebagai penguasa, Panembahan Senapati dikenal memiliki visi besar untuk memperluas kekuasaan Mataram. Ia memimpin berbagai kampanye militer untuk menaklukkan wilayah-wilayah strategis :

• Pajang dan Demak  

Mataram berhasil mematahkan perlawanan Arya Pangiri, yang menggulingkan Pangeran Benawa dari takhta Pajang. Setelah itu, Pangeran Benawa bersekutu dengan Senapati dan menyerahkan Pajang kepadanya.

• Madiun

Pada tahun 1590, Senapati menundukkan Madiun, yang saat itu dipimpin Adipati Rangga Jumena, putra Sultan Trenggana. Dalam proses ini, Senapati memperistri putri Rangga Jumena, Ratna Jumilah, yang kemudian menjadi simbol penyatuan darah Mataram dan Demak.

• Kediri dan Pasuruan

Wilayah Kediri dan Pasuruan juga berhasil tunduk kepada Mataram, baik melalui diplomasi maupun pertempuran.


Keberhasilannya dalam memperluas kekuasaan tidak hanya karena keunggulan militernya, tetapi juga karena kecakapannya dalam membangun aliansi dan memainkan politik strategis.


Kehidupan Pribadi dan Pengaruh Spiritual

Sebagai tokoh yang dihormati, Panembahan Senapati juga memiliki reputasi sebagai pemimpin spiritual. Dalam tradisi Jawa, ia sering dikaitkan dengan legenda pertemuannya dengan Kanjeng Ratu Kidul, penguasa mistis Laut Selatan. Hubungan ini dipercaya memberikan kekuatan spiritual dan legitimasi bagi kekuasaannya.


Dalam kehidupan rumah tangga, ia memiliki beberapa istri, termasuk Waskita Jawi, Ratna Jumilah, dan Nyai Adisara. Keturunan dari pernikahan ini melanjutkan dinasti Mataram, yang kelak menjadi kerajaan besar di Nusantara.


Akhir Hidup dan Warisan

Panembahan Senapati wafat pada tahun 1601 di Kajenar. Ia diberi gelar anumerta Panembahan Seda ing Kajenar dan dimakamkan di Pasarean Mataram, Kotagede. Kepemimpinannya diteruskan oleh putranya, Anyakrawati, yang melanjutkan perjuangan membesarkan kerajaan.


Meski gelar “Sultan” baru digunakan pada masa cucunya, Anyakrakusuma, Panembahan Senapati tetap dianggap sebagai pendiri dan peletak dasar kejayaan Dinasti Mataram. Visi dan kepemimpinannya menjadikan Mataram sebagai salah satu kerajaan paling berpengaruh di Jawa.


Kesimpulan

Kisah Panembahan Senapati bukan hanya tentang politik dan peperangan, tetapi juga tentang keberanian, strategi, dan tekad untuk mempersatukan Jawa. Ia adalah tokoh yang mengubah sejarah, mewariskan warisan abadi berupa dinasti yang memengaruhi budaya dan tradisi hingga masa kini.



Kisah Nyata Letnan Komarudin (Prajurit Legendaris TNI Kebal Peluru)

 Kisah Nyata Letnan Komarudin

(Prajurit Legendaris TNI Kebal Peluru)




Letnan Komarudin adalah seorang prajurit TNI yang legendaris karena kemampuannya yang luar biasa dikenal kebal peluru dan suntikan. Dia adalah tentara kebanggaan Indonesia yang memiliki kemampuan di luar nalar.


Komarudin menjadi terkenal ketika pasukannya berlindung di balik tubuhnya yang kebal peluru saat diberondong peluru oleh tentara Belanda. Keberanian dan kekebalan Komarudin membuatnya menjadi sosok yang dihormati dan diandalkan oleh banyak prajurit.


Komarudin memiliki peran penting dalam Serangan Umum 1 Maret 1949. Meski terjadi kesalahan tanggal, di mana serangan dilakukan sehari lebih awal, keberanian Komarudin dan pasukannya dalam menyerang tangsi Belanda menjadi salah satu alasan mengapa Belanda lengah.


Serangan ini menunjukkan keberanian dan strategi yang berani dari Komarudin dan pasukannya. Dikutip dari berbagai sumber, Komarudin bernama asli Eli Yakim Teniwut, lahir di Desa Ohoidertutu, Maluku Tenggara.


Dia merupakan keturunan ulama sakti, Kiai Abdur Rahman (Mbah Tanjung), dan panglima perang Pangeran Diponegoro, Bantengwareng. Latar belakang ini membuat banyak orang percaya bahwa kekebalan Komarudin terhadap senjata adalah warisan dari leluhurnya.


Komarudin sering memimpin serangan yang mengguncang pertahanan Belanda di Yogyakarta. Kekebalannya terhadap peluru membuat dia dan pasukannya bisa mengatasi sergapan Belanda tanpa terluka.


Keberanian dan ketenangan Komarudin dalam menghadapi musuh menjadikannya sosok yang ditakuti oleh tentara Belanda. Setelah kematian Jenderal Soedirman, karier militer Komarudin meredup akibat tuduhan keterlibatan dengan gerakan DI/TII.



Monday, March 3, 2025

REVOLUSI MORAL Tenno Haika

REVOLUSI MORAL 

Tenno Haika


Tenno Haika


Pada bulan Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di dua kota Jepang: Hiroshima dan Nagasaki, menandai tahap akhir Perang Dunia II. AS mendapatkan persetujuan Britania Raya untuk menjatuhkan senjata tersebut, sebagaimana tertuang 

dalam Perjanjian Quebec. Operasi ini menewaskan sedikitnya 129.000 jiwa , dan merupakan penggunaan senjata nuklir pertama dalam satu-satunya  sejarah.


Jiwa Kesatria dari seorang pemimpin 

Tennō Heika (天皇陛下) adalah sapaan untuk Kaisar Jepang yang sedang berkuasa. Dalam bahasa Indonesia, sapaan ini dapat diartikan sebagai "Baginda Kaisar". 


Selain Tennō Heika, Kaisar Jepang juga dapat disapa dengan Kinjō Heika (今上陛下), atau cukup Tennō atau kaisar. 


Seruan "Tennō Heika Banzai" (天皇陛下萬歲) merupakan asal dari istilah "banzai" yang digunakan dalam seruan perang Jepang. Istilah "banzai" digunakan oleh pasukan Sekutu untuk menyebut serangan gelombang manusia yang dipimpin oleh pasukan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang pada Perang Dunia II. 


Tenno Haika seorang kaisar yang dipercayai rakyat Jepang sebagai keturunan Ametersu Omikami atau Dewa Matahari, Menemui rakyatnya, ada 3 permasalahan yang diucapkan :


1. PERMINTAAN MAAF kepada rakyatnya, atas korban peledakan bom atom yang banyak menelan korban, tanpa merasa dirinya adalah keturunan Ameterasu Omikami, keturunan dewa yang disembah sembah rakyatnya. 


2. Meminta daftar para Guru yang masih hidup, diajak bicara untuk menentukan arah kebijakan dalam mengentaskan kehidupan rakyatnya. 


3. Hiroshima dan Nagasaki, tidaklah memungkinkan 100 tahun tanahnya

dapat ditanami, maka atas inisiatif 

Tenno Haika dg dibantu oleh guru-guru mengarahkan dari negara Agraris menjadi negara produksi electric. 


Inilah Gambaran Revolusi Moral, dimana seorang Pemimpin salah dalam melangkah ia tidak segan-segan nya meminta maaf kepada Rakyatnya.


ADAKAH PEMIMPIN~ PEMIMPIN KITA

MAMPU BERBUAT SEPERTI ITU....???


How you doing?? We are going to Organize an International Conference on Sustainability, Innovation and Future Technologies Which is in the month of March at Manila, Philippines would like to invite you to participate in our Conference May I know your thoughts please https://www.icsift.com/

Good morning Dr!!!

How you doing??

We are going to Organize an International Conference on Sustainability, Innovation and Future Technologies

Which is in the month of March at Manila, Philippines

would like to invite you to participate in our Conference

May I know your thoughts please

https://www.icsift.com/





[3/3, 19.48] +91 92373 88326: Good morning Dr!!!

How you doing??

[3/3, 19.48] +91 92373 88326: This is Alisha Sharma working with Zep Research India

[3/3, 19.48] +91 92373 88326: We are going to Organize an International Conference on Sustainability, Innovation and Future Technologies

[3/3, 19.48] +91 92373 88326: Which is in the month of March at Manila, Philippines

[3/3, 19.48] +91 92373 88326: I would like to invite you to participate in our Conference

[3/3, 19.48] +91 92373 88326: May I know your thoughts please

[3/3, 19.48] +91 92373 88326: https://www.icsift.com/

Sunday, March 2, 2025

Korupsi, kolusi dan nepotisme, bunglon (pengkianat), sudah terjadi di zaman pangeran Diponegoro, salah satu penyebab terjadi peristiwa perang Jawa 1825-1830

 Korupsi, kolusi dan nepotisme, bunglon (pengkianat), sudah terjadi di zaman pangeran Diponegoro, salah satu penyebab terjadi peristiwa perang Jawa 1825-1830




Korupsi, kolusi dan nepotisme, bunglon (pengkianat) sudah terjadi di zaman pangeran Diponegoro, salah satu penyebab terjadi peristiwa perang Jawa 1825-1830

Saturday, March 1, 2025

Struktur Organisasi Tingkat Pusat DPP PADI (Partai Amanah Demokrasi Indonesia)

 Struktur Organisasi Tingkat Pusat DPP PADI (Partai Amanah Demokrasi Indonesia)





Struktur Organisasi Tingkat Pusat 

1. *Majelis Tinggi Partai*

Ketua : Bpk Jenderal TNI (Purn) Moeldoko

Anggota : 

1. Bpk Irwan Hidayat

2. Bpk Yakup Chandra

3. Bpk Soeryoe

4. Ibu Irlisa Rachmadiana

5. Bpk Darius

6. ⁠Bpk Irwan Suryadi

7. Bpk Dominicus Diaz

8. Ibu Wilhelmina

9. ⁠Bpk Yohanes Djingga

10. ⁠Bpk Wirry Tjandra

11. ⁠Ibu Nini


2. *Dewan Pertimbangan Partai*

Ketua : Bpk Yupi Haryanto

Anggota : 

1. Bpk Sonny Pudjisasono

2. Bpk Sendy Suwandy

3. Bpk  Budi

4. Bpk Soejono

5. Bpk Farhan Chandra


3. ⁠*Dewan Kehormatan Partai*

Ketua : Bpk Ali Hanafia Lijaya*

Anggota : 

1. Bpk  Muhammad David A Ghifari

2. Bpk Ari Samudra

3. Ibu Fong Mie Eng (Inge Fang)

4. Bpk Marten Lucky Zebua

5. ⁠Bpk Jimmy Lizardo


4. ⁠*Mahkamah Partai*

Ketua : Bpk Anda Hakim

Anggota :

1. Bpk Zulfikran A Bailussy

2. ⁠Bpk Ir Putu Irin Genta Marun

3. ⁠Bpk Lunadi Rahardjo 

4. Bpk Budy Supriady


5. ⁠*Dewan Pakar Partai*

Ketua : Bpk  Mohammad Arshadi

Wakil : 

1. Bpk Tio Ho 

2. ⁠Bpk Suharyono 

3. Bpk  Frans Tairas 

4. Bpk R. Ariyanto 

5. Bpk Serian Wijatnako

6. Bpk Oce Senjaya

7. Bpk Nurdin


6. *Dewan Pimpinan Pusat*

-Ketua Umum

Ibu Trisya Suherman 

-Wakil Ketua Umum 

1. Bpk Nyoman Darmada

2. Bpk Hendrajaya Soehada

3. Ibu Jeane Sompie

4. Bpk Yanto Wijaya

-Sekretaris Jenderal

Bpk Syamsul Rizal

wakil Sekretaris Jenderal

1. Bpk Nico Pattinasarany 

2. Bpk Robby Soemodihardjo 

3. Bpk Sumarjo Wakitulung 

4. ⁠Bpk Sugih Yusuf

-Bendahara Umum

Bpk Arief Martha

-wakil Bendahara Umum

1. Bpk Billy Ching

2. Ibu Olivia Triyalonda

3. ⁠Ibu Betty

-Direktur Eksekutif 

Bpk Lucky Suherman

-Wakil :

1. Bpk Ishak 

2. ⁠Bpk Nandang Djuarsa

3. ⁠Bpk Valentino Ivan


*Badan Pemenangan Pemilihan Umum (BAPPILU)*

Bpk Imanuel O Manting


*Badan Pembinaan Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan (BPOKK)*

1. Bpk Abdul Ekhsan Sumino

2. ⁠Bpk Sugeng Arianto


*Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG)*

Bpk Kurniawan Eko 

Ibu Silvi Akasha

*Badan Komunikasi Strategis (BAKOMSTRA)*

Ibu Faridah

Ibu Ira Novita

Bpk Varhan AA


*Badan Doktrin, Pendidikan dan Pelatihan (BADIKLAT)*

Ibu Susiana Hendro


*Badan Pembinaan Jaringan Konstituen (BPJK)*

-Bpk Syaiful Anwar

-Ibu Rini Susilowati


*Badan Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (BPPM)*

Bpk Firman Chandra

Ibu Therie


*Badan Hukum dan Pengamanan Partai (BHPP)*

Bpk Daud Kei

Bpk Ady Surya


16. Departemen Departemen 

- Dep. Koordinator Politik, Hukum & Ham : 

Ketua : Bpk Juny Maimun

Wakil : 

1. Bpk Muhamad Yusup

2. Bpk Roy Tulaar


- ⁠Dep. Koordinator Perekonomian: Ketua : Bpk Simon Hendiawan 

Wakil : 

1. Michael Yang


- ⁠Dep. Koordinasi Kesejahteraan Rakyat 

Ketua : Bpk I made Samudra

Wakil : Bpk Vito


- Dep. Dalam Negeri : 

ketua : Bpk Vicentius

Wakil : 


- ⁠Dep. Luar Negeri 

Ketua : Bpk Rachmad Poetranto 

Wakil  : Ibu Susan


- ⁠Dep. Keuangan : 

Ketua : Ibu Ati Novitasari 

Wakil. : 

1. Bpk Marco

2. ⁠Bpk Sultan


- ⁠Dep. Pertahanan : 

Ketua : Bpk Luki Tanaka

Wakil. : Bpk Yemmy Josef


- ⁠Dep. Penegakkan Hukum & HAM : 

Ketua : Bpk Nandi 

Wakil : 

1. Bpk Cahyo Wibowo

2. Bpk Djumyadi


- ⁠Dep. Pemberantasan Korupsi & Mafia Hukum : 

Ketua : Bpk Mulyadi Trijaya

Wakil : Bpk Hendra Widjaja


- ⁠Dep. Energi & Sumber daya Mineral : 

Ketua : Bpk Joko

Wakil. : 

1. Bpk Andar Bastian Simanjuntak 

2. ⁠Bpk Taufik Rusdy


- ⁠Dep. Perindustrian : 

Ketua : Bpk Hermanto Bambang

Wakil : Bpk Yudhi Sakti 


- ⁠Dep. Perdagangan : 

ketua : Bpk  Pek Hoa Liong

Wakil : Ibu Jenny Wijaya


- ⁠Dep. Pertanian : 

Ketua : Ibu Yudith Sriwulandari

Wakil : Ibu Diah Indarti


- ⁠Dep. Kehutanan 

Ketua : Bpk Agung Priambodo

Wakil : Ibu Viona


- ⁠Dep. Perhubungan 

Ketua : Ibu Bonnie 

Wakil. : Bpk Abraham Ricky Hosada 


- ⁠Dep. Kelautan & Perikanan :

Ketua : Bpk Kevin Brian Lee

Wakil : Bpk Tennor Gemantara


- ⁠Dep. Tenaga kerja & Transmigran 

Ketua : Bpk Wagimun 

Wakil : Ibu Yunita


- ⁠Dep. Pekerjaan Umum : 

Ketua : Bpk Suardi

Wakil : Bpk Danny 


- ⁠Dep. Kesehatan 

Ketua  : Bpk dr Derryl

Wakil.  : 


- ⁠Dep. Pendidikan : 

Ketua : Bpk Hasan Rohman, M.Pd

Wakil : 

1. Bpk Hermanto Yaputra

2. ⁠Bpk Jemmy Kasenger


- ⁠Dep. Sosial : 

Ketua : Ibu Lusi Oey 

Wakil : Ibu Titik Karyani

- ⁠Dep. Agama 

Ketua : Bpk Jonathan 

Wakil. :

- ⁠Dep. Kebudayaan : 

Ketua : Ibu Nasya Collyer


- ⁠Dep. Pariwisata & Economi kreatif : 

-Ketua : Bpk Ren Tobing


- ⁠Dep. Komunikasi & Informasi : 

Ketua : Bpk Ali Murthaza

Wakil : 

1. Bpk Dwi Puantoro

   2.Bpk Anang Fadhilah

3. Bpk Adhi S Wijaya


- ⁠Dep. Riset & Teknologi : 

Ketua : Bpk Sean Reno

Wakil : 

1. Bpk Eflin

2. ⁠Bpk Agi


- ⁠Dep. Koperasi & UMKM : 

Ketua : Ibu Nana Sarinah 

Wakil : 

1. Ibu Niken Dewi Ambarwati

2. ⁠Ibu Liena Mulyadi


- ⁠Dep. Lingkungan Hidup : 

Ketua : Bpk Poltak Ambarita

Wakil. : Ibu Novi Ristanti


- ⁠Dep. Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan anak : 

Ketua : Ibu Bella 

Wakil : ibu Sophie Warbung


- ⁠Dep. Pendayagunaan Aparat Negara & Reformasi Birokrasi : 

Ketua : Bpk Charles Ang

Wakil. : Bpk Andreas

- ⁠Dep. Pembangunan Desa & Daerah tertinggal 

Ketua : Brigjen (Purn) Gregorius Suharso 

Wakil : Mayor (purn) Sidiq

- ⁠Dep. Perencanaan Pembangunan 

Ketua : Bpk Jones

Wakil : Ibu Rieza


- ⁠Dep. Badan Usaha Milik Negara : Ketua : Bpk Senda Lesmana

Wakil. : Ibu Debora Caroline


- ⁠Dep. Perumahan Rakyat 

Ketua : Bpk Erwin Kajapro

Wakil. : Bpk Sidik


- ⁠Dep. Pemuda & Olahraga : 

ketua : Ibu Olivia Erska

Wakil : Bpk Reyhan Moses Tulaar

- ⁠Dep. Perbankan 

Ketua : Bpk Budi Pranata

Wakil : Bpk Michael Yang


- ⁠Dep. Pertanahan : 

Ketua : Bpk Dr Marulak Togatorop, SH, MH C Med CLA

Wakil : M Yusuf 


- ⁠Dep. Kependudukan & Statistik 

Ketua : Bpk Et Hadi Saputra

Wakil : Bpk Ferdy D Savio


- ⁠Dep. Penanaman modal & Investasi 

Ketua : Bpk Efendi 

Wakil : 

1. Bpk Goenawan Loekito

2. ⁠Ibu Esther Cynthia


- ⁠Dep. Pengawasan Keuangan & Pembangunan  

Ketua : Ibu Albertin

Wakil : Bpk Halim Santoso


- ⁠Dep. Pengentasan Kemiskinan & Pengangguran 

Ketua : Bpk Herman Wijaya 

Wakil. : Bpk Danny H


- ⁠Dep. Inteligen & Pemberantasan Terorisme & Narkoba : 

Ketua : Bpk Anthon Santoso

Wakil : Bpk Gustap Liqaros


• Dep. umum :

1. Divisi Pengamanan Internal Partai :

-Bpk Tobing

-Bpk Aloh


2. ⁠Divisi Advokat & Bantuan Hukum : 

-Bpk Hartono Hary Dermawan 

-Ibu Sylvia Nura


3. ⁠Divisi Pengabdian Masyarakat : Bpk Kurnia Chandra


4. ⁠Divisi Pelatihan Keterampilan & Kewirausahaan UMKM : 

-Ibu Wiwiek

-Ibu Ning Dindha


5. ⁠Divisi Tangkap Darurat dan Bendana Alam : Bpk Agus Gunawan 


6. ⁠Divisi Logistik : ibu Debra Yuanti 


7. ⁠Divisi Pendidikan & Pelatihan :

-ibu Meyditha Puspa Kenaka

-ibu Tri Julianti


8. ⁠Divisi Komunikasi Publik : 

-Bpk Hosen

-Bpk Ardhi Bluher 

-Bpk Iqbal, S.Pd

-Ibu Shalma Ilham

-Ibu Ines Nur Indah 


9. ⁠Divisi Pengembangan Kemitraan Masyarakat  : Ibu Wahyunita Risqiyana


10. ⁠Divisi Pencegahan & Penanggulangan Narkoba & Aids : -Ibu Praisella Wokas

-Bpk Baroq Al Falah 


11. ⁠Divisi Perlindungan Hak-Hak Perempuan & KDRT : Ibu Hesti Yuliandri 


12. ⁠Divisi Pelatihan, Keterampilan & kewirausahaan UMKM : Ibu Anne Susanti



POINT Consultant 




Mumi Anjing Berusia 3.500 Tahun

 Mumi Anjing Berusia 3.500 Tahun




Seekor anjing mumi berusia 3.500 tahun telah ditemukan, diyakini sebagai hewan peliharaan Firaun Amenhotep II, yang memerintah dari 1927 hingga 1401 SM. Anjing itu dikubur dengan kalungnya, semangkuk air, dan sebotol parfum. Mumi itu terletak di dalam makam KV50, juga dikenal sebagai Makam Hewan, di Lembah Para Raja. Dekat makam dengan makam Firaun Amenhotep II mendukung teori bahwa anjing itu milik penguasa Mesir kuno.

Di Museum Mesir 🇪🇬

JAYANEGARA GUGUR, RAJA MAJAPAHIT II (Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara)

JAYANEGARA GUGUR, RAJA MAJAPAHIT II 

(Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara)




Jayanagara (1294–1328) adalah maharaja kedua kemaharajaan Majapahit yang memerintah pada tahun 1309 hingga pembunuhannya pada tahun 1328, dengan nama regnal Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara. Pemerintahan Jayanagara terkenal sebagai masa pergolakan dalam sejarah awal kekaisaran Majapahit.



Asal-Usul

Menurut Pararaton, nama asli Jayanagara adalah Kalagemet putra Wijaya dan Dara Petak. Ibunya ini berasal dari Kerajaan Dharmasraya di Pulau Sumatra. Ia dibawa Kebo Anabrang ke tanah Jawa sepuluh hari setelah pengusiran pasukan Mongol oleh pihak Majapahit. Wijaya yang sebelumnya telah memiliki dua orang istri putri Kertanagara, kemudian menjadikan Dara Petak sebagai istri Tinuheng Pura, atau "istri yang dituakan di istana".

Menurut Pararaton, pengusiran pasukan Mongol dan berdirinya Kerajaan Majapahit terjadi pada tahun 1294. Sedangkan menurut kronik Cina dari dinasti Yuan, pasukan yang dipimpin oleh Ike Mese itu meninggalkan Jawa tanggal 24 April 1293. Naskah Nagarakretagama juga menyebut angka tahun 1293. Sehingga, jika berita-berita di atas dipadukan, maka kedatangan Kebo Anabrang dan Dara Petak dapat diperkirakan terjadi pada tanggal 4 Mei 1293, dan kelahiran Jayanagara terjadi dalam tahun 1294.

Nama Dara Petak tidak dijumpai dalam Nagarakretagama dan prasasti-prasasti peninggalan Majapahit. Menurut Nagarakretagama, Wijaya bukan hanya menikahi dua, tetapi empat orang putri Kertanagara, yaitu Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri. Sedangkan Jayanagara dilahirkan dari istri yang bernama Indreswari. Hal ini menimbulkan dugaan kalau Indreswari adalah nama lain Dara Petak.



Naik Takhta (Raja Muda)

Nagarakretagama menyebutkan Jayanagara diangkat sebagai yuwaraja atau raja muda di Kadiri atau Daha pada tahun 1295. Nama Jayanagara juga muncul dalam prasasti Penanggungan tahun 1296 sebagai putra mahkota. Mengingat Raden Wijaya menikahi Dara Petak pada tahun 1293, maka Jayanagara dapat dipastikan masih sangat kecil ketika diangkat sebagai raja muda. Tentu saja pemerintahannya diwakili oleh Lembu Sora yang disebutkan dalam prasasti Pananggungan menjabat sebagai patih Daha.

Dari prasasti tersebut dapat diketahui pula bahwa Jayanagara adalah nama asli sejak kecil atau Garbhopati, bukan nama gelar atau abhiseka. Sementara nama Kalagemet yang diperkenalkan Pararaton jelas bernada ejekan, karena nama tersebut bermakna "jahat" dan "lemah", hal itu dikarenakan kepribadian Jayanagara yang dipenuhi prilaku amoral namun lemah sebagai penguasa sehingga banyak pemberontakan yang timbul dalam masa pemerintahannya.



Raja Majapahit

Jayanagara naik takhta menjadi raja Majapahit menggantikan ayahnya yang menurut Nagarakretagama meninggal dunia tahun 1309.


Dari Piagam Sidateka yang bertarikh 1323, Jayanagara menetapkan susunan mahamantri katrini dalam membantu pemerintahannya, yaitu sebagai berikut :

- Rakryan Mahamantri Hino: Dyah Sri Rangganata

- Rakryan Mahamantri Sirikan: Dyah Kameswara

- Rakryan Mahamantri Halu: Dyah Wiswanata



Pemberontakan yang Terjadi

Menurut Pararaton, pemerintahan Jayanagara diwarnai banyak pemberontakan oleh para pengikut ayahnya. Hal ini disebabkan karena Jayanagara adalah raja berdarah campuran Jawa-Melayu, bukan keturunan Kertanagara murni.

Pemberontakan pertama terjadi ketika Jayanagara naik takhta, yaitu dilakukan oleh Ranggalawe pada tahun 1295 dan kemudian Lembu Sora pada tahun 1300. Dalam hal ini pengarang Pararaton kurang teliti karena Jayanagara baru menjadi raja pada tahun 1309. Mungkin yang benar ialah, pemberontakan Ranggalawe terjadi ketika Jayanagara diangkat sebagai raja muda atau putra mahkota. Mungkin pula pemberontakan Ranggalawe sebenarnya terjadi pada tahun 1309.

Pararaton juga memberitakan pemberontakan Juru Demung tahun 1313, Gajah Biru tahun 1314, Mandana dan Pawagal tahun 1316, serta Ra Semi tahun 1318. Akan tetapi, menurut Kidung Sorandaka, Juru Demung dan Gajah Biru mati bersama Lembu Sora tahun 1300, sedangkan Mandana, Pawagal, dan Ra Semi mati bersama Nambi tahun 1316.

Berita pemberontakan Nambi tahun 1316 dalam Pararaton juga disebutkan dalam Nagarakretagama, dan diuraikan panjang lebar dalam Kidung Sorandaka. Menurut Nagarakretagama, pemberontakan Nambi tersebut dipadamkan langsung oleh Jayanagara sendiri.

Di antara pemberontakan-pemberontakan yang diberitakan Pararaton, yang paling berbahaya adalah pemberontakan Ra Kuti tahun 1319. Ibu kota Majapahit bahkan berhasil direbut kaum pemberontak, sedangkan Jayanagara sekeluarga terpaksa mengungsi ke desa Badander dikawal para prajurit bhayangkari yang dipimpin oleh Gajah Mada. Kemudian, Gajah Mada kembali ke ibu kota menyusun kekuatan. Berkat kerja sama antara para pejabat dan rakyat ibu kota, Kelompok Ra Kuti dapat dihancurkan.

Sewaktu menjadi raja, Jayanagara masih berusia muda sehingga dimanfaatkan orang-orang yang merasa tidak puas untuk memberontak. Mereka merasa tidak puas terhadap kebijakan Raja terdahulu, yaitu Raden Wijaya, yang menurut ukuran mereka tidak memberikan kedudukan yang mereka inginkan, dianggap tidak sepadan dengan jasanya sewaktu berjuang bersama Raden Wijaya. Maka, timbullah beberapa pemberontakan pada masa Raja Jayanagara, diantaranya adalah:


Pemberontakan Ranggalawe (1309) => Ranggalawe sangat kecewa karena pengangkatan Nambi sebagai Patih di Istana Majapahit, dia hanya diberikan kedudukan yang lebih rendah sebagai penguasa wilayah Tuban. Pemberontakannya dapat segera dihancurkan dan Ranggalawe dibunuh oleh Kebo Anabrang di pertempuran Sungai Tambak Beras.


Pemberontakan Lembu Sora (1311) => Lembu Sora memberontak karena mendapat hasutan dari seorang pejabat Majapahit yang bernama Mahapati. Mahapati sebenarnya juga musuh dalam selimut bagi Raja Jayanagara, yang selalu membuat intrik dan konspirasi dalam Istana. Pemberontakan Lembu Sora dapat digagalkan pihak Istana yang dipimpin oleh Nambi.


Pemberontakan Nambi (1316) => Nambi memberontak karena dianggap akan menjadi raja, meskipun Nambi sudah diberi kedudukan yang tinggi sebagai Patih istana. Oleh hasutan 'Mahapati', Jayanegara kemudian menyerang Nambi. Nambi bersama Ra Semi sempat membuat pertahanan di Pajarakan, tetapi akhirnya dapat dihancurkan juga oleh Jayanegara.


Pemberontakan Kuti (1319) => Pemberontakan para Dharmaputra yang dipimpin Ra Kuti berhasil menduduki istana kerajaan sehingga Raja Jayanagara terpaksa meninggalkan Istana. Oleh para pasukan 'Bhayangkari' di bawah pimpinan Gajah Mada, raja disembunyikan di tempat yang sangat dirahasiakan yaitu di desa Badander. Atas inisiatif dan usaha dari Gajah Mada maka akhirnya pihak kerajaan dapat menyusun kekuatan dan merebut kembali istana. Akhirnya raja Jayanagara dapat kembali lagi ke istana.



Hubungan dengan Tiongkok

Daratan Tiongkok saat itu dikuasai oleh Dinasti Yuan atau bangsa Mongol. Pada tahun 1321 seorang pengembara misionaris bernama Odorico da Pordenone mengunjungi Pulau Jawa dan sempat menyaksikan pemerintahan Jayanagara. Ia mencatat pasukan Mongol kembali datang untuk menjajah Jawa, tetapi berhasil dipukul mundur oleh pihak Majapahit. Hal ini mengulangi kegagalan mereka pada tahun 1293.

Namun hubungan antara Majapahit dengan Mongol kemudian membaik. Catatan dinasti Yuan menyebutkan pada tahun 1325 pihak Jawa mengirim duta besar bernama Seng-kia-lie-yulan untuk misi diplomatik. Tokoh ini diterjemahkan sebagai Adityawarman putra Dara Jingga, atau sepupu Jayanagara sendiri. Ayah Adityawarman adalah bekas pejabat Singosari yaitu Mahamantri I Hino Dyah Adwayabrahma.



Kematian Jayanagara

Pada tahun 1328 M, sembilan tahun setelah pemberontakan Ra Kuti, Jayanagara mati di tangan Ra Tanca, seorang pelantun syair yang sering diminta menghibur sang prabu. Cerita pembunuhan itu bermula pada 1328, saat Tanca yang juga seorang tabib diminta mengoperasi bisul yang diderita Jayanagara. Dalam operasi bisul yang ketiga kalinya itu Tanca menikam Jayanagara di tempat tidurnya. Gajah Mada yang menunggu di samping raja segera bangkit menusuk Tanca dan mati seketika itu juga. Namun peristiwa pembunuhan itu masih simpang siur.


Ada beberapa versi sejarah tentang siapa sang pembunuh dan apa motifnya.

1. Versi pertama dari Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagara Kretagama, menyebutkan bahwa Jayanagara dilanda rasa takut kehilangan takhtanya sehingga ia pun melarang kedua adiknya, yaitu Dyah Gitarja (Tribhuwana Tunggadewi) dan Dyah Wiyat (Rajadewi Maharajasa) menikah karena khawatir iparnya bisa menjadi saingan. Bahkan muncul desas-desus kalau kedua putri yang lahir dari Gayatri itu hendak dinikahi oleh Jayanagara sendiri. Desas-desus itu disampaikan Ra Tanca kepada Gajah Mada yang saat itu sudah menjadi abdi kesayangan Jayanagara. Ra Tanca juga menceritakan tentang istrinya yang diganggu oleh Jayanagara. Namun Gajah Mada seolah tidak peduli pada laporan tersebut dan tidak mengambil tindakan apa-apa. Tanca pun menunggu kesempatan yang baik. Kebetulan Raja Jayanagara yang menderita bisul menghendaki pembedahan kepadanya. Momen mengobati sang raja pun digunakan Tanca sebagai jalan untuk membunuhnya di tempat tidur.

2. Versi kedua lain menurut arkeolog Belanda N.J. Krom dalam Hindoe-Javaansche Geschiedenis, sebagaimana dikutip Parakitri T. Simbolon dalam Menjadi Indonesia, istri Tanca menyebarkan berita bahwa dirinya dicabuli Jayanagara. Mendengar hal itu Gajah Mada malah balik menuduh dan mengadukan Tanca menebarkan fitnah.

3. Versi lain yang lebih menyentak, tulis Parakitri T. Simbolon, menurut N.J. Krom lagi, dalam tradisi Bali disebutkan bahwa justru Gajah Mada yang menjadi otak pembunuhan tersebut. Konon isu Raja Jayanagara mencabuli istri Ra Tanca adalah siasat dari Gajah Mada. Dan Ra Tanca hanya diperalat oleh Gajah Mada untuk membunuh Jayanagara. Slamet Muljana juga menafsirkan bahwa Gajah Mada yang pada hakikatnya tidak suka pada sikap Jayanagara, menggunakan Tanca sebagai alat untuk memusnahkan sang prabu. Untuk menyelimuti perbuatannya, dia segera membunuh Tanca tanpa proses pengadilan.

4. Versi terakhir diutarakan oleh Muhammad Yamin dalam Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara, menyebut bahwa Tanca terus-menerus merasa tak senang pada raja atas kejadian yang menimpa Kuti, kawan Tanca sesama dharmaputera. Dia menulis bahwa awal sengketa berasal dari mulut seorang perempuan, yaitu istri Darmaputera Ra Tanca. Istri ini mengeluarkan perkataan bahwa dia mendapat gangguan dari Sang Prabu. Kabar angin menimbulkan kegemparan dalam keraton dan di pusat pemerintahahan.” Gajah Mada kemudian memeriksa Tanca. Namun, waktu pemeriksaan berjalan, Jayanagara sakit dan meminta Tanca membedah bisulnya. Kesempatan itu digunakan Tanca untuk melepaskan dendamnya membunuh raja. Yamin, pengagum dan penemu wajah Gajah Mada, membela Gajah Mada menulis: “Di belakang lakon yang menyedihkan hati ini, terbayang pula suatu tuduhan kepada Gajah Mada bahwa dialah yang mendorong Ra Tanca berlaku demikian, karena kabarnya Sang Prabu salah lihat dan salah raba kepada istri Gajah Mada yang teguh setia itu. Namun, tuduhan ini tak beralasan dan berlawanan dengan kesetian hatinya kepada Seri Mahkota.

5. Kematian jayanegara disebabkan karena meminum racun yang dibuat oleh tabib ra tanca dan pembantunya. Hal itu dilakukan sang tabib karena adanya hasutan dari para pemberontak.

Menurut Pararaton, Jayanagara didharmakan dalam candi Srenggapura di Kapopongan dengan arca di Antawulan, gapura paduraksa Bajang Ratu kemungkinan besar adalah gapura yang tersisa dari kompleks Srenggapura. Sedangkan menurut Nagarakretagama ia dimakamkan di dalam pura berlambang arca Wisnuparama. Jayanagara juga dicandikan di Silapetak dan Bubat sebagai Wisnu serta di Sukalila sebagai Buddha jelmaan Amoghasiddhi.

Jayanagara meninggal dunia tanpa memiliki keturunan. Oleh karena itu, takhta Majapahit diteruskan oleh Ibu Suri Gayatri sebagai satu-satunya istri Raden Wijaya yang masih hidup. Namun karena Gayatri telah menjadi seorang Bhiksuni, kekuasaan Majapahit jatuh pada putri sulungnya, yaitu Dyah Gitarja yang bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi.


Membunuh Jaya Negara terbilang susah, sebab selain seorang Raja yang selalu dijaga ketat oleh Para Bhayangkara, Jaya Negara juga memiliki ilmu kebal, begitulah yang diinformasikan serat Pararaton pada bagian ke 8. Meskipun begitu Ra Tanca rupanya punya teknik jitu untuk membunuhnya.


Jaya Negara adalah Raja kedua Majapahit, menurut Negara Kertagama Jaya Negara naik tahta pada 1309 Masehi dengan Gelar Abhiseka Wiralandaghopala, ia naik tahta selepas kemangkatan ayahnya Dyah Wijaya. Jaya Negara merupakan anak laki-laki satu-satunya Dyah Wijaya, ibunya adalah Indradewi atau Dara Petak seorang Putri Melayu dari Kerajaan Dhamasraya.


Meskipun Jaya Negara terlahir dari seorang selir, akan tetapi karena sejak kecil ia diakui anak  oleh Sri Prameswari Dyah Dewi Tribuaneswari (Permaisuri) maka secara otomatis kedudukan Jaya Negara berubah menjadi Putra Mahkota, apalagi Permaisuri tidak mempunyai anak laki-laki sehingga kedudukan Jaya Negara sebagai penerus tahta tidak ada yang membantah.


Pada masa Jaya Negara memerintah Majapahit, kondisi kerajaan dirundung banyak masalah, karena Jaya Negara termakan hasutan Dyah Halayuda yang dikenal menghalalkan segala cara demi memperoleh jabatan sebagai Mahapatih.


Pada masa Jaya Negara memerintah 1309-1328 tercatat beberapa kali terjadi pemberontakan yang diakibatkan oleh hasutan Dyah Halyuda, diantaranya Pemberontakan Mahapatih Nambi, dan Pemberontakan Ra Kuti.


Semua pemberontakan pada akhirnya mampu dipadamkan Jaya Negara, biang perusak kerajaanpun (Dyah Halayuda) akhirnya dibunuh Jaya Negara melalui tangan Gajah Mada. Meskipun demikian asap dari Pemberontakan rupanya masih tetap ada.


Ra Tanca salah satu dari 7 Pejabat Dharmaputra yang berprofesi sebagai Tabib Istana menyimpan dendam dalam-dalam terhadap Jaya Negara. Dalam Serat Pararaton disebutkan bahwa dendam Jaya Negara muncul selepas istrinya diperlakukan tidak senonoh oleh Raja, selain itu,  ia juga masih menyimpan dendam terhadap kematian teman-teman seperjuangannya di Dharmaputra.


Ra Tanca tidak menyukai kelakuan Jaya Negara yang a moral, dalam serat Pararaton, Jaya Negara dikisahkan sebagai Raja yang banyak membuat kecewa dan sengsara rakyat, juga dikenal sebagai Raja yang mau mengawini adik perempuannya sendiri agar tahta Majapahit tetap utuh ditangannya.


Kemuakan Ra Tanca pada Jaya Negara melahirkan rencana pembunuhan, ia berniat menghabisinya. Akan tetapi karena ketatnya penjagaan, Ra Tanca memilih untuk bersabar, hingga suatu ketika datang kesempatan yang ia tunggu-tunggu.


Serat Pararaton menceritakan, bahwa suatu ketika Jaya Negara terkena sakit bisul, sehingga ia tidak bisa berjalan karena mengalami pembengkakan. Gajah Mada kemudian memanggil Ra Tanca ke Istana untuk mengoperasi penyakit Raja.


Kesempatan tersebut tidak disia-siakan Ra Tanca, iapun mempersiapkan alat oprasi yang sanggup dijadikan sebagai alat bunuh, mengingat dalam kamar Raja, Ra Tanca tidak diperkenankan membawa senjata.


Ketika kesempatan membunuh didepan mata, Ra Tanca menusukan pisau operasi (Taji) pada bagian tubuh Jaya Negara yang membengkak, namun sang Raja rupanya tak bergeming, Jaya Negara kebal senjata.


Dengan alasan hendak mengoperasi penyakit sang Raja, Ra Tanca akhirnya merayu Rajanya untuk melepaskan jimat kekebalan yang dimiliki, malangnya Jaya Negara menurutinya, sehingga pembunuhan pun akhirnya terjadi. Jaya Negara dihujani pisau operasi berkali-kali hingga tewas.


Sementara disisi lain, Gajah Mada dan para Bhayangkara yang memergoki peristiwa pembunuhan menjadi kalang kabut, Gajah Mada kemudian menusuk Ra Tanca dengan sebilah keris, Ra Tancapun akhirnya tewas bersimbah darah.  



LONDO GODHONG : KISAH SIKLIWON SERDADU JAWA MINTA DI AKUI SEBAGAI BELANDA

LONDO GODHONG : KISAH SIKLIWON SERDADU JAWA MINTA DI AKUI SEBAGAI BELANDA




Seorang wanita gempal berkulit hitam membukakan pintu. Gegas melangkah diikuti pria dengan lars mengkilap yang berjalan tegap, melewati jejeran dipan. Pada ujung ruangan, wanita berpakaian serba putih yang lain kembali membuka pintu selanjutnya. Kedua pria tersebut masuk.


Mereka menanggalkan topi sebagai tanda hormat. Untuk seorang yang terbaring nyaris sekarat di atas dipan. Selarik sinar matahari pagi menerobos celah-celah jerjak tingkap, membias pirang pada rambut berwarna sabut kelapa kedua pria itu.


“Tuan Heytroen, apakah kubur ku di Ateuk ?” Heytroen tidak menjawab.


“Aku tidak mau di Ateuk. Aku menuntut jatah di Kerkhof .” Heytroen masih


Apakah juga ditabalkan inlander fusilier pada penghujung namaku? Apakah aku overleden ?” Suara parau lelaki berkulit coklat berhidung pesek  yang terbaring lemah itu menghentak. Terdiam sesaat. Kemudian kembali berujar,


“Aku tidak mau itu. Aku mau Kerkhof. Tertulis Kliwon Der Heijden, F. Art . Gesneuveld . Dan permintaan terakhir, nisan tinggi berukir Sersan Colone Macan . Di sisi lingga pelinggam Kohler. Titik.” Heytroen terdiam sekian saat, kemudian menggeleng.


“Anggap saja sebagai pembayar jasa-jasaku di Samalanga.” Ujar Kliwon dengan nada semakin meninggi.


Memang Heytroen menjadi saksi kala Kliwon memanggul Van Der Heijden yang bermandi darah menjauh dari garis depan kala pertempuran di Samalanga. 


Usai pertempuran mereda, Kliwon pula yang dengan gagah berani menancapkan Prinsenvlag beralas jasad para pribumi yang bertindih-tindih. Padahal ketika itu, desing-desing sesekali masih melesak dari balik semak-semak kebun kelapa.


 

“Inilah Kopral Kliwon. Kliwon Der Heijden.” Teriak Van Der Heijden lantang dihadapan ratusan para serdadu yang disambut dengan sorak-sorai sembari mengacung-acungkan karaben dengan tangan kiri dan klewang pada tangan kanan, kala merayakan keberhasilan menancapkan bendera.


Penabalan nama Belanda itu pula yang membuat Kliwon semakin terkenal di kalangan para serdadu marsose. Karena diumumkan menjadi Belanda seutuhnya oleh Jenderal utusan Ratu, Kliwon dapat semakin menepuk dada yang membusung. 


Dan keberanian pun menjadi berganda-ganda. Kumpulan keberanian beraroma bengis itu pula salah satu penyebab utama menjadikannya seorang Sersan untuk unit Colone Macan. Sebelum misi meretas rimba menuju dataran Gayo.


Sekian saat Heytroen tersekap dalam diam. Dia tidak dapat serta-merta mengabulkan permintaan Kliwon. Perkara menanam jasad serdadu, tidak semudah membubuhkan tanda tangan pada secarik kertas untuk mendapat sekerat pengakuan dari Ratu berupa medali kehormatan. 


Ini bukan masalah jasa dalam pertempuran, perihal pengabdian tercukupilah dengan beragam lempengan yang telah disematkan. Ini persoalan marwah Merah Putih Biru. Heytroen memilih bungkam. Berpikir keras kiranya. Lantas ia berkesimpulan, menggeleng pelan.


Kliwon menyeringai, matanya memerah penuh amarah. Heytroen terkinjat. Memundur. Sorot mata yang memerah itu serupa tatkala Kliwon mengayunkan klewang dan kemudian mengarak kepala Pang Amat, sebagai balasan karena telah memenggal Letnan Richello di rawa-rawa Tambue. 


Sekira setahun sebelum penabalan nama Belanda karena memanggul Van Der Heijden yang berdarah-darah sebab peluru pribumi menembus mata kirinya.


Seringai tersebut masih lekat benar dalam ingatan Heytroen. Seringai Kliwon itu tak ubah saat mengiris dada-dada para tertekuk di Kutareh. Kala itu Heytroen terpaksa mengeluarkan seisi perut, karena Kliwon menyematkan seiris potongan pada ujung karabennya.


Ketakutan seketika menyergap Heytroen. Murka Kliwon kian memuncak. Segenggam medali bintang jasa anugerah Ratu dilemparkan ke arah Heytroen. Bergemerincingan ke lantai. Kliwon meronta sembari menyumpah serapah.


Heytroen membersut, mukanya memerah. Mendengus, menahan luapan amarah. Hendak maju menghajar serdadunya itu. Namun Heytroen kembali tercekat. Seringai itu kembali menggetarkan kedua lututnya. Terpaksa dia mengurungkan niat.


Walau kini terbujur lemah dengan luka robek tepat di dada. Namun itu tetap seringai buas seorang serdadu Colone Macan. Dingin, tetapi kampak pencabut nyawa yang bergagang panjang tergenggam, seolah menyandar di bahunya. 


Siaga memperlempang jalan ke surga atau neraka.Heytroen membanting pintu. Meninggalkan Kliwon menceracau dalam kutukan.Beberapa suster membujuk Kliwon untuk tidak meninggalkan dipan. Kemarahan Heytroen begitu memuncak. Bersungut-sungut pada Ajudannya,


“Inlander itu telah menghina Ratu.”


“Dia melanggar pasal haatzai artikelen dan lese majeste . Polisi Militer akan menyeretnya ke hadapan oditur.” Sahut Ajudan menjelaskan dosa Kliwon.


“Terlalu pelik dan merepotkan. Ini medan perang. Gubernur Van Daalen tidak mengekang serdadu Marsose maupun Colone Macan dengan hukum atau pengadilan.” Ujar Heytroen.


“Siap, Mayor!” Sahut Ajudan memahami perintah, sembari menabik.


Kliwon tersadar. Mendapati dirinya mengimbak-imbak. Dengan leher terkujut pada perakaran bakau, tepat pada mulut lungkang pembuang kotoran sapi perah milik Benggali. Di pinggiran sungai Kampung Keudah kiranya. Kliwon tahu, karena samar matanya dapat melihat jejeran bambu penahan gundukan parit Benteng Peunayoeng di seberang sana, benteng yang ia tempati sekembalinya dari Tanah Gayo.

Kliwon menggerapai.


 Ia dapati tangannya tersimpai. Ia kembali menggelalar. Namun simpul itu terlalu erat. Kliwon tidak dapat melepaskan diri. Tenaganya kini kalah kuat dengan simpulan temali yang membelit leher dan kedua tangannya.


Lamat-lamat terdengar himne yang dinyanyikan serdadu muda dengan penuh semangat dalam parade petang dari arah benteng,


“Wie kent er niet die brave zielen. 

Die aan het verre Atjehstrand. 

Al voor de eer van Nederland. Vielen’t Rood, Wit, Blauw in hun verstijfde hand. We zullen hunnen assche eeren, wreken. 


En waar ik ga of sta of zit, zal ik hun naam met eerbied spreken. Want dat waren jongens van Jan de Witt. ”


(Siapa yang tidak kenal jiwa-jiwa yang berani. Yang berjuang di pantai Aceh yang jauh. Gugur demi kehormatan Belanda. Warna merah, putih dan biru di tangan mereka yang sudah kaku. Kita akan menghormati dan membela jasad mereka. Dimanapun aku berada, aku akan menyebut nama mereka dengan penuh hormat. Karena mereka adalah para pemuda Jan de Witt.)


“Begini balasan mereka untukku. Aku tetap pribumi. Bukan Belanda. Bendera Ratu kini untuk membebatku.” 


Kliwon lirih bergumam.Sesungging senyuman menggelayut. Berlintas-lintas bayang menyambangi benaknya. Sebelum terpasung dalam apung sedagu di sini, dia berseregang dengan Heytroen. 


Sebelum Heytroen membezuk, suster-suster Ambon hampir sepekan merawatnya di bangsal Benteng Peunayoeng. Sebelumnya lagi, dia terkecoh kedip seorang wanita di pelataran Taman Sari. 


Mengira sundal keling berselendang, ternyata Aceh Moorden . Sebelumnya… Sebelumnya… Sebelumnya… Hingga bayangan Kliwon kecil kala merampas gundu teman, menari-nari seolah teramat dekat.


“Semuanya telah berakhir.” Kliwon kembali mendesah. Dalam sesal dia mencari cari tuhan. Namun tuhannya telah mulai berpaling semenjak Kliwon baliqh selalu melafaz Kidungan kala mengacaukan kumpulan ratusan itik milik Embah dan menendangnya hingga yang nahas jatuh ke empang, pun kini tiada dapat diingati lagi bait-baitnya. 


Dan tuhan telah benar-benar pergi semenjak Kliwon tersesat jauh dari Manunggaling , bersebab kesibukannya memburu guyur medali-medali anugerah Ratu.


Sang tuhan yang lain belum lagi ia temukan sampai matanya membelalak. Satu hentakan sekilap menarik jantungnya. 


Keluar melalui bekasan gores memanjang hujaman rencong yang belum sembuh benar pada sela iga. Biawak merenggutnya dan merenangkan. 


Beberapa yang lain mendudu cepat dengan lidah bercabang menjulur-julur. Hendak merebut gumpal yang sesekali masih berdenyut itu, kiranya mendapati secabik untuk makan malam mereka


Ateuk yang dimaksud adalah Sebidang tanah pemakaman di Kampung Ateuk, Banda Aceh, tempat dimakamkannya serdadu marsose pribumi.


Kerkhoff: Pekuburan serdadu Belanda yang gugur semasa Perang Aceh.


inlander fusilier: Idenditas yang di gunakan untuk menandakan tentara Marsose pribumi dari Jawa.


overleden: Serdadu yang meninggal karena sakit akan di sertai dengan keterangan overleden pada nisannya.


F. Art: Identitas yang di gunakan untuk menandakan tentara Marsose Belanda (non pribumi).


Gesneuveld: Serdadu yang mati dalam pertempuran akan di sertai dengan keterangan gesneuveld pada nisannya.


Colone macan: Merupakan unit khusus berisikan serdadu-serdadu pilihan dari sekian puluh ribu pasukan elite Marsose yang bertugas di Aceh.


Prinsenvlag: Sebutan untuk bendera Belanda


Inlander: Sebutan untuk pribumi.

Haatzai artikelen (pasal tentang penyebaran kebencian). Lese majeste (pasal kejahatan terhadap kerajaan). Pasal terbut efektif berlaku pada tahun 1881, dengan ancaman maksimal 5 tahun penjara. 


Pemerintah Belanda pada tahun 1918 menghapus pasal tersebut.

Salah satu lagu karaben, yang selalu dinyanyikan oleh para serdadu marsose sebagai pemantik semangat tempur.


Aceh moorden: Aceh gila. Suatu pembunuhan khas Aceh. Dengan nekad seseorang melakukan penyerangan terhadap orang-orang Belanda. Siapa saja dan dimana saja.

Kidungan: Doa-doa/mantra-mantra dalam aliran Kejawen.

Manunggaling: Inti dari ajaran Kejawen


Kliwoñ van der heyden


KODRAT (Keluarga Olahraga Tarung Derajat)

 KODRAT (Keluarga Olahraga Tarung Derajat)





KODRAT adalah singkatan dari Keluarga Olahraga Tarung Derajat. KODRAT merupakan organisasi yang mengelola cabang olahraga Tarung Derajat di Indonesia. 


Ciri khas Tarung Derajat :

- Tarung Derajat adalah seni bela diri khas suku Sunda. 

- Tarung Derajat memanfaatkan kemampuan otot, otak, dan nurani. 

- Tarung Derajat menggunakan lima daya gerak moral, yaitu kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian, dan keuletan. 



Tarung Derajat memiliki semboyan : "Aku ramah bukan berarti takut, aku tunduk bukan berarti takluk". 

Tarung Derajat diajarkan tanpa menggunakan pelindung tubuh saat berlatih. 



Prestasi Tarung Derajat  :

- Tarung Derajat telah dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional (PON) sejak tahun 2000.

- Tarung Derajat juga dipertandingkan di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) dan Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS).

- Tarung Derajat telah diakui sebagai olahraga nasional dan menjadi anggota KONI sejak tahun 1997.

- Tarung Derajat juga digunakan sebagai latihan bela diri dasar oleh TNI Angkatan Darat dan Brigade Mobil Polri.





Tarung Derajat adalah seni bela diri berasal dari Indonesia yang diciptakan oleh Achmad Dradjat. Ia mengembangkan teknik melalui pengalamannya bertarung di jalanan pada tahun 1960-an di Bandung. Tarung Derajat secara resmi diakui sebagai olahraga nasional dan digunakan sebagai latihan bela diri dasar oleh TNI Angkatan Darat dan Brigade Mobil Polri.

Tarung Derajat diajarkan dengan motto "Aku Ramah Bukan Berarti Takut, Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk", motto ini selalu dikumandangkan ketika sebelum berlatih dan setelah berlatih untuk meningkatkan semangat dan daya juang.



Semboyan Tarung Derajat.

Satu hal yang menarik adalah semboyan persaudaraan tarung derajat yang berbunyi, 'Aku ramah bukan berarti takut, aku tunduk bukan berarti takluk.' Ini merupakan sebuah semboyan yang kaya akan makna.



Arti lambang Tarung Derajat.

KODRAT di ketua oleh Bambang Soesatyo (Ketua MPR RI). Kepalan tangan warna kuning arah ke depan: Kepalan tangan adalah lambang gerakan-gerakan bela diri. Dua buah lingkaran bermakna bahwa gerakan-gerakan Tarung Derajat didasarkan pada kemampuan otot dan otak.



Berapa lama naik sabuk Tarung Derajat ?

Kegiatan tersebut, rutin diselenggarakan setelah ujian kenaikan sabuk atau tingkat yang berlangsung selama 4-6 bulan sekali.



Berapa jam untuk sabuk biru bjj ?

Mereka menggunakan "hook" mereka dengan sangat ahli dan membuat mereka kesulitan untuk melewatinya. Biasanya, sabuk biru akan membutuhkan sekitar 400+ jam waktu latihan dan sparring bebas untuk mencapai peringkat paling bergengsi ini. Dan sebagian besar waktu itu akan dihabiskan di punggung mereka.




Kepengurusan PB KODRAT 

Ketua Umum Pengurus Besar Keluarga Olahraga Tarung Derajat (PB KODRAT) untuk periode 2025-2029 adalah Bambang Soesatyo (Bamsoet). Bamsoet terpilih kembali dalam Musyawarah Nasional PB KODRAT di Padepokan Perguruan Tarung Derajat, Bandung. 

Tarung Derajat adalah seni bela diri asli Indonesia yang dikreasi oleh Achmad Drajat, yang akrab disapa Aa Boxer. Tarung Derajat telah dipertandingkan secara nasional dan internasional. 


Berikut ini adalah susunan pengurus AFTD : 

- Presiden : Let Jend (Purn) Alfan Baharudin

- Wakil Presiden : MD Sohaimi Bin Mohamed Shah

- Wakil Presiden : Mai Ba Hung

- Sekretaris Jenderal : Badai Meganagara Dradjat

- Wakil Sekretaris Jenderal : Tb. Lukman Djayadikusumah

- Bendahara : Dara Mentari Dradjat


Motto Tarung Derajat adalah "Aku Ramah Bukan Berarti Takut, Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk". Motto ini dikumandangkan sebelum dan setelah berlatih untuk meningkatkan semangat dan daya juang.