Social Bar

Popunder

Sunday, July 27, 2025

Kalender Jawa mPu Hubayun

 Kalender Jawa mPu Hubayun




Artikel ini adalah ringkasan super singkat dari buku buku karya santosaba yang membongkar "Fakta Sejarah" Nusantara yang di "Sembunyikan". Jadi akan sia sia saja jika "Dipadankan" dengan sumber sumber "Mainstream" yang kini ada ...karena catatan sejarah kita telah di "Kamuflase" juga di "Seragamkan" bahwa kita  adalah bangsa "Lemah". Pengimpor budaya lain, semua terpublikasi dari india juga tidak mempunyai catatan sejarah pernah "Ber Jaya" di masa lalu, sebelum tahun 78 Masehi


Sudah waktunya "Ilmu Pengetahuan" saat ini "Merevisi" catatan sejarah,Mengklarifikasi terhadap catatan masa lalunya yang di tulis atas kepentingan "Subjektif" suatu bangsa terhadap bangsa lain..yang faktanya ingin menguasai nya..."Hilangkan sejarahnya lalu kuasai"...ini fakta nya


Hal yang "Terburuk" dalam pencatatan masa lalu leluhur kita adalah : Penghitungan awal angka tahun "Saka" di seluruh prasasti yang di hitung mulai tahun 78 Masehi....sehingga "Hilang" semua fakta nyata sejarah nenek moyang kita sebelum tahun itu


Kalender Jawa diciptakan oleh "mPu Hubayun", dibuat berdasarkan ‘Sangkan Paraning Bawana‘, asal usul isi semesta pada tahun 911 SM mengikuti peredaran matahari, Tahun 1625 ,Sultan Agung atas dasar kesinambungan,aneh nya mengeluarkan dekrit  tahun 1547 Çaka diteruskan menjadi tahun 1547 Jawa,Beliau memakai kalender Saka india 1547+78 = Tahun 1.625 Masehi, Jika di hitung berdasar awal tahun  Jawa "mPu Hubayun" 911 SM (1547 - 911 + 1) Seharus nya 635 Masehi


Sumber lain tentang, Kalender Saka yang di pakai saat ini, berawal pada tahun 78 M juga disebut sebagai penanggalan Saliwahana/Sâlivâhana, Kalender śaka berdasar pada perputaran matahari dan berasal dari kelahiran śālivāhana,Ini dimulai pada tanggal 1 vaiśākha 3179 dari kaliyuga, atau pada hari Senin 14 Maret 78 M 


Viracharita (abad ke-12 M) menyebut Shalivahana sebagai saingan raja Vikramaditya dari Ujjain. Menurutnya, Shalivahana mengalahkan dan membunuh Vikramaditya, dan kemudian memerintah dari Pratishthana. Shudraka adalah rekan dekat Shalivahana dan putranya Shakti Kumara. Kemudian, Shudraka bersekutu dengan penerus Vikramaditya dan mengalahkan Shakti Kumara,Legenda ini penuh dengan cerita "Mitologis"


Era Śaka yang populer adalah digunakan pada penanggalan prasasti kuno abad pertengahan dan sastra di India,Nepal, Burma, Camobdia, dan Jawa (Indonesia). Secara umum diyakini bahwa era Śaka dimulai pada 78 M,Studi kritis dan komprehensif referensi epigrafi dan sastra dari era Śaka tampaknya membawa kita pada kesimpulan bahwa era Śaka dan era Śakānta tidak identik


Zaman era Śaka dimulai pada 583 SM sedangkan zaman era Śakānta dimulai pada 78 M. Sejarah kronologis India kuno telah diajukan sejak 661 tahun karena dua zaman yang berbeda ini secara keliru dianggap identik,Sejatinya Saliwahana,adalah Raja dari India bagian selatan,yang di kalahkan oleh kaum "Çaka" dan tahun yg di gunakan adalah tahun yang di pakai bangsa kaum "Pemenang",Di mulai saat di "Taklukan" nya thn 78 M


Tony Joseph penulis buku Early Indians: The Story of Our Ancestors and Where We Came From, diterbitkan oleh Juggernaut....menulis :


Bahwa Arya bukanlah penghuni pertama India dan peradaban Harappa "Dravida" ada jauh sebelum kedatangan mereka,Ini berarti bahwa bangsa Arya atau budaya Veda bukanlah sumber tunggal peradaban di India dan sumbernya yang paling awal  berasal dari tempat lain,Mereka telah berkampanye untuk mengubah kurikulum sekolah dan menghapus setiap kata yg menyebutkan "imigrasi Arya" dari buku sejarah india,Studi genetik lain telah membuktikan bahwa ada banyak bangsa yang migrasi ke India,berasal dari Asia Tenggara di perkuat oleh banyaknya penutur bahasa Austro-Asia ....ini yang ditulis Tony Joseph


Çaka adalah kaum leluhur Nusantara,tertulis pada relief dasar Vhwãnã Çakã Phãlã/Borobudur dengan teks literasi kata  Māhéçãkyã ,Bangsa Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Saka,Aryān yg Agung,Kaum "Çaka" adalah leluhur bangsa Nusantara,sudah ada lebih dahulu jauh dari 78 M dari saat menaklukan Raja india,yaitu setelah tahun 2000 SM,datang imigran (Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Arya) ,Mereka membawa bahasa Sansekerta awal atau dasar dari Sanskret


Berbagai praktik budaya baru seperti ritual pengorbanan yang semuanya membentuk dasar budaya "Hindu/Veda" awal,dasar nya adalah Ajaran leluhur kita "Dharma"  terekam pada literasi kata Kųsãlädhãrmãbæjănā di figura relief


Di Sangharamā Mahæ Thupa Vhwãnã Çakã Phãlã kini terpublikasi menjadi "Borobudur",ada 160 panel relief di dasar nya yang tidak di "Expose",ada 12 kata "Şvãrggã" tertera di figura relief dasar bukan tertulis kata "Nirvana" dan literasi teks kata yang lainnya

.......Mãhéçãkhya....yang jika di ungkap maka kita akan faham siapa sebenar nya leluhur kita ....


● Mãhéçãkhya (Pigura Panil 43 )

Kata "Mahe" berarti besar atau bangsa yang besar dan kata "SAkya" adalah Kaum Çaka Nusantara,Maheshakhya adalah salah satu kata yang terserap ke bahasa Sansekerta yang juga digunakan dalam kitab - kitab seperti Upanishad ,Veda


Transliterasi yang berbeda yang membuktikan bahasa dalam teks di relief bukan Sansekerta,Tapi bahasa ini yang mendasari Sansekerta,sehingga di mungkinkan ada kemiripan,Bangsa jerman mengambil symbol "Su Astika" dari bangsa yang lebih maju di masa terdahulu,Bangsa itu adalah leluhur Nusantara


Dalam kamus,Petersburg Dictionary "Otto Böhtlingk dan Rudolph Roth, 1879-1889 & Saint Petersburg Great St Dictionary 1855-1875, disebut : Maheshakhya,Mahendranagari,Mahendrayajin,Maheshabandhu,Kata-kata mirip nya adalah:Maheshakhya,Maheshvarasiddhanta,Mahibhrit,Mahidhra,Maheshakhya,Mahahava,Mahavanij,Maheshudhi


Harvard-Kyoto transliterasi "maheçãkhya" menjadi "mahezAkhya" di Velthuis kata Transkripsi "mahe" mendapat imbuhan "saakhya ", versi Itrans modern adalah " maheshAkhya ", "maheSAKya", dalam font IPA"məɦeːɕɑːkʱjə


Maheshakhya versi Devanagari adalah महेशाख्य ditulis dalam IAST transliterasi dengan tanda diakritik kata ini ditulis "maheśākhya" berarti : Seorang pria besar gagah agung,dalam kata Sanskerta dengan terjemahan menjadi seorang pria yang "Agung Mulia"


Kata-kata yang memiliki makna yang mirip dengan Maheshakhya, baik dari bahasa Sanskerta atau dari bahasa Jerman berarti seorang bangsawan pria yang agung,Pria agung bijaksana itu adalah pemimpin bangsa pada peradaban maju Nusantara Indonesia terdahulu Kaum Çaka...di buktikan dengan ratusan "Prasasti" ber angka tahun "Saka"


Bangsa Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Saka,Aryān yang Agung adalah leluhur bangsa Nusantara sub ras ke 4 yang berasal dari bangsa "Jawi " bangsa yg menurun kan kaum Çaka yaitu :

1.Jawi (Bukan suku )

2.Madayu

3.Cambyses

4.Scythia,Sakkas,Çaka,Aryān


Çaka adalah kaum leluhur Nusantara,tertulis pada relief dasar Vhwãnã Çakã Phãlã dengan teks literasi kata Māhéçãkyã ,Bangsa Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Saka,Aryān yang Agung,Kaum "Çaka" menggunakan penanggalan lebih dahulu jauh dari 78 M dari saat menaklukan Raja india.....



Catatan : 

Diantara buku buku karya Santosaba diskusikan di DAV College (Aff. Punjab University) Sector 10,Chandigarh, Punjab India




Kerajaan Galuh Purba Adalah Sebuah Kerajaan di Lereng Gunung Slamet

 Kerajaan Galuh Purba Adalah Sebuah Kerajaan di Lereng Gunung Slamet





Dari kisah-kisah legendaris hingga catatan sejarah yang menggetarkan, wilayah lereng Gunung Slamet ternyata menyimpan sebuah misteri besar: Kerajaan Galuh Purba. Sebuah kerajaan kuno yang menjadi induk bagi berbagai kerajaan di Nusantara, memberikan sorotan baru pada warisan kejayaan masa lalu.


Menurut catatan sejarawan Belanda W.J. van der Meulen, Kerajaan Galuh Purba di Lereng Gunung Slamet memiliki asal-usul yang mencengangkan. Dibentuk pada abad ke-1 Masehi oleh para pendatang dari Kutai, Kalimantan Timur, kerajaan ini memperluas pengaruhnya dari Indramayu hingga Purwodadi, mencakup sebagian besar wilayah Jawa. 


Kerajaan Galuh Purba memiliki wilayah kekuasaannya yang cukup luas, meliputi Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Kedu, Kulonprogo, dan Purwodadi. Ini menunjukkan bahwa Kerajaan Galuh Purba sangat berpengaruh di wilayah Jawa.


🔳 Pendirian Kerajaan Galuh Purba


Pendirian kerajaan ini tidaklah terjadi begitu saja. Para pendatang dari Kutai memasuki Pulau Jawa melalui Cirebon, kemudian menetap di antara lereng Gunung Ciremai, Gunung Slamet, dan lembah Sungai Serayu. Di sinilah peradaban mereka berkembang pesat, dengan mereka yang menetap di Lereng Gunung Slamet membangun Kerajaan Galuh Purba, sementara yang lain mengembangkan peradaban Sunda di sekitar Gunung Ciremai.


🔳 Penurunan Kerajaan Galuh Purba


Kerajaan Galuh Purba mengalami penurunan saat Syailendra menunjukkan eksistensi wangsanya. Namun, Kerajaan Galuh Purba kemudian berpindah ke Kawali (dekat Garut) dan mengganti namanya menjadi Galuh Kawali. Pada saat yang sama, muncul juga kerajaan-kerajaan yang cukup besar, di timur ada Kerajaan Kalingga sedangkan di wilayah barat berkembang Kerajaan Tarumanegara. 

Galuh Purba menjadi Kerajaan kadipaten yang sebanarnya masih kerabat. Semua menggunakan nama Galuh. DI brebes ada Kerajaan galuh rahyang dan galuh kalangon dengan ibu kota medang pangramean. Di cilacap ada Kerajaan Galuh lalean dengan ibu kota medang kamulan, di tegal ada Kerajaan galuh kumara dengan ibu kota medang kamulyan.


🔳 Informasi penting disajikan secara kronologis


Di pananjung ada kerajaan galuh tanduran dengan ibu kota bagolo. Di nanggalacah ada Kerajaan galuh pataka dengan ibu kota pataka. Di ceneam ada Kerajaan galuh nagara Tengah dengan ibu kota bojong lopang, di barunay (pabuaran) ada Kerajaan galuh imbanagara dengan ibu kota imbanagara, di bojong ada Kerajaan kalingga dengan ibu kota karangkamulyan.  


Atas berbagai sebab, Kerajaan galuh purba kemudian pindah ke kawali (dekat garut) berganti menjadi Galuh Kawali. Kemudian muncul Kerajaan yang cukup besar di timur ada Kerajaan kalingga sedangkan di barat ada Kerajaan Tarumanegara yang merupakan lanjutan dari Kerajaan Salakanagara.


🔳 Perkawinan dan Dinasti Sanjaya


Namun saat purnawarman (taruma negara) lengser diganti candrawarman pamor galuh kawali Kembali menanjak. Raja Galuh kawali menyatakan kemerdekaanya dari taruma negara dan mendapat dukungan dari kalingga. Lalu Kerajaan ini mengubah Namanya menjadi Kerajaan Galuh dengan pusat pemerintahan di Banjar Pataruman. Kerajaan Galuh inilah yang kelak berkembang menjadi Kerajaan pajajaran.


Kerajaan Galuh, Kalingga, dan Tarumanegara kemudian saling kawin sehingga memunculkan dinasti Sanjaya. Hasil perkawinan itulah yang melahirkan raja-raja di tanah Jawa. Oleh karena itu, Kerajaan Galuh Purba dari lereng Gunung Slamet inilah induk dari kerajaan-kerajaan di Nusantara.


Kerajaan Galuh Purba merupakan bagian dari sejarah yang menarik di Nusantara, yang memiliki berbagai kabar dan misteri yang belum terungkap hingga sekarang.


Dari kejayaan yang tak terlupakan hingga kejatuhan yang mengguncang, Kerajaan Galuh Purba tetap menjadi salah satu bagian paling menarik dari sejarah Nusantara. Dibalut dengan misteri yang belum terpecahkan, warisan mereka terus menginspirasi dan menantang pemikiran para sejarawan hingga hari ini. 


Sesungguhnya, lereng Gunung Slamet menyimpan lebih dari sekadar pemandangan alam yang memesona; ia menyimpan jejak-jejak peradaban yang menakjubkan, membingkai kisah yang tak terlupakan dalam sejarah bangsa terutama bagi warga banyumas.


Peradaban dan bahasa Ngapak Banyumasan juga diduga sebagai bahasa jawa asli mengingat tulisan huruf jawa juga ketika dibaca sesuai bunyi aslinya tulisannya yaitu Ha Na Ca Ra Ka...tidak dirubah menjadi Ho No Co Ro Ko.




Monday, July 21, 2025

Arca Dwarapala Singosari (Penjaga Gerbang Kerajaan yang Masih Berdiri Kokoh)

 Arca Dwarapala Singosari 

(Penjaga Gerbang Kerajaan yang Masih Berdiri Kokoh)




Pernahkah kamu melihat patung raksasa yang duduk bersila sambil memegang gada? Itulah Arca Dwarapala, sosok penjaga gerbang dalam budaya Jawa Kuno, dan salah satu yang paling megah ada di Singosari, Malang, Jawa Timur.


Arca ini diperkirakan dibuat pada masa Kerajaan Tumapel, sekitar abad ke-13 Masehi. Dwarapala bukan sembarang patung  ia dipercaya sebagai penjaga sakral gerbang candi atau kompleks kerajaan, berwajah garang namun punya makna pelindung.


Yang menarik, Dwarapala Singosari ukurannya luar biasa besar, sekitar 3,7 meter! Terdapat dua arca yang mengapit jalan menuju situs purbakala Singosari, seolah menyambut dan menjaga siapa pun yang masuk.


Walau sudah ratusan tahun berlalu, arca ini masih berdiri gagah sebagai saksi kejayaan Singhasari di masa lalu. Beberapa ahli percaya, posisinya mengarah ke utara menunjukkan lokasi ibu kota kerajaan kala itu.


Hari ini, Dwarapala tak hanya jadi peninggalan sejarah, tapi juga simbol kekuatan dan keteguhan budaya Jawa Kuno yang tak lekang oleh zaman.




Saturday, July 5, 2025

Baik Menjadi Orang Penting, Tapi Lebih Penting Menjadi Orang Baik (Jendral Polisi (Purn) Hoegeng Imam Santoso

Baik Menjadi Orang Penting, Tapi Lebih Penting Menjadi Orang Baik

(Jendral Polisi (Purn) Hoegeng Imam Santoso 





Semoga semangat Hoegeng yang jujur, berani, dan bersih tanpa syarat terus menginspirasi pengabdian yang penuh integritas.


Dirgahayu Bhayangkara.

Friday, July 4, 2025

Sosok Serda Gijadi, penembak Letjen A Yani pada peristiwa G30 S PKI. Sumber : harian KAMI 29 Nov 1967

Sosok Serda Gijadi, penembak Letjen A Yani pada peristiwa G30 S PKI.

Sumber : harian KAMI 29 Nov 1967




Serma, Gijadi / Giyadi dari batalyon tjakrabirawa.

Penembak Jendral "Achmad Yani" setelah tertangkap!

Melakukan penembakan karena perintah atasan beliau.. Kasihan jadi kambing hitam.


Beliau mungkin saksi utama ?  di balik skenario oknum-oknum di era revolusi.






Thursday, July 3, 2025

SERAT PERCINTAAN KAMASUTRA JAWA (SERAT CENTINI)

 SERAT PERCINTAAN KAMASUTRA JAWA (SERAT CENTINI)



https://pointcenter9.blogspot.com/2025/07/serat-percintaan-kamasutra-jawa-serat.html





Asal-Usul Ilmu Asmara Jawa

Dalam khasanah kebudayaan Jawa, cinta bukan sekadar persoalan nafsu atau hubungan ragawi. Cinta adalah "rasa" — getaran batin yang mendalam, yang menyatukan manusia dengan sesamanya dan dengan semesta. Dalam pandangan Jawa, cinta adalah sarana untuk mencapai harmoni, keseimbangan, dan bahkan penyatuan spiritual dengan Yang Maha Kuasa. Inilah sebabnya mengapa ilmu asmara dalam tradisi Jawa sangat berbeda dari pandangan Barat yang sering terpisah antara cinta dan seksualitas.


Salah satu sumber ajaran cinta dan kebatinan paling lengkap adalah Serat Centhini, juga dikenal sebagai Suluk Tambangraras-Amongraga. Disusun pada awal abad ke-19 atas perintah Pangeran Adipati Anom (kelak menjadi Sultan Pakubuwana V), naskah ini merupakan ensiklopedia budaya Jawa yang merangkum filsafat hidup, agama, kesenian, hingga hubungan suami istri.


Dalam Centhini, hubungan asmara — disebut sebagai Asmaragama — tidak dipandang vulgar. Ia adalah seni, ilmu, dan laku spiritual. Seksualitas tidak dipisahkan dari etika, cinta, dan kebijaksanaan. Bahkan dalam bagian-bagian yang membahas teknik bercinta, Centhini tetap menggunakan bahasa tembang macapat, penuh simbol, puitis, dan menyentuh rasa, bukan sekadar ragawi.


Ilmu asmara Jawa lahir dari perpaduan antara nilai-nilai Hindu-Buddha (dari tradisi Tantrayana), Islam (khususnya tasawuf), dan filsafat kejawen. Seksualitas dalam ajaran Tantrik dipandang sebagai energi suci yang bisa membangkitkan kesadaran. Dalam tasawuf, cinta adalah jalan menuju Tuhan. Sedangkan dalam kejawen, keduanya menyatu dalam konsep manunggaling kawula lan Gusti — penyatuan antara manusia dan Tuhan.


Dengan demikian, ilmu cinta dalam Serat Centhini — yang kemudian dijuluki sebagai "Kamasutra Jawa" — bukan sekadar tentang posisi bercinta, tetapi menyangkut keselarasan rasa, kehalusan budi, dan kesucian niat dalam menjalin hubungan dengan pasangan.



Tuesday, July 1, 2025

Peninggalan Budaya & Jejak Peradaban Di Gunung Galunggung

Peninggalan Budaya & Jejak Peradaban Di Gunung Galunggung 




Di kaki Gunung Galunggung, Tasikmalaya, terdapat berbagai artefak dan peninggalan budaya yang menunjukkan adanya jejak peradaban masa lalu. Beberapa artefak dan situs penting yang ditemukan atau diduga berada di kawasan ini meliputi :


1. Punden Berundak

Lokasi: Beberapa ditemukan di wilayah seperti Salopa, Sukaratu, dan sekitarnya.

Deskripsi: Struktur batu bertingkat yang diduga sebagai tempat pemujaan atau upacara. Biasanya terdiri dari susunan batu besar yang tersusun rapi, mirip dengan struktur megalitikum.

Fungsi: Diduga digunakan oleh masyarakat prasejarah untuk kegiatan ritual atau keagamaan.


2. Batu Tapak (Batu Jejak)

Lokasi: Desa-desa di lereng Galunggung, seperti Sukaratu dan Cisayong.

Deskripsi: Batu besar yang memiliki cekungan menyerupai jejak kaki manusia, sering dianggap sebagai "tapak leluhur" atau peninggalan tokoh spiritual.

Makna: Dipercaya sebagai simbol kedatangan raja, nabi, atau tokoh sakral.


3. Fragmen Alat Batu dan Gerabah

Temuan: Kadang ditemukan saat penggalian atau pembangunan di desa-desa sekitar Galunggung.

Jenis: Gerabah kasar, pecahan tembikar, kapak batu, dan alat dari batu obsidian.

Konteks: Menunjukkan kehidupan permukiman masa lalu di daerah ini.


4. Situs Permukiman Tua

Beberapa warga dan peneliti lokal percaya bahwa wilayah sekitar Galunggung dulu dihuni oleh kerajaan kecil atau pemukiman masyarakat kuno, terutama sebelum letusan besar Galunggung tahun 1822 dan 1982.

Ada legenda tentang Kerajaan Galunggung, yang diyakini pernah berdiri di kawasan itu.


5. Makam Kuno dan Situs Ziarah

Contoh: Makam para tokoh karuhun (leluhur) Sunda dan petilasan raja-raja Sunda, seperti yang berada di daerah Cipanas Galunggung dan sekitarnya.


Fungsi: Tempat ziarah dan penghormatan terhadap leluhur.