Social Bar

Popunder

Sunday, July 27, 2025

Kalender Jawa mPu Hubayun

 Kalender Jawa mPu Hubayun




Artikel ini adalah ringkasan super singkat dari buku buku karya santosaba yang membongkar "Fakta Sejarah" Nusantara yang di "Sembunyikan". Jadi akan sia sia saja jika "Dipadankan" dengan sumber sumber "Mainstream" yang kini ada ...karena catatan sejarah kita telah di "Kamuflase" juga di "Seragamkan" bahwa kita  adalah bangsa "Lemah". Pengimpor budaya lain, semua terpublikasi dari india juga tidak mempunyai catatan sejarah pernah "Ber Jaya" di masa lalu, sebelum tahun 78 Masehi


Sudah waktunya "Ilmu Pengetahuan" saat ini "Merevisi" catatan sejarah,Mengklarifikasi terhadap catatan masa lalunya yang di tulis atas kepentingan "Subjektif" suatu bangsa terhadap bangsa lain..yang faktanya ingin menguasai nya..."Hilangkan sejarahnya lalu kuasai"...ini fakta nya


Hal yang "Terburuk" dalam pencatatan masa lalu leluhur kita adalah : Penghitungan awal angka tahun "Saka" di seluruh prasasti yang di hitung mulai tahun 78 Masehi....sehingga "Hilang" semua fakta nyata sejarah nenek moyang kita sebelum tahun itu


Kalender Jawa diciptakan oleh "mPu Hubayun", dibuat berdasarkan ‘Sangkan Paraning Bawana‘, asal usul isi semesta pada tahun 911 SM mengikuti peredaran matahari, Tahun 1625 ,Sultan Agung atas dasar kesinambungan,aneh nya mengeluarkan dekrit  tahun 1547 Çaka diteruskan menjadi tahun 1547 Jawa,Beliau memakai kalender Saka india 1547+78 = Tahun 1.625 Masehi, Jika di hitung berdasar awal tahun  Jawa "mPu Hubayun" 911 SM (1547 - 911 + 1) Seharus nya 635 Masehi


Sumber lain tentang, Kalender Saka yang di pakai saat ini, berawal pada tahun 78 M juga disebut sebagai penanggalan Saliwahana/Sâlivâhana, Kalender śaka berdasar pada perputaran matahari dan berasal dari kelahiran śālivāhana,Ini dimulai pada tanggal 1 vaiśākha 3179 dari kaliyuga, atau pada hari Senin 14 Maret 78 M 


Viracharita (abad ke-12 M) menyebut Shalivahana sebagai saingan raja Vikramaditya dari Ujjain. Menurutnya, Shalivahana mengalahkan dan membunuh Vikramaditya, dan kemudian memerintah dari Pratishthana. Shudraka adalah rekan dekat Shalivahana dan putranya Shakti Kumara. Kemudian, Shudraka bersekutu dengan penerus Vikramaditya dan mengalahkan Shakti Kumara,Legenda ini penuh dengan cerita "Mitologis"


Era Śaka yang populer adalah digunakan pada penanggalan prasasti kuno abad pertengahan dan sastra di India,Nepal, Burma, Camobdia, dan Jawa (Indonesia). Secara umum diyakini bahwa era Śaka dimulai pada 78 M,Studi kritis dan komprehensif referensi epigrafi dan sastra dari era Śaka tampaknya membawa kita pada kesimpulan bahwa era Śaka dan era Śakānta tidak identik


Zaman era Śaka dimulai pada 583 SM sedangkan zaman era Śakānta dimulai pada 78 M. Sejarah kronologis India kuno telah diajukan sejak 661 tahun karena dua zaman yang berbeda ini secara keliru dianggap identik,Sejatinya Saliwahana,adalah Raja dari India bagian selatan,yang di kalahkan oleh kaum "Çaka" dan tahun yg di gunakan adalah tahun yang di pakai bangsa kaum "Pemenang",Di mulai saat di "Taklukan" nya thn 78 M


Tony Joseph penulis buku Early Indians: The Story of Our Ancestors and Where We Came From, diterbitkan oleh Juggernaut....menulis :


Bahwa Arya bukanlah penghuni pertama India dan peradaban Harappa "Dravida" ada jauh sebelum kedatangan mereka,Ini berarti bahwa bangsa Arya atau budaya Veda bukanlah sumber tunggal peradaban di India dan sumbernya yang paling awal  berasal dari tempat lain,Mereka telah berkampanye untuk mengubah kurikulum sekolah dan menghapus setiap kata yg menyebutkan "imigrasi Arya" dari buku sejarah india,Studi genetik lain telah membuktikan bahwa ada banyak bangsa yang migrasi ke India,berasal dari Asia Tenggara di perkuat oleh banyaknya penutur bahasa Austro-Asia ....ini yang ditulis Tony Joseph


Çaka adalah kaum leluhur Nusantara,tertulis pada relief dasar Vhwãnã Çakã Phãlã/Borobudur dengan teks literasi kata  Māhéçãkyã ,Bangsa Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Saka,Aryān yg Agung,Kaum "Çaka" adalah leluhur bangsa Nusantara,sudah ada lebih dahulu jauh dari 78 M dari saat menaklukan Raja india,yaitu setelah tahun 2000 SM,datang imigran (Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Arya) ,Mereka membawa bahasa Sansekerta awal atau dasar dari Sanskret


Berbagai praktik budaya baru seperti ritual pengorbanan yang semuanya membentuk dasar budaya "Hindu/Veda" awal,dasar nya adalah Ajaran leluhur kita "Dharma"  terekam pada literasi kata Kųsãlädhãrmãbæjănā di figura relief


Di Sangharamā Mahæ Thupa Vhwãnã Çakã Phãlã kini terpublikasi menjadi "Borobudur",ada 160 panel relief di dasar nya yang tidak di "Expose",ada 12 kata "Şvãrggã" tertera di figura relief dasar bukan tertulis kata "Nirvana" dan literasi teks kata yang lainnya

.......Mãhéçãkhya....yang jika di ungkap maka kita akan faham siapa sebenar nya leluhur kita ....


● Mãhéçãkhya (Pigura Panil 43 )

Kata "Mahe" berarti besar atau bangsa yang besar dan kata "SAkya" adalah Kaum Çaka Nusantara,Maheshakhya adalah salah satu kata yang terserap ke bahasa Sansekerta yang juga digunakan dalam kitab - kitab seperti Upanishad ,Veda


Transliterasi yang berbeda yang membuktikan bahasa dalam teks di relief bukan Sansekerta,Tapi bahasa ini yang mendasari Sansekerta,sehingga di mungkinkan ada kemiripan,Bangsa jerman mengambil symbol "Su Astika" dari bangsa yang lebih maju di masa terdahulu,Bangsa itu adalah leluhur Nusantara


Dalam kamus,Petersburg Dictionary "Otto Böhtlingk dan Rudolph Roth, 1879-1889 & Saint Petersburg Great St Dictionary 1855-1875, disebut : Maheshakhya,Mahendranagari,Mahendrayajin,Maheshabandhu,Kata-kata mirip nya adalah:Maheshakhya,Maheshvarasiddhanta,Mahibhrit,Mahidhra,Maheshakhya,Mahahava,Mahavanij,Maheshudhi


Harvard-Kyoto transliterasi "maheçãkhya" menjadi "mahezAkhya" di Velthuis kata Transkripsi "mahe" mendapat imbuhan "saakhya ", versi Itrans modern adalah " maheshAkhya ", "maheSAKya", dalam font IPA"məɦeːɕɑːkʱjə


Maheshakhya versi Devanagari adalah महेशाख्य ditulis dalam IAST transliterasi dengan tanda diakritik kata ini ditulis "maheśākhya" berarti : Seorang pria besar gagah agung,dalam kata Sanskerta dengan terjemahan menjadi seorang pria yang "Agung Mulia"


Kata-kata yang memiliki makna yang mirip dengan Maheshakhya, baik dari bahasa Sanskerta atau dari bahasa Jerman berarti seorang bangsawan pria yang agung,Pria agung bijaksana itu adalah pemimpin bangsa pada peradaban maju Nusantara Indonesia terdahulu Kaum Çaka...di buktikan dengan ratusan "Prasasti" ber angka tahun "Saka"


Bangsa Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Saka,Aryān yang Agung adalah leluhur bangsa Nusantara sub ras ke 4 yang berasal dari bangsa "Jawi " bangsa yg menurun kan kaum Çaka yaitu :

1.Jawi (Bukan suku )

2.Madayu

3.Cambyses

4.Scythia,Sakkas,Çaka,Aryān


Çaka adalah kaum leluhur Nusantara,tertulis pada relief dasar Vhwãnã Çakã Phãlã dengan teks literasi kata Māhéçãkyã ,Bangsa Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Saka,Aryān yang Agung,Kaum "Çaka" menggunakan penanggalan lebih dahulu jauh dari 78 M dari saat menaklukan Raja india.....



Catatan : 

Diantara buku buku karya Santosaba diskusikan di DAV College (Aff. Punjab University) Sector 10,Chandigarh, Punjab India




Kerajaan Galuh Purba Adalah Sebuah Kerajaan di Lereng Gunung Slamet

 Kerajaan Galuh Purba Adalah Sebuah Kerajaan di Lereng Gunung Slamet





Dari kisah-kisah legendaris hingga catatan sejarah yang menggetarkan, wilayah lereng Gunung Slamet ternyata menyimpan sebuah misteri besar: Kerajaan Galuh Purba. Sebuah kerajaan kuno yang menjadi induk bagi berbagai kerajaan di Nusantara, memberikan sorotan baru pada warisan kejayaan masa lalu.


Menurut catatan sejarawan Belanda W.J. van der Meulen, Kerajaan Galuh Purba di Lereng Gunung Slamet memiliki asal-usul yang mencengangkan. Dibentuk pada abad ke-1 Masehi oleh para pendatang dari Kutai, Kalimantan Timur, kerajaan ini memperluas pengaruhnya dari Indramayu hingga Purwodadi, mencakup sebagian besar wilayah Jawa. 


Kerajaan Galuh Purba memiliki wilayah kekuasaannya yang cukup luas, meliputi Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Kedu, Kulonprogo, dan Purwodadi. Ini menunjukkan bahwa Kerajaan Galuh Purba sangat berpengaruh di wilayah Jawa.


🔳 Pendirian Kerajaan Galuh Purba


Pendirian kerajaan ini tidaklah terjadi begitu saja. Para pendatang dari Kutai memasuki Pulau Jawa melalui Cirebon, kemudian menetap di antara lereng Gunung Ciremai, Gunung Slamet, dan lembah Sungai Serayu. Di sinilah peradaban mereka berkembang pesat, dengan mereka yang menetap di Lereng Gunung Slamet membangun Kerajaan Galuh Purba, sementara yang lain mengembangkan peradaban Sunda di sekitar Gunung Ciremai.


🔳 Penurunan Kerajaan Galuh Purba


Kerajaan Galuh Purba mengalami penurunan saat Syailendra menunjukkan eksistensi wangsanya. Namun, Kerajaan Galuh Purba kemudian berpindah ke Kawali (dekat Garut) dan mengganti namanya menjadi Galuh Kawali. Pada saat yang sama, muncul juga kerajaan-kerajaan yang cukup besar, di timur ada Kerajaan Kalingga sedangkan di wilayah barat berkembang Kerajaan Tarumanegara. 

Galuh Purba menjadi Kerajaan kadipaten yang sebanarnya masih kerabat. Semua menggunakan nama Galuh. DI brebes ada Kerajaan galuh rahyang dan galuh kalangon dengan ibu kota medang pangramean. Di cilacap ada Kerajaan Galuh lalean dengan ibu kota medang kamulan, di tegal ada Kerajaan galuh kumara dengan ibu kota medang kamulyan.


🔳 Informasi penting disajikan secara kronologis


Di pananjung ada kerajaan galuh tanduran dengan ibu kota bagolo. Di nanggalacah ada Kerajaan galuh pataka dengan ibu kota pataka. Di ceneam ada Kerajaan galuh nagara Tengah dengan ibu kota bojong lopang, di barunay (pabuaran) ada Kerajaan galuh imbanagara dengan ibu kota imbanagara, di bojong ada Kerajaan kalingga dengan ibu kota karangkamulyan.  


Atas berbagai sebab, Kerajaan galuh purba kemudian pindah ke kawali (dekat garut) berganti menjadi Galuh Kawali. Kemudian muncul Kerajaan yang cukup besar di timur ada Kerajaan kalingga sedangkan di barat ada Kerajaan Tarumanegara yang merupakan lanjutan dari Kerajaan Salakanagara.


🔳 Perkawinan dan Dinasti Sanjaya


Namun saat purnawarman (taruma negara) lengser diganti candrawarman pamor galuh kawali Kembali menanjak. Raja Galuh kawali menyatakan kemerdekaanya dari taruma negara dan mendapat dukungan dari kalingga. Lalu Kerajaan ini mengubah Namanya menjadi Kerajaan Galuh dengan pusat pemerintahan di Banjar Pataruman. Kerajaan Galuh inilah yang kelak berkembang menjadi Kerajaan pajajaran.


Kerajaan Galuh, Kalingga, dan Tarumanegara kemudian saling kawin sehingga memunculkan dinasti Sanjaya. Hasil perkawinan itulah yang melahirkan raja-raja di tanah Jawa. Oleh karena itu, Kerajaan Galuh Purba dari lereng Gunung Slamet inilah induk dari kerajaan-kerajaan di Nusantara.


Kerajaan Galuh Purba merupakan bagian dari sejarah yang menarik di Nusantara, yang memiliki berbagai kabar dan misteri yang belum terungkap hingga sekarang.


Dari kejayaan yang tak terlupakan hingga kejatuhan yang mengguncang, Kerajaan Galuh Purba tetap menjadi salah satu bagian paling menarik dari sejarah Nusantara. Dibalut dengan misteri yang belum terpecahkan, warisan mereka terus menginspirasi dan menantang pemikiran para sejarawan hingga hari ini. 


Sesungguhnya, lereng Gunung Slamet menyimpan lebih dari sekadar pemandangan alam yang memesona; ia menyimpan jejak-jejak peradaban yang menakjubkan, membingkai kisah yang tak terlupakan dalam sejarah bangsa terutama bagi warga banyumas.


Peradaban dan bahasa Ngapak Banyumasan juga diduga sebagai bahasa jawa asli mengingat tulisan huruf jawa juga ketika dibaca sesuai bunyi aslinya tulisannya yaitu Ha Na Ca Ra Ka...tidak dirubah menjadi Ho No Co Ro Ko.




Monday, July 21, 2025

Arca Dwarapala Singosari (Penjaga Gerbang Kerajaan yang Masih Berdiri Kokoh)

 Arca Dwarapala Singosari 

(Penjaga Gerbang Kerajaan yang Masih Berdiri Kokoh)




Pernahkah kamu melihat patung raksasa yang duduk bersila sambil memegang gada? Itulah Arca Dwarapala, sosok penjaga gerbang dalam budaya Jawa Kuno, dan salah satu yang paling megah ada di Singosari, Malang, Jawa Timur.


Arca ini diperkirakan dibuat pada masa Kerajaan Tumapel, sekitar abad ke-13 Masehi. Dwarapala bukan sembarang patung  ia dipercaya sebagai penjaga sakral gerbang candi atau kompleks kerajaan, berwajah garang namun punya makna pelindung.


Yang menarik, Dwarapala Singosari ukurannya luar biasa besar, sekitar 3,7 meter! Terdapat dua arca yang mengapit jalan menuju situs purbakala Singosari, seolah menyambut dan menjaga siapa pun yang masuk.


Walau sudah ratusan tahun berlalu, arca ini masih berdiri gagah sebagai saksi kejayaan Singhasari di masa lalu. Beberapa ahli percaya, posisinya mengarah ke utara menunjukkan lokasi ibu kota kerajaan kala itu.


Hari ini, Dwarapala tak hanya jadi peninggalan sejarah, tapi juga simbol kekuatan dan keteguhan budaya Jawa Kuno yang tak lekang oleh zaman.




Saturday, July 5, 2025

Baik Menjadi Orang Penting, Tapi Lebih Penting Menjadi Orang Baik (Jendral Polisi (Purn) Hoegeng Imam Santoso

Baik Menjadi Orang Penting, Tapi Lebih Penting Menjadi Orang Baik

(Jendral Polisi (Purn) Hoegeng Imam Santoso 





Semoga semangat Hoegeng yang jujur, berani, dan bersih tanpa syarat terus menginspirasi pengabdian yang penuh integritas.


Dirgahayu Bhayangkara.

Friday, July 4, 2025

Sosok Serda Gijadi, penembak Letjen A Yani pada peristiwa G30 S PKI. Sumber : harian KAMI 29 Nov 1967

Sosok Serda Gijadi, penembak Letjen A Yani pada peristiwa G30 S PKI.

Sumber : harian KAMI 29 Nov 1967




Serma, Gijadi / Giyadi dari batalyon tjakrabirawa.

Penembak Jendral "Achmad Yani" setelah tertangkap!

Melakukan penembakan karena perintah atasan beliau.. Kasihan jadi kambing hitam.


Beliau mungkin saksi utama ?  di balik skenario oknum-oknum di era revolusi.






Thursday, July 3, 2025

SERAT PERCINTAAN KAMASUTRA JAWA (SERAT CENTINI)

 SERAT PERCINTAAN KAMASUTRA JAWA (SERAT CENTINI)



https://pointcenter9.blogspot.com/2025/07/serat-percintaan-kamasutra-jawa-serat.html





Asal-Usul Ilmu Asmara Jawa

Dalam khasanah kebudayaan Jawa, cinta bukan sekadar persoalan nafsu atau hubungan ragawi. Cinta adalah "rasa" — getaran batin yang mendalam, yang menyatukan manusia dengan sesamanya dan dengan semesta. Dalam pandangan Jawa, cinta adalah sarana untuk mencapai harmoni, keseimbangan, dan bahkan penyatuan spiritual dengan Yang Maha Kuasa. Inilah sebabnya mengapa ilmu asmara dalam tradisi Jawa sangat berbeda dari pandangan Barat yang sering terpisah antara cinta dan seksualitas.


Salah satu sumber ajaran cinta dan kebatinan paling lengkap adalah Serat Centhini, juga dikenal sebagai Suluk Tambangraras-Amongraga. Disusun pada awal abad ke-19 atas perintah Pangeran Adipati Anom (kelak menjadi Sultan Pakubuwana V), naskah ini merupakan ensiklopedia budaya Jawa yang merangkum filsafat hidup, agama, kesenian, hingga hubungan suami istri.


Dalam Centhini, hubungan asmara — disebut sebagai Asmaragama — tidak dipandang vulgar. Ia adalah seni, ilmu, dan laku spiritual. Seksualitas tidak dipisahkan dari etika, cinta, dan kebijaksanaan. Bahkan dalam bagian-bagian yang membahas teknik bercinta, Centhini tetap menggunakan bahasa tembang macapat, penuh simbol, puitis, dan menyentuh rasa, bukan sekadar ragawi.


Ilmu asmara Jawa lahir dari perpaduan antara nilai-nilai Hindu-Buddha (dari tradisi Tantrayana), Islam (khususnya tasawuf), dan filsafat kejawen. Seksualitas dalam ajaran Tantrik dipandang sebagai energi suci yang bisa membangkitkan kesadaran. Dalam tasawuf, cinta adalah jalan menuju Tuhan. Sedangkan dalam kejawen, keduanya menyatu dalam konsep manunggaling kawula lan Gusti — penyatuan antara manusia dan Tuhan.


Dengan demikian, ilmu cinta dalam Serat Centhini — yang kemudian dijuluki sebagai "Kamasutra Jawa" — bukan sekadar tentang posisi bercinta, tetapi menyangkut keselarasan rasa, kehalusan budi, dan kesucian niat dalam menjalin hubungan dengan pasangan.



Tuesday, July 1, 2025

Peninggalan Budaya & Jejak Peradaban Di Gunung Galunggung

Peninggalan Budaya & Jejak Peradaban Di Gunung Galunggung 




Di kaki Gunung Galunggung, Tasikmalaya, terdapat berbagai artefak dan peninggalan budaya yang menunjukkan adanya jejak peradaban masa lalu. Beberapa artefak dan situs penting yang ditemukan atau diduga berada di kawasan ini meliputi :


1. Punden Berundak

Lokasi: Beberapa ditemukan di wilayah seperti Salopa, Sukaratu, dan sekitarnya.

Deskripsi: Struktur batu bertingkat yang diduga sebagai tempat pemujaan atau upacara. Biasanya terdiri dari susunan batu besar yang tersusun rapi, mirip dengan struktur megalitikum.

Fungsi: Diduga digunakan oleh masyarakat prasejarah untuk kegiatan ritual atau keagamaan.


2. Batu Tapak (Batu Jejak)

Lokasi: Desa-desa di lereng Galunggung, seperti Sukaratu dan Cisayong.

Deskripsi: Batu besar yang memiliki cekungan menyerupai jejak kaki manusia, sering dianggap sebagai "tapak leluhur" atau peninggalan tokoh spiritual.

Makna: Dipercaya sebagai simbol kedatangan raja, nabi, atau tokoh sakral.


3. Fragmen Alat Batu dan Gerabah

Temuan: Kadang ditemukan saat penggalian atau pembangunan di desa-desa sekitar Galunggung.

Jenis: Gerabah kasar, pecahan tembikar, kapak batu, dan alat dari batu obsidian.

Konteks: Menunjukkan kehidupan permukiman masa lalu di daerah ini.


4. Situs Permukiman Tua

Beberapa warga dan peneliti lokal percaya bahwa wilayah sekitar Galunggung dulu dihuni oleh kerajaan kecil atau pemukiman masyarakat kuno, terutama sebelum letusan besar Galunggung tahun 1822 dan 1982.

Ada legenda tentang Kerajaan Galunggung, yang diyakini pernah berdiri di kawasan itu.


5. Makam Kuno dan Situs Ziarah

Contoh: Makam para tokoh karuhun (leluhur) Sunda dan petilasan raja-raja Sunda, seperti yang berada di daerah Cipanas Galunggung dan sekitarnya.


Fungsi: Tempat ziarah dan penghormatan terhadap leluhur.



Sunday, June 22, 2025

KORUPTOR JANCUK

 KORUPTOR JANCUK 

Karya : Puisi Bersajak Bebas





Koruptor JANCUK

Koruptor tumbuh di segala segmen di negri ini

Koruptor menyelinap di instansi-instansi, di departemen-departemen dan disegala struktur hirarki dan komando 

Koruptor berbondong-bondong, bergotong-royong dan berjamaah bak undangan hajatan publik figur 



Koruptor JANCUK

Koruptor membuat jaringan di lini-lini berbau duit

Koruptor bergerak tanpa malu

Koruptor mempertontonkan muka tembok



Koruptor JANCUK

Koruptor bermoral bejat

Koruptor berakhlak hewan

Koruptor berakal binatang



Koruptor JANCUK

Koruptor berkembang berembrio dan beranak pinak, waduh saudara-saudari ..... generasi kok ...... generasi koruptor 

Koruptor tumbuh bak jamur di musim kemarau 

Koruptor berkoloni bebas asal fulus dan fulus



Koruptor JANCUK

Koruptor memacetkan roda ekonomi dan pembangunan 

Koruptor menyengsarakan rakyat

Koruptor membuat negara berhutang juga perusak bangsa dan bernegara



Koruptor JANCUK

Koruptor biang kerok negara miskin 

Koruptor membuat negara jadi hancur

Koruptor menjadikan rakyat goblok, pekok, miskin dan kere'



Koruptor JANCUK

Koruptor membuat hukum rimba antar lembaga instansi negara 

Koruptor menjadikan negara lemah

Koruptor menjadikan tatanan negara rusak



Koruptor JANCUK

Koruptor harus dimiskinkan

Koruptor harus diasingkan

Koruptor harus disita aset-asetnya



Koruptor JANCUK 

Koruptor harus dimiskinkan semiskin-miskinnya

Koruptor harus dikucilkan

Koruptor harus dipenjara seberat-berat 



Koruptor JANCUK

Koruptor harus ditebas lehernya

Koruptor harus dihukum pancung

Koruptor harus di hukum mati




Monday, June 9, 2025

Kita Terlahir Dari 262.144 Para Leluhur Dari 500 Tahun Yang Lalu

 Kita Terlahir Dari 262.144 Para Leluhur Dari 500 Tahun Yang Lalu





Sebagai Renungan Kita  serta anak cucu kita

Juga sambil belajar mengenal budaya kita.

Untuk kelahiran kita , dibutuhkan :


2 orang tua

4 eyang

8 eyang buyut

16 eyang canggah

32 eyang wareng

64 eyang udhêg-udhêg

128 eyang gantung siwur

256 eyang gropak senthe

512 eyang debog bosok

1.024 eyang galih asêm

2.048 eyang gropak waton

4.096 eyang cendheng

8.192 eyang giyêng

16.384 eyang cumplêng

32.768 eyang amplêng

65.536 eyang  mênyaman

131.072 eyang menya menya

262.144 eyang trah tumêrah



Kita yg terlahir dari 262.144 para eyang dari 500 tahun yang lalu.

Renungkan lah

Berapa banyak kisah cinta, asmara, suka, cita, kebahagiaan, duka lara, kesedihan nestapa, perjuangan, air mata, kesenangan, kesempatan, kesempitan.

Untuk kelahiran kita melibatkan ratusan ribu eyang-eyang.

Kita adalah doa, harapan dan masa depan mereka yg terlahir di zaman ini, Buatlah Leluhur kita bangga sebagai Penerus aliran darah yang mereka wariskan 

Mikul duwur mendem jero


Salam Budaya.

Rahayu Rahayu Rahayu 



Tuesday, May 20, 2025

SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia)

 SOKSI 

(Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia)







KLIK DISINI :

Munas XII 2025, Bahlil Minta SOKSI Jaga Kekompakan

https://www.rri.co.id/nasional/1529655/munas-xii-2025-bahlil-minta-soksi-jaga-kekompakan

Misbakhun Terpilih Aklamasi Jadi Ketum SOKSI, Bahlil: Harapan Golkar Sangat Besar

https://www.suarasurabaya.net/politik/2025/misbakhun-terpilih-aklamasi-jadi-ketum-soksi-bahlil-harapan-golkar-sangat-besar/

Misbakhun Secara Aklamasi Terpilih Jadi Ketum SOKSI 2025-2030

https://www.cnbcindonesia.com/news/20250521071514-4-634845/misbakhun-secara-aklamasi-terpilih-jadi-ketum-soksi-2025-2030







____________


SOKSI adalah singkatan dari Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia. Ini adalah organisasi buruh yang didirikan pada 20 Mei 1960, dengan tujuan untuk mengimbangi keberadaan organisasi buruh yang dianggap pro-PKI, yaitu Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). 

SOKSI juga sering disebut sebagai organisasi sayap dari Partai Golkar. Organisasi ini memiliki berbagai sayap lain, seperti Wanita Swadiri Indonesia (WSI), Wira Karya Indonesia (WKI), dan lainnya. 

SOKSI berupaya untuk membela Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan keutuhan NKRI. Organisasi ini juga memiliki tujuan untuk menjadi pelopor lahirnya masyarakat sosialis Pancasila. 

Secara lebih detail, SOKSI didirikan oleh Mayjen TNI (Pur), Dr. H. Suhardiman, SE, dengan dukungan dari para tokoh pergerakan masyarakat dan TNI Angkatan Darat. SOKSI memiliki berbagai program dan kegiatan yang fokus pada pemberdayaan masyarakat, pertanian, dan pembinaan UMKM. 

Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) sebelumnya bernama Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia adalah organisasi buruh atau pekerja perusahaan-perusahaan negara yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1960 oleh Suhardiman dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) untuk mengimbangi keberadaan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia yang merupakan organisasi buruh sayap PKI. Organisasi paling pertama yang mencetuskan kata "karyawan", TNI-AD mendirikan SOKSI bersama Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) dan Koperasi Serba Guna Gotong Royong (KOSGORO) yang pada akhirnya bergabung menjadi “Sekber Golkar” (cikal bakal Partai Golkar).



.



Monday, May 12, 2025

Panembahan Notokusumo II atau Panembahan Moh. Saleh adalah raja kerajaan Sumenep (1854-1879)

Panembahan Notokusumo II atau Panembahan Moh. Saleh adalah raja kerajaan Sumenep (1854-1879)





Potret Panembahan Notokusumo II (duduk di kursi) beserta jajaran kerajaan dan penasehatnya sekitar tahun 1865.


Panembahan Notokusumo II atau Panembahan Moh. Saleh adalah raja kerajaan Sumenep  yang memerintah  pada tahun 1854-1879, yang merupakan putra dari raja sebelumnya yaitu Abdurrahman Pakunataningrat.



Saturday, May 10, 2025

Jadikan setiap tempat adalah sekolah, Jadikan setiap orang adalah guru (Ki Hadjar Dewantara)

Jadikan setiap tempat adalah sekolah,

Jadikan setiap orang adalah guru 

(Ki Hadjar Dewantara)






Dalam perspektif filsafat, pernyataan diatas mencerminkan pandangan bahwa pengetahuan tidak terbatas pada institusi formal, tetapi dapat ditemukan dalam setiap interaksi, pengalaman, dan refleksi yang kita jalani. Dunia ini adalah ruang pendidikan sejati, dan setiap individu adalah pemangku hikmah yang memiliki sesuatu untuk diajarkan.


Dari sudut pandang epistemologi, gagasan ini menunjukkan bahwa kebenaran dan pengetahuan tidak hanya berasal dari satu sumber otoritatif, seperti buku atau lembaga pendidikan. Sebaliknya, setiap pengalaman hidup memiliki nilai intrinsik sebagai "data mentah" yang dapat diolah menjadi pengetahuan. Misalnya, pelajaran moral dapat ditemukan dalam hubungan antar manusia, sedangkan kebijaksanaan praktis dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap alam. Dalam pandangan ini, setiap tempat adalah ruang bagi proses belajar yang tak berkesudahan, dan makna dari tempat itu tergantung pada kemampuan individu untuk menafsirkan pengalaman.


Pernyataan ini juga mengandung implikasi etis. Dengan menganggap setiap orang sebagai guru, kita diajak untuk mengembangkan sikap rendah hati dan terbuka terhadap perspektif orang lain. Filsuf seperti Socrates menekankan pentingnya dialog dan belajar dari orang-orang di sekitar kita, terlepas dari status atau pengetahuan formal mereka. Setiap individu, melalui perjuangan hidupnya, memiliki narasi unik yang dapat memperkaya pemahaman kita tentang dunia. Ini juga menantang kita untuk melihat manusia lain sebagai sumber hikmah, bukan sebagai kompetitor atau objek.


Secara eksistensial, ungkapan ini mengingatkan bahwa pembelajaran adalah bagian dari hakikat keberadaan manusia. Dalam setiap langkah hidup, manusia terus-menerus mencari makna. Menjadikan setiap tempat sebagai sekolah dan setiap orang sebagai guru berarti menjalani hidup dengan kesadaran penuh (mindfulness) bahwa setiap momen memiliki potensi untuk mengajar sesuatu yang baru. Dengan demikian, hidup menjadi perjalanan yang penuh dengan peluang untuk bertumbuh dan memahami lebih dalam tentang diri sendiri, orang lain, dan alam semesta.



Jadikan setiap tempat adalah sekolah,

Jadikan setiap orang adalah guru 

(Ki Hadjar Dewantara)




Tuesday, May 6, 2025

Seorang terpelajar harus berbuat ADIL sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan (Pramoedya Ananta Toer)

Seorang terpelajar harus berbuat ADIL sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan 

(Pramoedya Ananta Toer)




Kutipan Pramoedya Ananta Toer ini dalam bukunya berjudul "Bumi Manusia" bukan sekadar nasihat, tapi pengingat yang tajam. 


Pramoedya Ananta Toer menekankan bahwa keadilan sejati bukan hanya soal tindakan, tapi dimulai dari cara kita "berpikir" — cara menilai orang lain, menyikapi perbedaan, hingga mengambil keputusan.


Namun, kenyataannya: tak sedikit orang berpendidikan tinggi yang justru menyimpan prasangka, berlaku diskriminatif, atau bahkan menindas yang lemah. 


Maka timbul pertanyaan: "apakah pendidikan otomatis membuat seseorang adil?


Apa makna "berbuat adil sejak dalam pikiran" menurutmu?


Pernahkah kamu mengalami atau menyaksikan ketidakadilan yang dilakukan oleh orang yang justru ‘terpelajar’?


Apa yang bisa kita lakukan agar pendidikan tidak hanya mencerdaskan otak, tapi juga menumbuhkan keadilan hati dan pikiran?


Seorang terpelajar harus berbuat ADIL sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan 

(Pramoedya Ananta Toer)



Tuesday, April 29, 2025

Etika tumbuh dari kebiasaan yang berakar pada kejujuran dan tanggung jawab. (Franz Magnis-Suseno)

Etika tumbuh dari kebiasaan yang berakar pada kejujuran dan tanggung jawab.

(Franz Magnis-Suseno)





Dibalik orang yang KUAT pasti memiliki sebuah ALASAN KUAT yang membuat mereka TIDAK ADA PILIHAN LAIN selain HARUS KUAT


Etika tumbuh dari kebiasaan yang berakar pada kejujuran dan tanggung jawab.

(Franz Magnis-Suseno)




Monday, April 28, 2025

Jika dua matahari bersinar di satu langit, bumi tidak akan menemukan siang dan malam yang pasti (Sun Tzu)

Jika dua matahari bersinar di satu langit, bumi tidak akan menemukan siang dan malam yang pasti

(Sun Tzu)





Kutipan Sun Tzu ini dalam bukunya berjudul "The Art of War" menggambarkan bahaya dari adanya dua kekuatan besar yang bersaing di dalam satu sistem. 


Ketika ada dua penguasa atau pusat kekuasaan yang bersinar terang, seperti dua matahari di langit, kestabilan dan keseimbangan akan terganggu. 


Tanpa pembagian peran yang jelas, negara atau organisasi akan kesulitan untuk menemukan arah yang pasti, seolah-olah tidak ada perbedaan antara siang dan malam.


Apakah kamu setuju bahwa dua kekuasaan yang bersaing dalam satu sistem akan menyebabkan kebingungan dan ketidakstabilan?


Dalam dunia yang semakin kompleks, apakah kita bisa memiliki dua kekuatan besar yang bekerja sama tanpa saling merusak, ataukah harus ada satu otoritas yang dominan?


Apakah kamu percaya bahwa dalam demokrasi, pembagian kekuasaan yang ada justru membawa keseimbangan, atau malah memperburuk ketidakpastian dalam pemerintahan?


Apakah lebih baik memiliki satu otoritas yang jelas, ataukah kita bisa mengelola dua kekuatan yang bersaing dalam suatu sistem yang stabil?



Jika dua matahari bersinar di satu langit, bumi tidak akan menemukan siang dan malam yang pasti

(Sun Tzu)



Friday, April 25, 2025

Templeton Religion Trust (TRT)

 Templeton Religion Trust (TRT)





Templeton Religion Trust (TRT) adalah lembaga amal global yang didirikan oleh Sir John Templeton dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang spiritualitas dan pengaruhnya terhadap masyarakat. TRT berfokus pada berbagai proyek dan inisiatif yang bertujuan untuk memperkaya diskusi tentang agama melalui pendekatan ilmiah dan kolaborasi lintas budaya. 

Templeton Religion Trust merupakan badan amal pertama dari tiga badan amal yang didirikan oleh Sir John Templeton.


About TRT KLIK DISINI:
https://templetonreligiontrust.org/about-us/

https://www.templeton.org/funding-areas/religion-science-and-society









Thursday, April 24, 2025

Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

 Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat




Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) secara resmi meluncurkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat itu adalah bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat.

Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat adalah inisiatif dari Kemendikdasmen untuk membangun karakter anak Indonesia melalui tujuh kebiasaan positif: bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat. Tujuan gerakan ini adalah menciptakan generasi muda yang berintegritas, produktif, dan kolaboratif menuju Indonesia Emas 2045. 

Tujuh Kebiasaan Tersebut :
- Bangun Pagi: Kebiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan kedisiplinan dan efisiensi waktu.
- Beribadah: Kebiasaan ini bertujuan untuk memperkuat iman dan nilai-nilai religius.
- Berolahraga: Kebiasaan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.
- Makan Sehat dan Bergizi: Kebiasaan ini bertujuan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang optimal.
- Gemar Belajar: Kebiasaan ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan intelektual dan memperluas pengetahuan.
- Bermasyarakat: Kebiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan jiwa sosial, gotong royong, dan kerjasama.
- Tidur Cepat: Kebiasaan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, serta meningkatkan kualitas tidur. 

Implementasi:
Gerakan ini akan diimplementasikan di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari PAUD hingga SMA. Pelaksanaan akan dilakukan melalui kegiatan belajar-mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan di masyarakat. 

Manfaat:
- Membangun karakter anak Indonesia menjadi pribadi yang berintegritas, produktif, dan kolaboratif.
- Menciptakan generasi muda yang sehat, cerdas, dan berdaya saing global.
- Mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. 




Monday, April 21, 2025

KERAJAAN SALAKANAGARA

 KERAJAAN SALAKANAGARA





Kerajaan Salakanagara atau Kerajaan Rajatapura atau (Kota Perak) tercantum dalam Naskah Wangsakerta buatan tahun 1800 M ,sebagai kota tertua di Pulau Jawa. 

Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. 

Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang (Pada masa kini ia terletak di bagian barat propinsi Banten). 

Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).


Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.

Di kemudian hari setelah Jayasingawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah.


Salakanagara tidak meninggalkan arca, prasasti, maupun Candi-candi sebagaimana juga Kerajaan Sunda-Pajajaran. 

Sangat kontroversial karena berbeda dengan tulisan-tulisan buku sejarah resmi, karya tulis ilmiah, artikel, opini publik yang menyatakan bahwa Sunda-Pajajaran beraliran Hindu.


Kontroversial


Tidak didukung bukti fisik temuan artefak berupa arca dan Candi abad 2 hingga awal 4 masehi zaman Salakanagara, juga pada abad 12 - 17 masehi masa Kerajaan Sunda Pajajaran tidak ada Candi yang dibangun. 

Maka tulisan sejarah yang beredar selama ini menjadi sangat kontroversial.

Sehingga penulisan dari dalam Indonesia (Tatar Sunda) tentang Salakanagara bahkan Pajajaran pun dianggap sebagai cerita tanpa bukti, fiksi, mitos, atau hanya sebatas legenda.


Keterbatasan literasi para penulis serta minimnya kunjungan ke berbagai perpustakaan pada masa orde lama hingga awal Orde baru, karena faktor ketidakamanan dalam negeri, pendidikan masih terbatas, transportasi belum merata, perseteruan politik bernuansa SARA, hegemoni budaya, feodalisme cenderung fasisme, hingga kemampuan ekonomi dalam ambang batas minimum berefek pada kesimpulan singkat tersebut.


Salakanagara


Kerajaan Salakanagara adalah kerajaan di Nusantara yang berdiri antara 130-362 masehi. Salakanagara diyakini sebagai leluhur Suku Sunda, karena wilayah peradaban keduanya sama persis, Jika benar, hal ini membuat adanya kemungkinan bahwa suku sunda merupakan suku pertama di pulau jawa yang membangun peradaban besar.


Pendiri dan raja Kerajaan Salakanagara bernama Dewawarman I, yang memerintah antara 130-168 masehi dengan gelar Prabu Darmalokapala Haji Raksa Gapura Sagara. 

Wilayah kekuasaan Kerajaan Salakanagara meliputi daerah Jawa bagian barat, termasuk pulau yang terletak di sebelah barat Pulau Jawa dan laut yang membentang sampai Pulau Sumatera.

Setelah berkuasa selama 232 tahun, Kerajaan Salakanagara berada di bawah pemerintahan Kerajaan Tarumanegara.


Sumber sejarah utamanya adalah Naskah Wangsakerta - Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara. Menurut naskah tersebut, Kerajaan Salakanagara diyakini sebagai kerajaan tertua di nusantara yang berdiri antara 130-362 M, sebelum Kerajaan Kutai (400-1635 M).


Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa (PPBJ) adalah salah satu naskah yang disusun oleh satu tim di bawah pimpinan Pangeran Wangsakerta. Beliau adalah salah seorang dari tiga putra Panembahan Ratu Carbon dari istrinya yang berasal dari Mataram.


Kelompok naskah PPJB yang sudah ditemukan hingga saat ini terdiri dari empat buah, semuanya dari parwa pertama. Tiga naskah pertama (sarga 1-3) merupakan kisah atau uraian mengenai sejumlah negara yang perneh berperan terutama di Pulau Jawa, sedangkan sarga keempat merupakan naskah panyangkep (pelengkap) dan isinya berupa keterangan mengenai sumber-sumber yang digunakan untuk menyusun kisah itu.


Secara umum, seluruh naskah karya tim di bawah pimpinan Pangeran Wangsakerta dituliskan pada jenis kertas yang sama. 

Dari puluhan naskah yang telah terkumpul, hingga saat ini baru sebuah naskah yang telah diuji fisiknya secara kimiawi.

Pengujian yang dilakukan di Arsip Nasional itu menyimpulkan bahwa kertas yang digunakan untuk menuliskan naskah umurnya sekitar 100 tahun (laporan tahun 1988). Mengingat bahwa titimangsa naskah-naskah itu berkisar antara 1677 - 1698 Masehi, maka hampir dapat dipastikan bahwa naskah-naskah yang sudah terkumpul itu merupakan salinan dari naskah lain yang lebih tua.


Seperti halnya naskah-naskah Pangeran Wangsakerta lainnya, naskah PPJB 1.1 ini ditulis dengan menggunakan aksara Jawa yang jenis aksaranya mirip dengan yang disebut oleh Drewes (1969:3) quadrat script. 

Adapun bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa yang banyak mengandung kosakata bahasa Jawa kuna dan bahasa Cirebon.


Karangannya berbentuk prosa, campuran antara paparan dan kisah. Cara penyajiannya memiliki ciri-ciri karangan ilmiah, yakni berupa keteranga secara tersurat mengenai sumber karangan yang digunakan dan dikemukakan apabila di antara sumber-sumber yang digunakan terdapat perbedaan informasi.


Salakanagara minim meninggalkan bukti fisik karena bencana perang untuk memperebutkan Tanah Sunda. Demikian juga bencana alam yang tidak mustahil menghilangkan peninggalan kerajaan awal di Pulau Jawa tersebut.

Sehingga dalam artikel, tulisan ilmiah maupun buku sejarah formal lebih banyak menulis Kerajaan Kutai sebagai kerajaan pertama di nusantara.


Dengan adanya naskah Wangsakerta, generasi sesudah sangat tertolong untuk mendeskripsikan dan menarasikan abad-abad awal masehi Nusantara dan persentuhan budaya dengan berbagai bangsa besar dunia.


Karena satu naskah Wangsakerta berjudul Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa 1.1 menuturkan peristiwa sejarah masa lampau tentang raja dan kerajaan yang terletak di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.


Uraiannya banyak tertumpu pada karya mahakawi (pujangga besar) Mpu Khanakamuni dari Majapahit, beliau menjabat sbagai dharmadhyaksa (pejabat tinggi keagamaan) urusan agama Buddha. Selain itu kitab ini mencontoh beberapa karya pujangga besar yang telah menggubah kisah kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa.


Selain itu dilengkapi pula uraian tentang kerajaan Mataram, Banten, raja-raja daerah Parahyangan, serta para penguasa daerah lainnya. Penyusun kitab ini terdiri dari 12 orang, yaitu tujuh orang menteri (jaksa pepitu) kerajaan Carbon, seorang pujangga dari Banten, Sunda, Arab, dan seorang lagi.


Mereka semua dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta.

Kitab ini mulai dikerjakan pada tahun Saka sruti-sirna-ewahing-bhumi (1604 Saka = 1682 Masehi), ditulis di keraton Carbon oleh Pangeran Wangsakerta atau Panembahan Carbon Tohpati bergelar Abdul Kamil Mohammad Nasarudin.


Menurut Naskah Wangsakerta - Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara, sejarah berdirinya Kerajaan Salakanagara bermula ketika seorang pedagang dari India yang bernama Dewawarman menetap di Jawa, lebih tepatnya di Teluk Lada, Pandeglang.


Dewawarman kemudian menikahi putri dari Aki Tirem, kepala daerah setempat. Pada 130 masehi, Dewawarman mendirikan Kerajaan Salakanagara dengan ibu kota di Rajatapura. 

Setelah menjadi raja dengan gelar Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara, ia melakukan ekspansi untuk memperluas daerah kekuasaan.


Wilayah kekuasaan Kerajaan Salakanagara meliputi daerah Jawa bagian barat, termasuk pulau yang terletak di sebelah barat Pulau Jawa dan laut yang membentang sampai Pulau Sumatera. 

Letaknya yang strategis, membuat perahu yang melintas terpaksa harus singgah dan memberi upeti kepada Dewawarman.

Raja Dewawarman I berkuasa selama 38 tahun, antara 130-168 masehi. 

Setelah itu, takhta kerajaan diteruskan oleh putranya, Dewawarman II yang bergelar Sang Prabhu Digwijayakasa Dewawarman.


Rajatapura


Teluk Lada Rajatapura disebutkan dalam Naskah Wangsakerta sebagai pusat pemerintahan Salakanagara yang terletak di Teluk Lada (Pandeglang, Banten). 

Dalam naskah tersebut, Rajatapura disebut sebagai kota.


Dari sinilah kedelapan Raja Dewawarman memerintah dan menguasai perdagangan di seluruh Jawa. 

Condet Condet terletak di Jakarta Timur, yang berjarak 30 kilometer dari pelabuhan Sunda Kelapa.


Daerah ini dipercaya sebagai ibu kota Kerajaan Salakanagara karena memiliki aliran sungai bernama Sungai Tiram. 

Kata "Tiram" berasal dari nama Aki Tirem, mertua Dewawarman I, pendiri Salakanagara.


Gunung Salak 


Gunung Salak di Bogor adalah gunung yang ketika siang berwarna keperak-perakan karena tersinari oleh terangnya matahari. 

Dalam Bahasa Sunda, Salakanagara berarti Kerajaan Perak.

Selain itu, pendapat ini juga dilandasi oleh kemiripan nama antara Salaka dan Salak.


Salakanagara Selama 232 tahun berdiri, diyakini ada 11 raja yang memerintah Kerajaan Salakanagara.

Berikut nama raja-raja yang pernah berkuasa :


1. Dewawarman I atau Prabu Darmalokapala Haji Raksa Gapura Sagara (130-168 M)


2. Dewawarman II atau Prabu Digwijayaksa Dewawarmanputra (168-195 M)


3. Dewawarman III atau Prabu Singasagara Bimayasawirya (195-238 M)


4. Dewawarman IV (238-252 M)


5. Dewawarman V (252-276 M) Mahisa Suramardini Warmandewi (276-289 M)


6. Dewawarman VI (289-308 M)


7.  Dewawarman VII (308-340 M) Sphatikarnawa Warmandewi (340-348 M)


8. Dewawarman VIII (348-362 M)


9. Dewawarman IX (362 M)


Setelah pemerintahan Dewawarman VIII, Kerajaan Salakanagara berada di bawah pemerintahan Kerajaan Tarumanegara.

Raja Jayasinghawarman, pendiri Kerajaan Tarumanegara adalah menantu dari Raja Dewawarman VIII.

Meski hanya berdiri selama dua abad, garis turunan penguasa Salakanagara dipercaya melahirkan raja-raja Pajajaran, Sriwijaya, dan Majapahit.  


Dengan rinci Teks naskah Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa 1.1 memulai uraiannya dengan keadaan di Pulau Jawa sejak sudah adanya pemukiman manusia. Dikemukakan pula tentang kesuburan tanah dan kemakmuran di Pulau Jawa, disusul uraian mengenai kedatangan orang-orang dari luar Nusantara yang kemudian menyebar dan menetap di Pulau Jawa dan wilayah lain di Nusantara.


Para pendatang itu banyak yang berasal dari wangsa Salankayana dan wangsa Pallawa di bumi Bharatanagari. Mereka datang menaiki beberapa puluh perahu yang dipimpin oleh Sang Dewawarman dari wangsa Pallawa.


Sang Dewawarman sudah bersahabat dengan penduduk daerah pesisir Jawa Barat, Nusa Apuy, dan Pulau Sumatra bagian selatan. Sang Dewawarman bersahabat pula dengan penghulu penduduk setempat, akhirnya bermukim di sini dan lamakelamaan menjadi raja kecil di daerah pesisir bagian barat dari bumi Jawa Barat.


Sang Dewawarman kemudian beristrikan anak penghulu penduduk wilayah desa itu. Sang penghulu kemudian menganugerahkan pemerintahan wilayah desa kepada menantunya. Pada tahun 52 Saka ( = 130 Masehi) Sang Dewawarman dinobatkan menjadi raja. Kerajaannya diberi nama Salakanagara, ibukotanya diberi nama Rajatapura.

Ia bergelar Sang Prabhu Dharmalokapala Dewawarma Haji Raksagapurasagara, dan menjadi raja sampai dengan tahun 90 Saka ( = 168 Masehi). Kemudian ia digantikan oleh anaknya yang bergelar Sang Prabhu Dhigwijayakasa Dewawarmanputra, yang menjadi Dewawarman II. Ia menjadi raja Salakanagara pada tahun 90 – 117 Saka (168 – 195 Masehi).

Dewawarman II beristrikan seorang putri dari keluarga Maharaja Singhalanagari. Dari pernikahannya ini lahir di antaranya seorang yuwaraja. Ia menggantikan ayahnya menjadi raja di Salakanagara pada tahun 117 Saka ( = 195 Masehi), dengan gelar Prabhu Singhanagara Bhimayasawirya dan menjadi Dewawarman III. Ia menjadi raja sampai dengan tahun 160 Saka ( = 238 Masehi).


Pada masa pemerintahannya Salakanagara diserang perompak, namun dapat dibinasakan olehnya. Dewawarman III kemudian digantikan oleh menantunya ialah Sang Prabhu Dharmastyanagara yang menjadi Dewawarman IV. Ia memerintah pada tahun 160 – 174 Saka ( = 238-252 Masehi). Dewawarman IV digantikan oleh anak perempuannya , yaitu Rani Mahisasuramardini Warmandewi. Ia memerintah bersama suaminya, Sang Prabhu Amatyasarwajala Dharmasatyajaya Warunadewa.

Sang Rani memerintah pada tahun 174 – 211 Saka ( = 252-289 Masehi), tetapi suaminya hanya memerintah selama 24 tahun, karena gugur di tengah laut ketika berperang melawan perompak. Kemudian yang menjadi raja di Salakanagara adalah putranya, Sang Prabhu Ghanayanadewa Linggabhumi yang menjadi Dewawarman VI. Ia memerintah pada tahun 211 – 230 Saka ( = 289-308 Masehi).


Ia menikah denga putri dari Bharatanagari. Dari perkawinannya itu lahir beberapa orang anak, di antaranya yang tertua ialah Sang Prabhu Bhimadigwijaya Satyaganapati yang menjadi Dewawarman VII. Ia memerintah pada tahun 230 – 262 Saka ( = 308 – 340 Masehi). Dewawarman VII gugur pada tahun 262 Saka karena serangan balatentara yang dipimpin oleh seorang panglima bernama Khrodamaruta, yang masih bersaudara dengan Sang Prabhu.


Kemudian Sang Khrodamaruta menjadi raja di Salakanagara. Ia tidak disukai oleh penduduk dan keluarga keraton. Ia tidak lama menjadi raja, hanya tiga bulan, karena ketika ia berburu di tengah hutan, ia tertimpa batu dari puncak gunung. Sang Prabhu Khrodamaruta tewas. Kemudian permaisuri Dewawarman VII, Sang Rani Spatikarnawa Warmandewi menjadi raja Salakanagara. Ia memerintah selama tujuh tahun sampai dengan tahun 270 Saka ( = 348 Msehi).

Pada tahun 270 Saka itu, Sang Rani menikah dengan Sang Prabhu Dharmawirya Dewawarman Salakabhuwana. Sang Rani dan suaminya adalah saudara sepupu satu kakek. Selanjutnya Sang Prabhu Dharmawirya menjadi raja Salakanagara, menjadi Dewawarman VIII. Ia memerintah tahun 270 – 285 Saka ( = 348- 363 Masehi). Selanjutnya teks naskah ini menguraikan pula keadaan politik di Bharatanagari dan peperangan antara wangsa Maurya dengan wangsa Pallawa dan Salankayana.


Akhirnya kerajaan wangsa Pallawa dan Salankayana dikalahkan oleh kerajaan wangsa Maurya. Banyak penduduk dan keluarga raja dari kerajaan mengungsi menyeberangi lautan. Salah satu kelompok wangsa Pallawa yang mengungsi ke Pulau Jawa dipimpin oleh seorang yang kemudian menjadi Dewawarman VIII, yaitu Sang Prabhu Dharmawirya Dewawarman Salakabhuwana. Diceritakan pula bahwa pada tahun 270 Saka ( = 348 Masehi), ada seorang Maharesi dari Salankayana disertai para pengikutnya, penduduk dan balatentara, datang mengungsi ke Nusantara dan sampailah di Jawa Barat.


Ia bersama pengikutnya berjumlah beberapa ratus orang. Kedatangannya disambut oleh penduduk pribumidengan senang hati, karena Sang Maharesi adalah seorang dang accarya (guru) dan seorang mahapurusa (orang penting). Selanjutnya, mereka semuanya bermukim di tepi sungai dan membuat desa.


Karena ia disetujui oleh para penghulu dari desa-desa di sekitarnya, kemudian ia mendirikan sebuah kerajaan di situ dan diberi nama Tarumanagara. Desa yang didirikan Sang Maharesi itu kemudian menjadi sebuah kota yang besar dan diberi nama Jayasinghapura. Sang Maharesi kemudian terkenal dengan nama Sang Jayasinghawarman Ghurudharmapurusa dan Rajadhirajaghuru, yaitu raja Tarumanagara dan guru agama.


Ia kemudian menikah dengan putri Dewawarman VIII, yaitu Sang Parameswari Iswari Tunggalprethiwi Warmandewi atau Dewi Minawati namanya. Selanjutnya diceritakan pula anak Dewawarman yang lainnya yang menjadi putra mahkota. Setelah Sang Dewarman mangkat, putra mahkota menggantikannya menjadi raja. Tetapi desa-desa wilayahnya ada di bawah perintah kerajaan Tarumanagara.

Ada pula anak Dewawarman yang lainnya lagi, seorang laki-laki yang bermukim di Bakulapura. Ia terkenal dengan nama Aswawarman. Ia menikah dengan anak sang penghulu penduduk Bakulapura, yaitu Sang Kudungga namanya.

Masa pemerintahan Sang Maharesi Rajadhirajaghuru lamanya 24 tahun, dari tahun 280 Saka ( =358 Masehi) sampai dengan tahun 304 Saka ( =382 Masehi). Ia mangkat pada usia 60 tahun. Ia terkenal sebagai Sang Lumah ri Ghomati. Selanjutnya ia digantikan oleh putranya yang terkenal dengan nama Rajaresi Dharmayawarmanghuru.


Referensi:

Ayatrohaedi. (2017). Sundakala: Cuplikan Sejaraj Sunda Berdasarkan Naskah-naskah Panitia Wangsakerta Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya

Transliterasi Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa (PPBJ), Museum Sri Baduga. Bandung


Informasi tambahan, Kerajaan di Jawa

1. 0-600 (Hindu-Buddha Pra Mataram): Salakanagara, Tarumanagara, Sunda-Galuh, Kalingga, Kanjuruhan.


2. 600-1500 (Hindu-Buddha): Mataram Kuno, Medang, Kahuripan, Janggala, Kadiri, Singhasari, Majapahit, Pajajaran, Blambangan.


3. 1500-sekarang (Kerajaan Islam): Demak, Pajang, Banten, Cirebon, Sumedang Larang, Mataram Islam, Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Mangkunagaran, Paku Alaman.