Social Bar

Popunder

Wednesday, September 10, 2025

JANGAN BERDEBAT DENGAN BERKARAKTER KELEDAI !

 JANGAN BERDEBAT DENGAN BERKARAKTER KELEDAI !





Pepatah "jangan berdebat dengan keledai" sering digunakan untuk menggambarkan situasi di mana tidak ada gunanya terlibat dalam perdebatan atau argumen dengan seseorang yang keras kepala atau tidak mau mendengarkan alasan.

Buang-buang waktu terburuk adalah berdebat dengan orang bodoh dan fanatik yang tidak peduli tentang kebenaran atau kenyataan, tetapi hanya kemenangan keyakinan dan ilusinya.

Ketika berhadapan dengan kebodohan yang keras kepala, diam adalah pilihan yang cerdas. Kedamaian dan ketenangan jauh lebih berharga daripada memenangkan perdebatan yang tidak akan pernah selesai.


Kisahnya ?

Keledai berkata kepada harimau, "Rumput itu berwarna biru."

Harimau menjawab, "Tidak, rumput itu warnanya hijau."

Diskusi memanas, dan keduanya memutuskan untuk membawa masalah itu ke depan si Raja Hutan.

Mereka menghadap singa, si Raja Hutan. Sebelum mencapai tempat singa duduk di singgasananya, keledai mulai berteriak, "Yang Mulia, benarkah rumput itu warnanya biru?"

Singa menjawab, "Benar, rumput itu berwarna biru."

Keledai bergegas dan melanjutkan, "Harimau itu tidak setuju denganku dan menentang serta menggangguku. Tolong hukum dia."

Raja kemudian menyatakan, "Harimau ini akan mendapatkan hukuman."

Keledai itu pun melompat dengan riang dan melanjutkan perjalanannya, puas dan mengulangi, "Rumput itu warnanya biru."

Harimau menerima hukumannya tetapi bertanya kepada singa, "Yang Mulia, mengapa Anda menghukumku? Lagipula, rumput itu warnanya hijau."

Singa menjawab, "Memang rumput itu warnanya hijau."

Harimau bertanya, "Lalu, mengapa Anda menghukumku?"

Singa menjawab, "Itu tidak ada hubungannya dengan pertanyaan apakah rumput itu warnanya biru atau hijau. Hukumannya adalah karena tidak mungkin makhluk pemberani dan cerdas sepertimu membuang-buang waktu berdebat dengan keledai lalu datang dan menggangguku dengan pertanyaan itu."


---

Pemborosan waktu terburuk adalah berdebat dengan orang bodoh dan fanatik yang tidak peduli dengan kebenaran atau kenyataan, tetapi hanya kemenangan keyakinan dan ilusi mereka.

Jangan pernah membuang-buang waktu untuk argumen yang tidak masuk akal.

Ada orang yang tidak peduli seberapa banyak bukti yang kita berikan, tidak mampu memahami, dan yang lain dibutakan oleh ego, kebencian, dan dendam.

Yang mereka inginkan hanyalah menjadi benar, meskipun sebenarnya tidak.

Ketika ketidaktahuan berteriak, kecerdasan terdiam.

Kedamaian dan ketenangan Anda lebih berharga.



Monday, September 8, 2025

Mengubah sisi lemah menjadi sumber kekuatam (Carl Jung)

 Mengubah sisi lemah menjadi sumber kekuatam

(Carl Jung)





Psikolog Carl Jung pernah mengatakan, “Di balik kelemahan seseorang, sering tersembunyi kekuatan yang belum disadari.”

Artinya, kelemahan bukan untuk ditutupi, tapi bisa diolah jadi potensi. Banyak tokoh besar yang membuktikannya dari atlet, pengusaha, hingga pemimpin.

1. Kenali kelemahanmu dengan jujur

Jangan sibuk menutupinya. Saat kamu jujur pada diri sendiri, kamu tahu titik mana yang harus diperbaiki. Itu langkah awal perubahan.

2. Ubah cara pandang

Kelemahan sering lahir dari perspektif. Contoh: pemalu bisa jadi unggul dalam mendengarkan. Alihkan fokus dari kekurangan ke kelebihan tersembunyi.

3. Belajar perlahan dari kelemahan itu

Bukan berarti harus jadi “ahli” di situ, tapi cukup tingkatkan sedikit demi sedikit. Konsistensi lebih penting daripada hasil instan.

4. Manfaatkan kekuatan lain untuk menutupi kelemahan

Misalnya, kalau kamu kurang pandai bicara di depan umum, gunakan kemampuan menulis untuk menyampaikan ide.

5. Cari mentor atau panutan

Belajar dari orang yang pernah lemah di hal sama, tapi berhasil bangkit. Mereka biasanya punya trik yang lebih realistis.

6. Jadikan kelemahan sebagai motivasi

Banyak orang sukses justru termotivasi karena pernah diremehkan. Energi dari rasa “kurang” itu bisa jadi bahan bakar besar untuk maju.

7. Rayakan setiap kemajuan kecil

Mengubah sisi lemah butuh waktu. Jangan tunggu hasil besar dulu untuk merasa bangga—apresiasi langkah kecilmu. Itu yang bikin kamu terus kuat.


Kesimpulan:

Kelemahan bukanlah akhir, tapi pintu menuju kekuatan baru. Semua tergantung bagaimana kamu melihat dan mengolahnya.



Thursday, September 4, 2025

JAZĀ’IR AL-JĀWI : JEJAK NUSANTARA DI MATA DUNIA LAMA

 JAZĀ’IR AL-JĀWI : 

JEJAK NUSANTARA DI MATA DUNIA LAMA





Dalam naskah-naskah Arab klasik, kita menemukan satu nama yang merangkum seluruh kepulauan ini : Jazā’ir al-Jāwi (Kepulauan Jawa).

Nama ini bukan sekadar penanda geografis, melainkan refleksi dari bagaimana dunia Arab memandang bangsa kita: satu kesatuan budaya maritim yang besar dan terpandang.

Mereka menyebut kita Banī Jāwi  (anak-anak Jawi) tak peduli apakah kita berasal dari Jawa, Sumatra, Bugis, Makassar, atau bahkan Kepulauan Maluku.

Nama “Jawi” menjadi payung identitas yang menaungi keberagaman kita. Bahkan hingga hari ini, jemaah haji Indonesia masih dipanggil Banī Jāwi di tanah Hijaz.

Lebih dari sekadar nama, istilah ini menandakan relasi panjang sejarah dan perdagangan antara Timur Tengah dan Nusantara.

Contohnya, dalam perdagangan kemenyan: bangsa Arab menyebutnya lubān Jāwi (kemenyan Jawa), meski pohonnya tumbuh di Sumatra.

Dari sinilah istilah Latin benzoe berasal bukti bagaimana dunia mengambil penamaan dari cara Arab melihat wilayah kita.


Dalam kitab al-Kāmil fī at-Tārīkh karya Ibnu al-Atsīr, disebutkan bahwa Banī Jāwi adalah keturunan Nabi Ibrahim AS.

Sebuah klaim yang tentu menarik, namun bukan tanpa dukungan. Sebab dalam studi genetika modern, seorang profesor dari Universiti Kebangsaan Malaysia menemukan bahwa DNA masyarakat Jawi mengandung 27% varian Mediterranean , varian genetik yang juga ditemukan pada bangsa Arab dan Bani Israil, keturunan Ibrahim.


Ini bukan sekadar fakta biologis. Ini adalah narasi antropologis, bahwa jejak Ibrahimiyah bisa jadi telah mengalir jauh, melintasi gurun dan samudera, lalu berlabuh di tanah basah nan hijau ini, bernama Nusantara.

Sejak dahulu, para pelaut kita dikenal tak hanya membawa rempah, tapi juga pengetahuan, akhlak, dan hikmah. Mereka bukan sekadar pedagang, tapi penyambung nadi peradaban.

Maka jangan heran, jika hingga kini, para pemimpin dari kawasan Jazā’ir al-Jāwi  siapapun mereka, apapun sukunya, masih berasal dari akar-akar tua yang dulu disebut Banī Jāwi.

Karena sejarah tidak pernah benar-benar hilang. Ia hanya menyamar dalam nama, dalam darah, dan dalam cara kita berdiri menatap dunia.


Maka, menyebut diri sebagai “Jawa” bukan sekadar menyatakan asal, tetapi mengakui warisan : warisan Ibrahim, warisan samudera, warisan bangsa yang tak pernah tunduk kecuali pada hikmah.



Tuesday, September 2, 2025

Karomah Mbah Mundzir Kediri

Karomah Mbah Mundzir Kediri 




KH. Mundzir adalah pengasuh pondok pesantren “Tahfidzul Qur’an Ma’unah Sari” Bandar Kidul, Kediri, Jawa Timur.


Sebagai Kyai kharismatik atau disegani oleh masyarakat, KH Mundzir mempunyai beberapa karomah,antara lain :

1. Si kecil yang perkasa

Perilaku masa kecil Kyai Mundzir wajar-wajar saja, sebagaimana anak kecil pada umumnya, walau kadang memperlihatkan pola tingkah yang tidak lumrah atau nganeh-nganehi, yang di dunia pesantren bisa di istilahkan dengan kata khorikul ‘adah, pernah suatu ketika Kyai Mundzir memainkan gentong / mengangkat-angkat gentong dengan santainya, tentu hal ini mengundang keheranan dan rasa takjub bagi siapapun yang melihatnya. 

Rasa heran dan takjub itupun semakin menjadi tatkala gentong tersebut penuh dengan air yang bagi satu orang dewasapun umumnya belum kuat untuk mengangkatnya, namun ternyata Kyai Mundzir yang masih anak-anak itu bukan sekedar mengangkat, malah memainkanya dengan santai laksana seorang “pendekar atau jagoan kungfu” yang sedang memperlihatkan keahlianya.


2. Bisa terbang

Polah tingkah yang tidak wajar terjadi sampai Kyai Mundzir tumbuh dewasa. Dikisahkan oleh seorang teman dekat beliau yang saat nyantri di pesantren semelo perak jombang, yaitu seorang santri yang sekarang tinggal di dusun Sido Warek Jombang. Kyai Mundzir seorang santri yang gemar ziarah ke makam-makam para wali, sebagai teman dekat santri tadi di ajak ziarah ke pesarean Mojo Agung, Jombang. 

Seperti biasanya perjalanan itu dilakukan dengan berjalan kaki. Namun kiranya ada yang luar biasa dalam perjalanan kali ini, karena sebelum berangkat Kyai Mundzir berpesan kepada teman akrabnya tersebut untuk tidak tolah toleh dan selalu melihat punggung beliau selama perjalanan nanti. Setelah beberapa saat dalam perjalanan, teman Kyai Mundzir merasa seakan akan melewati suatu kawasan yang banyak ditumbuhi rerumputan yang tinggi dan lebat, kang santri pun penasaran, tumbuhan apakah yang kiranya kadang menyambar di tubuhnya itu. 

Saking penasarannya, sambil berjalan kang santri tadi sesekali memetik beberapa helai daun atau rumput, dan ia sempat memasukan daun itu ke dalam saku bajunya. Perjalananpun akhirnya sampai, setelah keperluan ziarah dan lainya selesai, Kyai Mundzir mengajak pulang seperti biasanya. Setelah sampai di kamar santri tadi segera mengambil daun yang ada dalam sakunya untuk dilihat. Namun alangkah terkejutnya kang santri tadi, karena ternyata bukan rumput yang di temukan dalam sakunya melainkan daun kelapa yang masih muda. Setelah menyadari apa yang baru saja terjadi, sambil menerawang, santri tersebut bergumam “lha aku iki la’ diajak gus mundzir lewat duwure wit klopo”.


3. Memanggil pucuk pohon bambu

Di suatu daerah Jombang, saat Kyai Mundzir sedang melaksanakan riyadhoh, dan sebagaimana biasa, hari itupun diisi dengan terus menerus sholat. Kebetulan di tempat itu, ada seorang santri yang bisa di bilang nakal, dan ia mengetahui bagaimana disiplinya Kyai Mundzir menjaga kebersihan. Di saat beliau sedang menunaikan sholat, santri tadi sengaja berniat ngerjai/njarag, dengan cara pakaian beliau yang di jemur di depan mushola sebagai lap. 

Hal itu ternyata diketahui oleh beliau, karena itu setelah salam, beliau langsung mencuci pakaian tersebut dan kembali menjemurnya lagi, melihat hal itu, santri tadi ternyata mengulangi lagi perbuatan tersebut, lagi-lagi beliau tahu, dan mencuci serta menjemurnya lagi, dan selanjutnya kembali sholat. Namun saking nakalnya santri tadi belum puas, lalu mengulanginya sekali lagi. Saat itulah, setelah sholat, beliau mencuci pakaian tersebut, namun kali ini di jemur dengan cara yang ”nyleneh”, bagaimana tidak, usai mencuci pakaian tadi, beliau melambaikan tangan seakan memanggil pucuk pohon bambu yang berada di depan mushola, dan anehnya pula bambu itu seolah paham, karena tiba-tiba bambu itu merunduk dan selanjutnya berdiri tegak kembali, setelah jemuran pakaian beliau di titipkan pada pucuknya.


Lahul Fatihah..


Friday, August 29, 2025

NABI IDRIS AS

 NABI IDRIS AS





Dalam Surah Maryam, ayat 56 dan 57 tercantum pujian tentang Nabi Idris bahwa beliau sangat taat, shaleh, dan Allâh mengangkat Beliau ke tempat (derajat) yang tinggi. Beberapa Ulama mengatakan tempat ini adalah surga ke-empat dan beberapa mengatakan surga ke-enam. Apa yang ditegaskan adalah bahwa Nabi Idris kemudian kembali ke Bumi setelah diangkat ke surga. Beliau kembali ke Bumi dan meninggal di Bumi.

Idris adalah seorang Nabi dan Rasul, sesuai dengan yang ditegaskan dalam Al-Qur’an. Kita harus memiliki keyakinan kuat bahwa Idris adalah Nabi Allâh dan bahwa Beliau menyampaikan pesan dari Tuhan.

Ada perbedaan pendapat tentang silsilah Nabi Idris, tetapi yang terkuat adalah yang kita sebutkan di atas. Beliau diberi nama “Idris” dengan asal mula kata “Idris” berasal dari bahasa Arab “Dirasah” yang berarti “belajar lama.”

Beliau disebut Idris karena Beliau mempelajari banyak hal yang diturunkan kepada Nabi Adam dan Nabi Seth.

Untuk penampilan fisiknya, Al-Hakim berkata dalam Mustadraknya, menyalin dari Samurah, putra Jundub, bahwa Nabi Idris berbadan tinggi, dengan kulit putih. Beliau memiliki dada yang lebar. Nabi Idris memiliki sedikit rambut di tubuh, dan rambut yang lebat di kepalanya. Beliau memiliki perbedaan warna terang di dadanya, tetapi bukan dari penyakit kulit.

Ketika ketidak-adilan dan permusuhan terjadi di antara orang-orang di Bumi, Allâh mengangkat Idris ke surga. Disebutkan bahwa Nabi Idris adalah orang pertama yang menggunakan pena setelah Nabi Adam (Nabi Adam memiliki pengetahuan tentang cara menggunakan pena) dan yang pertama kali memotong bahan pakaian dan menjahitnya.

Ibn Hibban mengatakan dalam bukunya As-Sahih, dari Abu Dharr, bahwa Rasulullâh sallallâhu ^alayhi wa Sallam berkata, “Wahai Abu Dharr, ada empat di antara para Nabi yang berbicara bahasa yang disebut Suryani, yaitu: Adam, Seth, Akanukh (Idris, yang pertama menggunakan pena setelah Adam) ), dan Nuh.

Nabi Idris adalah Nabi Ketiga

Nabi Idris adalah Nabi yang ketiga dari para Nabi. Ada perbedaan pendapat tentang tempat kelahirannya. Beberapa Ulama mengatakan Beliau dilahirkan di Babylon dan beberapa Ulama mengatakan di Mesir. Perkataan yang benar adalah bahwa Beliau lahir di Babylon, di Irak. Pada tahun-tahun pertama, Idris mengikuti pengetahuan yang disebarkan oleh Adam dan Seth. Kemudian Allâh menjadikannya seorang Nabi dan Rasul. Allâh menurunkan 30 Kitab pendek (Suhuf) kepada Nabi Idris, sebagaimana dinyatakan dalam hadits, yang diriwayatkan oleh Ibn Hibban dari Abu Dharr. Idris mengajarkan orang-orang tentang Tuhan, dan mengumpulkan mereka untuk menerapkan aturan-aturan Agama. Beliau menekankan bahwa satu-satunya yang layak disembah adalah Allâh, meskipun pada jaman itu semua manusia adalah Muslim selama hidup Nabi Idris.

Beberapa orang tidak patuh dalam menjalankan aturan Agama. Idris membuat keputusan untuk meninggalkan Irak dan pergi ke Mesir. Ketika Nabi Idris melihat sungai Nil yang besar di Mesir, Beliau mulai berpikir tentang kebesaran Tuhan. Beliau memuji Allâh saat memandang dengan kagum di Sungai Nil.

Nabi Idris tinggal di Mesir bersama orang-orangnya (para pengikutnya) untuk jangka waktu tertentu, memanggil orang-orang untuk taat dan patuh sesuai aturan Agama. Dikatakan bahwa Beliau hidup 82 tahun di Bumi. Kemudian Allâh mengangkatnya ke Surga. Kemudian Beliau turun kembali dan meninggal di Bumi.

Ada beberapa ucapan bijak yang dikenal tentang Nabi Idris. Nabi Idris mengajak orang-orang untuk menjadi Muslim yang baik, mengikuti semua aturan Agama yang diwahyukan kepadanya. Beliau memanggil orang-orang untuk hidup sederhana dan tidak mewah, seperti yang dilakukan Nabi Muhammad juga. Nabi Muhammad mengatakan kepada Mu^adh ibnu Jabal: “Tinggalkan kemewahan, orang taqwa bukanlah orang yang hidup mewah.”

Nabi Idris mengajarkan kepada umatnya untuk saling berbuat bijak dan adil. Beliau juga mengajak mereka untuk melakukan Sholat dan menunjukkan kepada mereka cara Sholat. Mereka diperintahkan untuk berpuasa pada hari-hari tertentu setiap bulan. Mereka diperintahkan untuk membayar Zakat dari uang mereka untuk membantu orang miskin. Beliau sangat disiplin mengajarkan orang-orang tentang Thaharah (Wudhu‘) dan membersihkan diri (Mandi Junub) setelah berhubungan suami-istri. Beliau menegaskan bahwa alkohol sangat dilarang.

Pada zaman Nabi Idris, orang-orang berbicara dalam 72 bahasa. Allâh membuat Idris menguasai semua 72 bahasa, sehingga Beliau bisa mengajar semua orang dalam bahasa mereka masing-masing.

Dalam Surah Ibrahim, Ayat 4, menyatakan bahwa, “Allah tidak mengirim seorang Rasul kecuali bahwa ia berbicara dalam bahasa bangsanya, untuk memberi ajaran yang jelas bagi mereka.”

Allâh memberi Nabi Idris ilmu pengetahuan yang Beliau ajarkan kepada orang-orang. Allâh memberinya pengetahuan tentang Astronomi. Beliau adalah orang pertama yang mempelajari ilmu kedokteran. Beliau adalah orang pertama yang memperingatkan bahwa banjir akan datang sebagai hukuman (seperti yang kemudian terjadi pada masa Nabi Nuh). Idris adalah orang pertama yang menetapkan aturan perencanaan kota.

Dikatakan bahwa Nabi Idris membangun dua piramida terkenal di Mesir.

Di antara kearifannya yang terkenal adalah Beliau berkata, “Bersabar, dengan percaya kepada Allâh, akan membawa seseorang menuju kemenangan.” Ini terukir di batu cincinnya.

Nabi Idris mengatakan agar kita memiliki Niat yang tulus ketika kita membuat permohonan (berdoa) kepada Allâh, ketika Sholat dan Puasa.





Kisah NABI IDRIS dan IBLIS

Abu Ishaq al-Isfarayiniyy, dalam bukunya At-Tartib fi ^Usulil-Fiqh, mengatakan bahwa; yang pertama kali yang menyajikan konsep “kemustahilan intelektual” adalah Nabi Idris. Diriwayatkan kejadian berikut :

Iblis datang kepada Nabi Idris yang sedang menjahit. Nabi Idris setiap kali memasukkan jarum Beliau mengucap “SubHânal-Lâh” (Allâh suci dari ketidaksempurnaan). Setiap kali Beliau mengeluarkannya, Beliau akan mengucap “Al-Hamdulil-Lâh” (puji dan syukur kepada Allâh).

Suatu saat Iblis datang kepadanya dengan membawa kulit. Iblis berkata “Apakah Tuhan memiliki kekuatan untuk menempatkan seluruh alam semesta dalam kulit kecil ini?”

Nabi Idris berkata, “Jika Tuhan menghendaki, Dia memiliki kekuatan untuk membuat seluruh alam semesta ini berada di dalam lubang jarum yang aku gunakan untuk menjahit .”

Kemudian Nabi Idris menusuk mata Iblis dengan jarumnya.

Abu Ishaq menjelaskan arti perkataan Nabi Idris kepada Setan, yaitu: Jika Allâh berkehendak untuk membuat seluruh alam semesta dengan mengecilkannya agar bisa masuk ke dalam lubang jarum, maka Allâh memiliki kekuatan untuk melakukannya. Namun, jika seseorang berbicara tentang mengambil seluruh alam semesta dengan ukuran yang dimilikinya, dan memasukkannya melalui lubang jarum dengan ukuran yang dimilikinya, maka secara intelektual ini tidak memungkinkan.

Abu Ishaq mengatakan bahwa Nabi Idris tidak memberikan penjelasan itu kepada Iblis, karena Nabi Idris tahu bahwa Iblis adalah makhluk yang keras kepala dan tak mungkin percaya dan memeluk Islam. Iblis hanya mengajukan pertanyaan untuk membingungkan Nabi Idris saja. Iblis tidak menginginkan jawaban yang sesungguhnya. Dia hanya mengajukan pertanyaan untuk berniat jahat dan dalam usaha yang sia-sia untuk membawa Nabi Idris keluar dari Islam.

Abu Ishaq mengatakan bahwa konsep ini tidak menyebar sangat luas pada zaman Nabi kita, tetapi kemudian pemahaman tentang hal ini menjadi begitu menyebar luas sehingga tidak dapat disangkal.

Al-Ash ^ariyy mengambil dari jawaban Nabi Idris banyak penilaian dan Hukum tentang hal-hal yang secara intelektual adalah mustahil.

Di langit ke empat Rasulullah saw diantar Jibril bertemu dengan Nabi Idris as. Ia berada dalam posisi di atas. Karena demikianlah karunia yang diberikan Allah swt kepadanya. Nabi Idris adalah nabi yang pernah merasakan surga selama hidup di dunia. <>Dia pula yang pernah diberi keistimewaan oleh Allah swt untuk merasakan kematian dalam kehidupan. Karena Allah swt tidak memperbolehkan siapapun masuk surga sebelum mati terlebih dahulu.


فلما رفعه باذن الله تعالى سأل ربه دخول الجنة فقيل له لايدخلها الا من ذاق الموت فسأل ربه الموت…

Ketika Idris diangkat oleh Allah diapun meminta agar dimasukkan surga, tetapi tidak diperbolehkan kecuali sudah mati. Kemudian Nabi Idris as.pun meminta kepada Allah swt kematian.


Meskipun tidak ada keterangan mengenai isi pembicaraan antara Rasulullah saw dan Nabi idris as. akan tetapi perjumpaan itu memberikan banyak pemahaman kepada Rasulullah saw makna kematian. Bahwa kematian yang pernah dianugerahkan Allah swt kepada Nabi Idris as. dapat diterapkan dalam kehidupan manusia dalam berbagai makna. Diantaranya mati dalam arti usaha menindas keinginan nafsu. Demikian Rasulullah saw pernah bersabda:


موتوا قبل تموتوا ومن اراد ان ينظر الى الميت يمشى على وجه الأرض فلينظر الى ابى بكر

Matilah engkau sebelum datang kematian. Siapa yang ingin melihat mayat berjalan di permukaan bumi, lihatlah Abu Bakar.


Begitu pula haditsnya seperti ini :


الناس نيام واذا موتو انتبنوا

Semua manusia sebenarnya dalam keadaan tidur, apabila mati, barulah mereka bangun.


Yang dimaksud dengan mati di sini adalah mati maknawi bukan mati hissi. Yaitu mati semua nafsu amarahnya, termasuk diantaranya adalah tidak pernah merasa kuat, tidak pernah merasa mulia, tidak pernah merasa benar dan lain sebagainya. Karena barang siapa masih merasa memiliki sifat kehidupan berarti hawa nafsunya belum mati, karena semua itu pada hakikatnya adalah milik Allah swt. dan manusia hanya diberikan sedikit hak untuk menggunakannya.

Perkembangan kehidupan dunia membutuhkan ilmu kesehatan untuk menjaga kelestarian hidup manusia. Sejak dahulu hingga sekarang, manusia senantiasa menghadapi masalah yang berkaitan dengan penyakit. Upaya-upaya untuk mencapai kesembuhan saat sakit dan menjaga kesehatan merupakan aktivitas penting manusia. Sebagai umat beragama, hal itu menyertai ibadah dalam rangka menghambakan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Sebagai umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, penyakit yang dihadapi adalah penyakit di akhir zaman. Namun, upaya untuk mengobati penyakit dan menjaga kesehatan ternyata telah ada sejak zaman nabi Adam ‘Alaihissalam. Bagaimana transmisi keilmuan tentang pengobatan itu bermula?


Al-Hafiz Adz Dzahabi dalam kitab Thibbun Nabawi menjelaskan bahwa Nabi Adam mewariskan ilmu tentang pengobatan kepada Nabi Syits.

“Ada kaum yang berkata bahwa Nabi Syits ‘alaihissalam adalah orang pertama yang menemukan ilmu pengobatan. Ilmu ini dikenal setelah Beliau mewarisinya dari leluhurnya, yaitu Nabi Adam ‘alaihissalam. Beberapa orang mengatakan bahwa Beliau menerima ilmu ini berdasarkan pengalaman, sedangkan orang lain mengatakan bahwa Beliau menggunakan qiyas dengan olah pikirnya untuk menemukan ilmu itu” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, Thibbun Nabawi, Dar Ihyaul Ulum, Beirut, 1990: halaman 229)

Nabi Adam ‘alaihissalam sendiri merupakan manusia pertama yang mengalami berbagai ketidaknyamanan badan dalam kehidupan di Bumi. Saat mengalami ketidaknyamanan sebagai manusia Bumi, Beliau mengupayakan berbagai hal untuk mengatasinya. Saat lapar, Beliau berusaha mengatasinya dengan bercocok tanam. Ketika tubuh Beliau merasakan ketidaknyamanan, maka Beliau mengatasinya dengan suplemen dan nutrisi alami berupa buah-buahan. Pengetahuan Beliau untuk mengatasi berbagai hal di Bumi berdasarkan wahyu yang disampaikan melalui malaikat Jibril.


Nabi Adam mengetahui salah satu bahan herbal berupa buah yang berkhasiat. Buah yang kaya manfaat menjadi pilihan buah pertamanya yang dimakan di muka Bumi. Beliau memilih buah dari tanaman Bidara Cina atau tanaman Sidr yang dikenal dengan istilah buah Nabaq atau secara umum merupakan buah dari tanaman Bidara. Nama latin dari tanaman ini adalah Ziziphus jujuba.

“Ini buah dari Sidr, atau buah dari pohon Bidara yang bersifat dingin dan kering. Ia mengatur temperamen dan menyamak perut. Dalam kitab tentang obat dari Abu Nuaim, Beliau mengutip hadits yang terkenal bahwa ketika Nabi Adam diturunkan ke muka Bumi, buah pertama yang dimakan adalah buah Nabaq/buah Bidara.” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, Thibbun Nabawi, Dar Ihyaul Ulum, Beirut, 1990: halaman 198)

Pilihan Nabi Adam terhadap Bidara bukannya tanpa alasan. Buah ini mengandung berbagai manfaat untuk kesehatan. Pengetahuan Nabi Adam tentang berbagai nama buah, termasuk buah Bidara ini tidak lepas dari pengajaran tentang berbagai nama yang diterimanya sewaktu baru diciptakan di surga.

Buah dari tanaman Bidara/Sidr itu mirip dengan buah yang ada di Sidratul Muntaha. Meskipun buah yang ada di surga berbeda dengan buah di muka Bumi, masih ada beberapa kemiripan sifat.


Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah melihat buah Nabaq di surga ketika perjalanan Mi’raj (Editor: Sakho Muhammad, 2010, Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Quran dan Sunnah, PT Kharisma Ilmu, Jakarta: halaman 133).



Dalam kitab Dardir, Nabi Muhammad menyaksikan Sidratul Muntaha sebagai sebuah pohon besar. Buah Nabaq yang ada di surga lebih besar dari yang ada di Bumi.

“Adapun buah Nabaq dari pohon Sidratul Muntaha itu sebesar kendi-kendi Tanah Hajar (sebuah desa yang dekat dengan Madinah)”. (Sayyid Ahmad ad-Dardir, Ad-Dardir ‘ala Qisshatil Mi’raj, Dar Ihya al-Kitab al-‘Arabiyah, tanpa tahun: halaman 21)

Ukuran buah bidara di surga sangat besar, yaitu seukuran kendi. Di dunia, buah pohon bidara berukuran lebih kecil, yaitu sebesar buah zaitun atau buah kurma. Penampakan pohon bidara di surga berbeda dengan pohon bidara di dunia. Pohon bidara di surga sangat dimuliakan dan tidak berduri, sedangkan pohon bidara di dunia banyak berduri dan buahnya sedikit.

Buah bidara rasanya manis dan baunya harum. Buahnya bergizi dan bermanfaat untuk menyegarkan pernapasan, menjaga suhu tubuh, mengobati campak dan cacar air, serta menghentikan infeksi pada lambung (Editor: Sakho Muhammad, 2010, Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Quran dan Sunnah, PT Kharisma Ilmu, Jakarta: halaman 134).

Semua manfaat buah bidara diperoleh oleh Nabi Adam yang baru saja menjalani masa adaptasi dengan iklim di bumi setelah sebelumnya berada dalam kenyamanan surga. Udara yang dihirup Beliau di surga tentu berbeda dengan di dunia. Demikian juga dengan iklim dan suhu bumi, tentu sangat berbeda dengan keadaan surga. Nabi Adam ‘alaihissalam memilih konsumsi buah bidara untuk mengkondisikan tubuhnya agar tetap seimbang selama berada dalam masa peralihan tersebut.

Setelah memiliki keturunan, Nabi Adam ‘alaihissalam menularkan pengetahuan tentang penyembuhan dengan menggunakan bahan-bahan berkhasiat kepada Nabi Syits ‘alaihissalam. Setelah periode Nabi Syits, Nabi Idris ‘alaihissalam mewarisi keilmuan tentang pengobatan atau kedokteran tersebut.

“Sebagian orang mengatakan bahwa Nabi Idris ‘alaihissalam yang menemukan ilmu pengobatan” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, Thibbun Nabawi, Dar Ihyaul Ulum, Beirut, 1990: halaman 229)

Kenabian merupakan salah satu jalan tersampaikannya wahyu untuk manusia. Ilmu pengobatan atau kedokteran pada masa Nabi Idris dikembangkan berdasarkan petunjuk wahyu yang Beliau terima.

Nabi Idris dikenal sebagai nabi yang membawa banyak ilmu pengetahuan baru yang bermanfaat untuk manusia pada zamannya. Mulai dari pembahasan tulisan hingga ilmu-ilmu lain yang secara praktis dibutuhkan oleh manusia dikuasai oleh Beliau.

Al-Hafiz Adz-Dzahabi menjelaskan proses transmisi keilmuan pengobatan itu dalam kitabnya Thibbun Nabawi.

“Bagaimanapun, yang lebih memungkinkan adalah bahwa ilmu pengobatan ini diwahyukan oleh Allah Yang Maha Kuasa kepada para Nabi-Nya. Memang demikianlah sesungguhnya. Hipotesis dan pengalaman saja tidak cukup.” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, Thibbun Nabawi, Dar Ihyaul Ulum, Beirut, 1990: halaman 229)

Kelak, keilmuan tersebut akan disempurnakan bersama turunnya wahyu kepada nabi-nabi setelahnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila para nabi mampu membawa pengetahuan tentang pengobatan, yang dikenal dengan Thibbun Nabawi, yang belum diketahui oleh umat-umat sebelumnya.

Kisah Nabi Idris ‘Alaihissalam merupakan kisah yang sarat akan peringatan bagi kaum muslimin. Sebagai manusia pilihan, Ia telah diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk merasakan kematian, melihat surga, dan melihat neraka. Pengalaman yang pastinya akan membuat merinding.

Nabi Idris adalah keturunan ke enam dari Nabi Adam as. Dia adalah putra dari Qabil dan Iqlima (putra dan putri Nabi Adam as).

Saat itu, Allah memerintahkan Nabi Idris untuk mengajak seluruh manusia agar berjalan di jalan kebenaran. Saat itu dia adalah manusia pertama yang menerima wahyu lewat Malaikat Jibril ketika dirinya berusia 82 tahun.



Berikut ini kisah Nabi Idris mengenai kematian dan saat pertama kali melihat surga telah dirangkum dari berbagai sumber.

Mukjizat Nabi Idris

Sebagai seorang nabi, Nabi Idris memiliki mukjizat atau kelebihan, yaitu :

Manusia pertama yang pandai baca tulis dengan pena.

Nabi Idris diberi macam-macam pengetahuan mulai dari merawat kuda, ilmu perbintangan (falaq), hingga ilmu berhitung yang sekarang dikenal dengan matematika.

Nama Idris berasal dari kata Darasa yang artinya belajar. Nabi Idris pun dikenal sangat senang belajar, dan tekun mengkaji fenomena alam semesta.

Nabi Idris adalah orang pertama yang pandai memotong dan menjahit pakaiannya. Orang-orang sebelumnya konon hanya mengenakan kulit binatang sebagai penutup aurat.

Nabi Idris mendapat gelar sebagai ‘Asadul Usud’ yang artinya singa, karena Ia tidak pernah putus asa ketika menjalankan tugasnya sebagai seorang Nabi. Ia tidak pernah takut menghadapi umatnya yang kafir. Namun Ia tidak pernah sombong, selain itu Ia juga dikenal memiliki sifat pemaaf.



Kisah Nabi Idris Mengenai Kematian.

Suatu ketika, Malaikat maut Izroil yang sudah bersahabat lama dengan Nabi Idris meminta izin kepada Allah untuk turun ke bumi untuk bertamu dengan Nabi Idris. Dia merasa sangat rindu untuk bertemu dengan Nabi Idris. Dan Allah pun mengizinkannya.

Malam itu, Nabi Idris kedatangan seorang pria yang membawa banyak sekali buah-buahan. Tentu saja dia adalah Malaikat Izroil yang menyamar. Nabi Idris tidak mengetahuinya.

Nabi Idris kemudian menawarkan makanan itu kepada Izroil namun ditolaknya. Akhirnya mereka berbincang-bincang dan keluar berjalan-jalan melihat pemandangan sekitar.



Percakapan Nabi Idris dan Maaikat Izroil

Tak terasa sudah empat hari mereka bersama. Karena sudah akrab, Nabi Idris mulai curiga dengan gerak gerik sang tamu. Dengan rasa penasaran yang tinggi akhirnya Nabi Idris pun bertanya.


Nabi Idris: Ya Tuanku. Siapa sebenarnya Anda?

Malaikat Izroil: Maaf Ya Nabi Allah, Saya sebenarnya adalah Izroil.

Nabi Idris: Malaikat Izroil? Kau kah itu? Sang Pencabut Nyawa?

Malaikat Izroil: Benar, ya Idris.

Nabi Idris: Sudah empat hari Engkau bersama denganku. Apakah Engkau juga menunaikan tugasmu dalam mencabut nyawa makhluk-makhluk di dunia ini?

Malaikat Izroil: Wahai Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka bagaikan seseorang sedang menyuap-nyuap makanan.

Nabi Idris: Wahai Malaikat Izroil. Lantas apa maksud kedatangan Engkau kemari? Adakah Engkau ingin mencabut nyawaku?

Malaikat Izroil: Tidak Idris. Saya datang memang untuk mengunjungimu, karena saya rindu dan Allah mengizinkan Saya.

Nabi Idris: Wahai Izroil. Saya punya satu permintaan dan tolong kabulkan. Tolong cabut nyawa Saya. Dan minta izin ke Allah untuk mengembalikan nyawa Saya. Saya hanya ingin merasakan sakaratul maut yang banyak orang katakan sangat dahsyat.

Malaikat Izroil: Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan izin Allah.



Malaikan Izroil Mencabut Nyawa Nabi Idris

Kemudian Allah mengabulkan permintaan Sang Nabi. Dan Malaikat Izroil pun mencabut nyawa Nabi Idris saat itu juga. Malaikat Izroil menangis melihat sahabatnya merasakan kesakitan. Setelah mati, Allah menghidupkan kembali Nabi Idris.

Setelah hidup Nabi Idris menangis sejadi-jadinya. Dia tidak bisa membayangkan jika manusia-manusia lain mengalami sakaratul maut dengan kedahsyatan yang sama. Nabi Idris tidak tega jika ada umatnya harus sengsara di ujung hidup dan mati. Sejak saat itu, Nabi Idris makin giat mengajak umatnya untuk senantiasa berbuat kebaikan dan jujur untuk hal-hal kebenaran.



Kisah Nabi Idris Melihat Surga dan Neraka

Suatu hari ketika Nabi Idris dan Malaikat Izroil beribadah bersama, kemudian Nabi Idris mengajukan permintaan unik.

“Bisakah Engkau membawa saya melihat surga dan neraka, wahai Malaikat Izroil?” tanya Nabi Idris as.

Malaikat Izroil pun menjawab, “Wahai Nabi Allah, lagi-lagi permintaan darimu sungguh aneh. Mengapa Engkau meminta hal itu? Bahkan para malaikat pun takut melihat neraka, wahai Nabi Allah.”

Nabi Idris menjawab, “Terus terang, Saya takut sekali dengan azab Allah itu. Tapi mudah-mudahan iman saya menjadi tebal setelah melihatnya.”



Nabi Idris Pingsan Setelah Melihat Neraka

Kemudian Malaikat Izroil meminta izin kepada Allah dan mendapatkan restu. Keduanya pun pergi untuk melihat neraka. Saat hampir dekat, Nabi Idris as langsung pingsan. Malaikat penjaga neraka merupakan sosok yang sangat menakutkan. Ia menyeret dan menyiksa manusia-manusia yang durhaka kepada Allah semasa hidupnya.

Nabi Idris as tidak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang sangat mengerikan itu. Tidak ada pemandangan yang lebih mengerikan dibandingkan dengan neraka. Api berkobar dahsyat, bunyi yang bermuruh menakutkan dan hal-hal yang mengerikan lainnya. Nabi idris meninggalkan neraka dengan tubuh yang lemas.



Nabi Idris Takjub dengan Pesona Surga

Tujuan kedua, Malaikat Izroil mengantarkan Nabi Idris ke surga. Di sana, reaksi Nabi Idris pun sama, nyaris pingsan! Tapi bukan karena takut, melainkan takjub dengan pesona dan keindahan semua yang ada di surga.

Dilihatnya sungai-sungai yang airnya begitu bening seperti kaca. Sementara itu di pinggir sungai terdapat pohon-pohon yang bagian batangnya terbuat dari peak dan emas. Lalu ada juga istana-istana untuk para penghuni surga. Di setiap penjuru ada pohon yang menghasilkan buah-buahan, buahnya pun begitu segar, ranum dan harum.

Setelah puas berkeliling, Malaikat Izroil mengajak Nabi Idris as pulang ke bumi. Namun Nabi Idris enggan pulang dan ingin tetap berada di surga.

“Tuan boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti, setelah semua amal ibadah dihisab oleh Allah, baru tuan bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang beriman lainnya,” ujar Malaikat Izroil.

Kemudian Nabi Idris as menjawab, “Saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti.”

Nasihat-Nasihat Nabi Idris

Nabi Idris memiliki banyak sekali ajaran yang diturunkan kepada umatnya. Tentu saja untuk dilakukan agar hidup lebih baik.


Ada beberapa pesan yang disampaikan oleh Nabi Idris as semasa hidupnya kepada para umat. Pesan atau nasehat itu antara lain :

Salat jenazah lebih sebagai penghormatan, karena pemberi syafaat hanya Tuhan sesuai ukuran amal kebajikan.

Besarnya rasa syukur yang diucapkan, tetap tidak akan mampu mengalahkan besarnya nikmat Tuhan yang diberikan.

Sambutlah seruan Tuhan secara ikhlas, untuk shalat, puasa, maupun menaati semua perintah-Nya.

Hindari hasad alias dengki kepada sesama yang mendapat rezeki, karena hakikat jumlahnya tidak seberapa.

Menumpuk numpuk harta tidak ada manfaat bagi dirinya.

Kehidupan hendaknya diisi dengan hikmah kebijakan.

Nabi Idris merupakan salah satu nabi yang diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk merasakan surga dan neraka selama hidup di dunia. Apalagi, ia juga pernah diberi keistimewaan oleh Allah SWT untuk merasakan kematian dalam kehidupan.

Karena Allah SWT tidak memperbolehkan siapapun masuk surga sebelum mati terlebih dahulu. Ketika Idris diangkat oleh Allah diapun meminta agar dimasukkan surga, tetapi tidak diperbolehkan kecuali sudah mati.



Nabi Idris AS didatangi Malaikat Izrail. Saat itu ia menyamar sebagai laki-laki tampan atas izin Allah SWT.

Kedatangan Malaikat Maut tersebut bukan untuk mencabut nyawa Nabi Idris AS, melainkan sekadar bertamu. Hal itu karena ia kagum terhadap Nabi Idris AS yang ahli ibadah dan selalu berzikir kepada Allah SWT.

Singkat cerita, Nabi Idris AS pun menanyakan siapa sebenarnya lelaki tampan yang mengunjunginya itu. Akhirnya Malaikat Izrail pun mengakui siapa dirinya dan menyampaikan maksud kedatangannya.

Nabi Idris AS mengajukan sebuah permintaan, yakni ingin mengetahui tentang bagaimana surga dan neraka untuk mengingatkannya akan azab. Malaikat Izrail lantas meminta izin kepada Allah SWT untuk membawa Nabi Idris AS ke neraka.

Permintaan itu dikabulkan oleh Allah SWT, dan mereka lalu pergi untuk melihat neraka. Ketika hampir sampai, Nabi Idris AS langsung pingsan sebab melihat malaikat penjaga neraka yang sangat menakutkan.

Ia menyeret dan menyiksa manusia-manusia yang mendurhakai Allah SWT selama hidup di dunia. Ternyata Nabi Idris AS tidak sanggup menyaksikan berbagai macam siksaan yang mengerikan itu.

Selama hidupnya, tidak ada pemandangan yang lebih mengerikan dibandingkan dengan dahsyatnya api neraka. Api yang sangat panas berkobar-kobar disertai bunyi bergemuruh yang menakutkan.

Ia tidak bisa membayangkan apabila hal itu menimpa umatnya kelak. Oleh karena itu Nabi Idris AS semakin giat berdakwah agar tidak ada umatnya yang tersesat dari jalan Allah SWT.

Nabi Idris AS kemudian meninggalkan neraka dengan tubuh lemas dan penuh rasa takut. Bayangan api neraka dan segala siksaan di dalamnya masih membebani dirinya.

Namun, dengan hal itu Nabi Idris AS semakin menguatkan tekad dan imannya untuk selalu patuh pada perintah Allah SWT. Tidak hanya, melihat neraka, Nabi Idris juga diberi kesempatan untuk melihat surganya Allah SWT.

Saat melihat surga, Nabi Idris AS terpesona oleh segala keindahan yang tampak di depan matanya. Ia melihat sungai-sungai yang begitu bening airnya, seperti kaca.

Sementara itu, di pinggir sungai terdapat pohon-pohon yang bagian batangnya terbuat dari emas dan perak. Ia pun melihat-lihat istana yang disediakan untuk para penghuni surga.



Idris (bahasa Arab: إدريس, translit. Idrīs) adalah nabi kedua dalam Islam setelah nabi Adam AS, tokoh yang namanya disebut dalam Al-Qur’an 2 ayat yang merujuk pada nabi Idris selaku karakternya. Dalam daftar 25 nabi dalam Islam, nama Idris biasanya ditempatkan di urutan kedua, setelah Adam dan sebelum Nuh.


Nabi Idris ‘alaihissalam

إدريس

Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam Kitab. Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi, dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.


Qur’an Maryam:56-57

Nama “Idris” dijelaskan kemungkinan memiliki arti “penerjemah.” Sebagian sumber menyatakan bahwa dia disebut Idris dalam bahasa Arab karena ketekunannya dalam mempelajari ajaran-ajaran dari Adam dan Syits. Beberapa penafsir Al-Qur’an seperti Al-Baizawi menyatakan bahwa Idris diambil dari kata bahasa Arab dars “untuk mengajarkan” wahyu Ilahi. Menurut Az-Zamakhsyari, kata Idris bukan nama yang berasal dari bahasa Arab.


Nama Idris disebutkan dua kali dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an, Idris dipuji dan disifati sebagai orang yang jujur, sabar, dan sosok yang diangkat ke martabat yang tinggi. Keterangan Idris selain itu berasal dari luar Al-Qur’an, seperti hadits, riwayat sahabat Nabi, atau pendapat para ulama.

Ibnu Ishaq menyatakan bahwa Idris adalah orang pertama yang mengenalkan tulis-menulis menggunakan pena, menjahit baju dan memakainya, dan manusia yang mengerti masalah medis. Dikatakan bahwa dia merupakan orang pertama yang meneliti pergerakan bintang, juga menetapkan berat dan ukuran.

Ada pendapat menyatakan bahwa Idris awalnya lahir di Babil. Namun saat penduduk di sana mulai banyak melakukan dosa, dia dan pengikutnya hijrah ke Mesir.


Miniatur Persia yang menggambarkan Idris mengunjungi surga dan neraka, dari manuskrip Qishash al-Anbiya’

Ibnu Abbas berkata,

“Dawud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang penjahit, dan Musa adalah penggembala.”



Al-Hakim

Sebagian mengatakan bahwa Idris dijuluki sebagai “Asad al-asad” (singa dari segala singa) karena keberanian dan kegagahannya, sedangkan di dalam kisah lain, Idris diberi julukan “Harmasu al-Haramisah” (ahlinya perbintangan).

Riwayat masyhur menyatakan bahwa Idris wafat di langit keempat. Ka’ab al-Ahbar menceritakan bahwa suatu saat Idris mengatakan pada salah satu malaikat, “Sesungguhnya Allah telah menurunkan wahyu kepadaku berupa ini dan itu. Maka sampaikanlah kepada malaikat maut agar dia menunda ajalku, sehingga aku bisa menambah amalku.” Malaikat tersebut membawa Idris menuju langit. Di langit keempat, mereka bertemu dengan malaikat maut. Malaikat tersebut menyampaikan pesan Idris kepada malaikat maut. Malaikat maut bertanya, “Lantas di mana Idris sekarang?” Dia menjawab, “Dia berada di atas punggungku.” Malaikat maut berkata, “Sungguh menakjubkan. Sesungguhnya engkaulah yang diutus, tapi dikatakan kepadaku, ‘Cabutlah Idris di langit keempat,’ sehingga aku katakan, ‘Bagaimana mungkin aku mencabut ruhnya di langit keempat, sementara dia berada di bumi?'” Lalu malaikat maut mencabut nyawa Idris di langit keempat. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”



Hadits isra’ mi’raj

Dalam hadits mengenai isra’ mi’raj, diterangkan bahwa Nabi Muhammad bertemu dengan Idris di langit keempat. Diriwayatkan dari ‘Abbas bin Malik,

“… Gerbang telah terbuka, dan ketika aku (Muhammad) pergi ke langit keempat, di sana aku melihat Idris. Jibril berkata (kepadaku), ‘Ini adalah Idris. Berilah dia salammu.’ Maka aku mengucapkan salam kepadanya, dan ia mengucapkan, ‘Selamat datang, wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih’ sebagai balasan salamnya kepadaku.”



Sahih Bukhari 5:58:227

Nabi yang masih hidup.

Ada kepercayaan di sebagian kalangan Muslim bahwa ada empat orang nabi yang masih hidup sampai sekarang: dua hidup di bumi dan dua di langit. Dua nabi yang ada di bumi yang dimaksud adalah Nabi Khidir dan Nabi Ilyas, sementara dua yang ada di langit adalah Nabi Idris dan Nabi ‘Isa.

Tentang ayat, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi,” Mujahid menyatakan bahwa Idris diangkat ke langit dan belum meninggal dunia sebagaimana ‘Isa diangkat ke langit. Ibnu Katsir menanggapi perkataan Mujahid, “Jika dia mengatakan bahwa Idris sampai saat ini belum meninggal, maka pendapatnya perlu dikaji ulang. Namun jika dia mengatakan bahwa Idris diangkat ke langit dalam keadaan hidup, kemudian nyawanya dicabut di sana, maka pendapat tersebut tidak bertentangan dengan yang dikatakan oleh Ka’ab al-Ahbar di atas. Wallahu a’lam.”



Padanan

Penyebutan singkat Idris dalam Al-Qur’an hanya mengenai pujian Allah atasnya, bukan mengenai kisahnya. Dengan minimnya keterangan, beberapa pihak mengaitkan Idris dengan beberapa tokoh tertentu.


Henokh

Pendapat yang masyhur menyatakan bahwa Idris adalah orang yang sama dengan tokoh dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen) bernama Henokh (Akhnukh). Ulama yang berpendapat demikian di antaranya Ibnu Jarir ath-Thabari dan Al-Baizawi. Al Baizawi mengatakan, “Idris berasal dari keturunan Syits dan moyang Nuh, dan namanya Henokh.”

Sumber Alkitab menyebutkan bahwa Henokh adalah keturunan generasi keenam Adam. Silsilahnya adalah: Henokh bin Yared bin Mahalaleel bin Kenan bin Enos bin Syits bin Adam. Nama Henokh sendiri bermakna “guru”. Ayahnya bernama Yared dan dia lahir saat ayahnya berusia 162 tahun. Saat Henokh berusia 65 tahun, dia memiliki putra bernama Metusalah. Metusalah memiliki putra bernama Lamekh dan Lamekh memiliki putra bernama Nuh. Jadi Henokh adalah kakek buyut dari Nuh. Menurut perhitungan usia dalam Alkitab, Adam masih hidup saat Henokh lahir. Alkitab menyebutkan bahwa Henokh kemudian diangkat ke langit pada usia 365 tahun.[18] Hal inilah yang menjadikan Idris hampir selalu ditempatkan di antara Adam dan Nuh di daftar 25 nabi dalam tradisi Muslim. Keterangan mengenai Henokh yang diangkat ke langit mirip dengan riwayat Ka’ab al-Ahbar yang menyebutkan bahwa Idris diangkat ke langit.

Meski demikian, beberapa ulama modern menolak menyamakan kedua tokoh ini karena kurangnya dasar yang dijadikan acuan. Penerjemah Al-Qur’an Abdullah Yusuf Ali menyatakan, saat membahas Idris dalam surah Maryam, bahwa menyamakan Idris dengan Henokh bisa saja benar atau bisa saja tidak benar.

Sebagian pihak yang menolak pendapat bahwa Idris sama dengan Henokh menggunakan dasar hadits isra’ mi’raj. Di sana disebutkan setelah Nabi Muhammad memberi salam kepada Idris, Idris menyebut Muhammad “saudaraku yang shalih” seperti yang diucapkan Yusuf dan Harun,[b] bukan menyebutnya “anakku yang shalih” sebagaimana Adam dan Ibrahim. Dari sini kemudian ditarik kesimpulan bahwa jika memang Idris dan Henokh adalah orang yang sama, berarti Idris adalah leluhur Muhammad dan seharusnya dia menyebut Muhammad “anakku yang shalih” seperti Adam dan Ibrahim. Namun sebagian menafsirkan bahwa alasan Idris menyatakan Muhammad sebagai saudara karena sebagai bentuk kerendahan hati. Dalam Syarah Arba’in an-Nawawi, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan bahwa Idris adalah nabi dari bani Israil, yaitu keturunan Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim, sehingga dia bukanlah leluhur Muhammad.


Hermes Trismegistus.

Tokoh lain yang juga disamakan dengan Idris adalah Hermes Trismegistus. Sayyid Ahmed Amiruddin menyatakan bahwa tradisi Kristen dan Islam awal menyebut Hermes Trismegistus sebagai pembangun Piramida Giza.[22] Antoine Faivre, dalam The Eternal Hermes (1995), telah menunjukkan bahwa Hermes Trismegistus memiliki tempat dalam tradisi Islam, meskipun nama Hermes tidak muncul dalam Al-Qur’an. Para ahli sejarah dan penulis sejarah abad pertama hijriyah dengan cepat mengidentifikasi Hermes Trismegistus dengan Idris, yang juga diidentifikasi orang Arab dengan Henokh. Hermes disebut “Trismegistus” (agung tiga kali) karena memiliki tiga asal. Hermes pertama, sebanding dengan dewa Mesir Thoth, adalah “pahlawan peradaban”, seorang inisiator ke dalam misteri ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan ilahi yang menghidupkan dunia; dia mengukir prinsip-prinsip ilmu suci ini dalam hieroglif. Hermes kedua, di Babel, adalah penggagas Pythagoras. Hermes ketiga adalah guru alkimia pertama. “Seorang nabi tak berwajah,” tulis Pierre Lory, seorang Islamis, “Hermes tidak memiliki karakteristik yang konkret atau menonjol, berbeda dalam hal ini dari sebagian besar tokoh utama Alkitab dan Al-Qur’an.”


Ilyas

Sebagian ulama berpendapat bahwa Idris adalah orang yang sama dengan Ilyas atau Elia, nabi Bani Israil yang hidup pada abad kesembilan SM. Ilyas sendiri juga termasuk salah satu 25 nabi dalam Islam. Al-Bukhari menuturkan, diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas bahwa Ilyas itu adalah Idris.[16] Sebagai perbandingan, dalam Alkitab disebutkan bahwa Ilyas/Elia pada akhirnya diangkat ke langit[25] sebagaimana Henokh.


Akhnukh

Beberapa orang meyakini nama asli nabi Idris adalah Akhnukh.


Tokoh lain.

Dikarenakan perbedaan linguistik dari nama “Idris” dengan tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, beberapa sejarawan telah mengusulkan bahwa tokoh Al-Qur’an ini berasal dari “Andreas”, juru masak yang mencapai keabadian dari Romansa Aleksander Syria. Selain itu, sejarawan Patricia Crone mengusulkan bahwa “Idris” dan “Andreas” berasal dari epos Akkadia Atra-Hasis. Epos ini sendiri dinamai sesuai tokoh utamanya, Atra-Hasis, namanya bermakna “luar biasa bijak”. Nama Atra-Hasis muncul dalam daftar raja Sumeria sebagai penguasa Syuruppak (Shuruppak dalam ejaan Inggris) sebelum peristiwa banjir besar.


 


Thursday, August 21, 2025

Taun Dal : Pralampita Owahing Jaman, Piwulang Kang Ngudhari Rasa

 Taun Dal : Pralampita Owahing Jaman, Piwulang Kang Ngudhari Rasa




"Taun Dal" dalam kalender Jawa adalah tahun kelima dalam satu siklus windu (delapan tahun). Tahun Dal dianggap sebagai tahun yang sakral dan memiliki makna khusus dalam tradisi Jawa. 

Tentang Taun Dal :
1. Siklus Windu.
Kalender Jawa menggunakan siklus windu yang terdiri dari delapan tahun, yaitu Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. 

2. Tahun Dal.
Tahun Dal adalah tahun kelima dalam siklus windu ini. 

3. Makna Sakral.
Tahun Dal dianggap sakral dan memiliki makna khusus dalam tradisi Jawa. Beberapa masyarakat Jawa mempercayai bahwa tahun Dal memiliki pengaruh terhadap kehidupan, termasuk dalam hal pernikahan. 

4. Pantangan Pernikahan.
Beberapa masyarakat Jawa meyakini bahwa sebaiknya tidak melangsungkan pernikahan pada tahun Dal karena dianggap sebagai tahun yang kurang baik. 

5. Upacara Adat.
Beberapa keraton, seperti Keraton Solo, juga melaksanakan upacara adat khusus pada tahun Dal, seperti upacara Bethak dan Garebeg Mulud Dal. 

6. Tumbuk.
Ada juga konsep "tumbuk" dalam kalender Jawa, di mana hari, pasaran, tanggal, dan bulan akan berulang pada siklus tertentu. 

Contoh :
Tahun Dal yang akan datang dalam kalender Jawa adalah tahun 1959 Jawa, yang dimulai pada 1 Suro, yang bertepatan dengan sekitar tanggal 27 Juni 2025 dalam kalender Masehi. 





“Wanci lumampah, jagad nggilap gingsir. Ing antaraning siklus windu, wonten satunggal taun kang sinebat Dal: dudu taun kang nggegirisi, nanging taun kang nggegulang ati—nggugah manah supaya eling, waspada, lan andhap-asor. Nalika Dal rawuh, wektu kadadeyan kerep rubed, nanging saka rubed iku, kawicaksanan dipun sayat.”


---


1) Piwulang Dhasar Taun Dal

Posisi ing windu: Alip – Ehe – Jimawal – Je – Dal – Be – Wawu – Jimakir (Dal taun kaping gangsal).

Teges simbolik: Dal (saking aksara Dāl) tegesipun pituduh/dalil—taun pratondo owah-owahan: kursi pamaréntahan bisa gingsir, rakyat kena ujian, alam maringi sasmita.

Sipating taun: kerep sinebat “taun wuntu” (taun dawa ±355 dinten), arupa mangsa resik-resik kosmis: sing rawan dadi “miring” dibeneraké, sing ngrusak didhepak metu, sing andhap-asor diangkat.


---


2) Wektu Pepak (Kalebu Wulan Punika)

Miwiti Taun Dal: wiwit 1 Sura AJ 1959 (malem Sura 27/28 Juni 2025) nganti pungkasan Dal: sadèrèngé 1 Sura AJ 1960 (kisaran 30 Juni 2026).

Teges praktis: Sak-wulan Agustus 2025 iki pancèn sampun kalebet Taun Dal, lan Dal bakal lumampah terus ngantos pungkasan Juni 2026 (saurut pananggalan Jawa).

> Cathetan patitis: Ing paugeran Jawa, dina diwiwiti sakwisé surup (magrib). Mula “malem Sura” wus kalebu dina Sura sabanjuré.


---


3) Pralampita lan Kadadeyan Ing Taun Dal

Para sepuh nyarios, ing Dal kerep katon telung gelombang: (a) geger pamaréntahan, (b) abote rakyat, (c) sasmita alam.

1. Geger pamaréntahan – “ganti raja/ganti kursi”: owahing struktur, kebijakan kebalik, utawa pembersihan (resik-resik) pranata.

2. Abote rakyat – paceklik, rega mundhak, gaweyan kenceng; nanging iki kerep dadi wiwitan panggulawenthah daya tahan: rakyat luwih rukun, hemat, gotong-royong.

3. Sasmita alam – cuaca keblinger, lemah garing banjur udan gedhé, sakedhap bencana; tandha jagad ngresikaké awake.

4. Gelombang batin – akeh ati gumregah: sing gumedhé di-pirid, sing sabar di-paringi bukti, sing kandel angkara dipethaki liwat ujian.


---


4) Pantangan Umum Ing Dal (Wewaton Laku)

Pantangan punika dudu “pamali” sing medeni, nanging pepeling supados kalis saka pamrih lan sial.

Aja adigang–adigung–adiguna: ora pantes nglaku pamer daya/kuasa.

Aja mubadzir: pesta ageng tanpa guna luwih becik disegah; lebokna dana marang tetulung/sedekah.

Aja gampang nggagas soal gedhé sing ora pepak hitung—utamane nalika Sura: bedhah gedhong, pindahan omah massal, utawa pamrih proyek “nggegirisi” luwih becik ditunda.

Aja sembrana marang pratandha alam: yen ana sasmita, dititeni rumaket—aja disepelekna.

Luwihna tirakat: poso (mutih/dawud), semedi, maca doa, ngelarasna sedulur papat kalimo pancer.


---


5) Wewaton Nikahan Ing Taun Dal


Ing tradhisi, nikah diwawas mawa weton (dina + pasaran) lan sasi.


5.1. Wulan kang Lumrah (Sasi Jawa)

Sing diendhani: Sura (sasi tirakat; dudu wektu hura-hura).

Kerep dipilih: Mulud (Rabiul Awal), Ruwah (Syakban), lan Besar (Dzulhijah)—saben kulawarga bisa béda wewaton, nanging telu iki asring karasa “tedheng”.


5.2. Dina–Pasaran (Conto Laku Tertib)

Akeh garwa sepuh milih Rebo/Kemis kanthi Legi/Wage amarga dirasa empuk lan ayem (iki dudu dogma—namung laku lumrah).

> Elinga: unggah-ungguh kulawarga lan pitutur sesepuh luwih diurmati tinimbang “ngotot” petungan.


5.3. Petungan Neptu (Versi Umum)

Neptu dina: Ahad=5, Senin=4, Selasa=3, Rebo=7, Kemis=8, Jemuwah=6, Setu=9.

Neptu pasaran: Legi=5, Pahing=9, Pon=7, Wage=4, Kliwon=8.

Carane : jumlahna neptu lair calon penganten loro, banjur delengen asil modulo 8.

1 = Pegat (rawan pecah)

2 = Ratu (gedhé drajat)

3 = Jodho (cocog)

4 = Topo (awal rekasa, pungkasane mulya)

5 = Tinari (rejeki padhang)

6 = Padu (gampang cekcok)

7 = Sujanan (rawan godha selingkuh)

0/8 = Pesthi (tentrem)


Taun Dal nambah bobot marang kategori “angel” (Pegat/Padu/Sujanan). Dudu dilarang, nanging diwajibake tatabuhan batin luwih kenthel sadèrèngé akad.


5.4. Nalika Petungan “Angel”, Punapa Sing Kudu Dilinep?

Ruwat cilik sak wanci slametan :

Bubur abang–putih, kembang telon, banyu bening, tumpeng alit, donga pangruwatan (ngowahi rasa sédhih dadi syukur).

Gawe sedekah marang yatim/dhuwafa minangka “tumbal pamrih”—ngalihaké energi ala dadi paédah.

Milih dina sawise Sura (utawi wulan sing tedheng), lan ngundang sepuh/kyai/pinandhita ngasta pangestu.

Janji laku omah: sawisé nikah ngugemi salat/slametan riyaya, selasa–Jemuwah maca wirid/pamong rasa; nindakake gawe bebrayan (bebersih kampung, nandur, adus tetanduran): omah tentrem, sengkolo tatah.

> Pangèling: petungan iku pangasring rasa, dudu nasib mutlak. Rasa sih–tepa–teges–gotong royong sing ndadekaké kulawarga “mubeng lan mantep”.


---


6) Laku Pangruwatan Dal (Nyuda Geger, Nambah Ayem)

1. Slametan Dal (kecil, resik, ora mubadzir): bubur abang–putih, tumpeng alit, kembang telon, banyu bening—donga pangruwatan.

2. Pangapuraning sedulur: ngluwari ikatan ala—nyuwun pangapura marang tiyang sepuh, tanggi, kanca kerja—iki ngenthengi Dal.

3. Pangupajiwa welas asih: sedekah, nandur wit, ngresiki sumber banyu—“nrima ing pandum” nanging tetep nyambut gawe.

4. Poso & semedi: minimal sapisan saben wulan; nuju Dal becik nindakake mutih (1–3 dina) utawa ngurangi gadget (poso gaweyan digital) supaya rasa bening.

5. Tirakat Sura (yen nyangga): langkung sae diisi ngèlingi asal–usul tinimbang pesta: maca sejarah kulawarga, ngoyak ngelmu, maca serat/pitutur.


---


7) Ringkesan Praktis (Supaya Gampil Dieling)

Agustus 2025 s/d Juni 2026: isih Taun Dal.

Dal = owah-owahan: pamaréntahan gingsir, rakyat diuji, alam maringi sasmita.

Pantangan Dal: aja pamer, aja mubadzir, aja sembrana; luwihna tirakat & sedekah.

Nikah ing Dal: ora dilarang, nanging tata: endhani Sura, pertimbangna sasi ayem (Mulud/Ruwah/Besar), priksa neptu (Pegat/Padu/Sujanan kudu ruwat cilik + sedekah + pangestu sepuh).

Kunci Dal: andhap-asor, eling, nrima, lan tetulung—iku sing ngowahi geger dadi rahayu.


---


8) Pungkasan (Tembang Rasa)

“Dal punika pralampita; sing gumedhé dipirid, sing sabar dipundhuwuraké. Aja gemeter déning kabar, nanging gemeterna atimu déning eling marang Pangeran. Yen manah resik lan raga tumemen, Dal mung dalan—dudu tembok. Muga owah-owahan ndadèkaké kita luwih waskitha, luwih welas, lan luwih manunggal.”




Sunday, August 3, 2025

Kyai Gentayu Kuda Perang Pangeran Diponegoro

 Kyai Gentayu Kuda Perang Pangeran Diponegoro 




Kuda Perang Pangeran Diponegoro adalah kuda hitam kesayangan Pangeran Diponegoro, seorang pahlawan nasional Indonesia yang memimpin Perang Jawa. Kuda ini memiliki ciri khas berupa warna putih pada ujung keempat kakinya. Kyai Gentayu tidak hanya dikenal karena kekuatannya, tetapi juga kesetiaannya dalam menemani Pangeran Diponegoro dalam perjuangan melawan penjajah Belanda. 


Kyai Gentayu sering digambarkan dalam berbagai karya seni, seperti lukisan, relief, dan patung, yang menggambarkan Pangeran Diponegoro. Dalam lukisan, Kyai Gentayu sering terlihat dengan kaki depan terangkat, seolah menendang ke udara, sementara jubah dan surban Pangeran Diponegoro berkibar tertiup angin. 


Kisah heroik Kyai Gentayu juga ditampilkan dalam pementasan wayang kulit, seperti lakon "Kyai Gentayu Manggala Wira". Dalam lakon tersebut, diceritakan bagaimana Kyai Gentayu rela berkorban demi Pangeran Diponegoro, bahkan sampai gugur dalam pertempuran. 


Kisah Kyai Gentayu memberikan pelajaran tentang kesetiaan, keberanian, dan pengorbanan, serta bagaimana hubungan batin yang kuat dapat terjalin antara manusia dan hewan. 




Disclaimer : gambar hanya ilustrasi. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan deskripsi dan mohon untuk dikoreksi




Sunday, July 27, 2025

Kalender Jawa mPu Hubayun

 Kalender Jawa mPu Hubayun




Artikel ini adalah ringkasan super singkat dari buku buku karya santosaba yang membongkar "Fakta Sejarah" Nusantara yang di "Sembunyikan". Jadi akan sia sia saja jika "Dipadankan" dengan sumber sumber "Mainstream" yang kini ada ...karena catatan sejarah kita telah di "Kamuflase" juga di "Seragamkan" bahwa kita  adalah bangsa "Lemah". Pengimpor budaya lain, semua terpublikasi dari india juga tidak mempunyai catatan sejarah pernah "Ber Jaya" di masa lalu, sebelum tahun 78 Masehi


Sudah waktunya "Ilmu Pengetahuan" saat ini "Merevisi" catatan sejarah,Mengklarifikasi terhadap catatan masa lalunya yang di tulis atas kepentingan "Subjektif" suatu bangsa terhadap bangsa lain..yang faktanya ingin menguasai nya..."Hilangkan sejarahnya lalu kuasai"...ini fakta nya


Hal yang "Terburuk" dalam pencatatan masa lalu leluhur kita adalah : Penghitungan awal angka tahun "Saka" di seluruh prasasti yang di hitung mulai tahun 78 Masehi....sehingga "Hilang" semua fakta nyata sejarah nenek moyang kita sebelum tahun itu


Kalender Jawa diciptakan oleh "mPu Hubayun", dibuat berdasarkan ‘Sangkan Paraning Bawana‘, asal usul isi semesta pada tahun 911 SM mengikuti peredaran matahari, Tahun 1625 ,Sultan Agung atas dasar kesinambungan,aneh nya mengeluarkan dekrit  tahun 1547 Çaka diteruskan menjadi tahun 1547 Jawa,Beliau memakai kalender Saka india 1547+78 = Tahun 1.625 Masehi, Jika di hitung berdasar awal tahun  Jawa "mPu Hubayun" 911 SM (1547 - 911 + 1) Seharus nya 635 Masehi


Sumber lain tentang, Kalender Saka yang di pakai saat ini, berawal pada tahun 78 M juga disebut sebagai penanggalan Saliwahana/Sâlivâhana, Kalender śaka berdasar pada perputaran matahari dan berasal dari kelahiran śālivāhana,Ini dimulai pada tanggal 1 vaiśākha 3179 dari kaliyuga, atau pada hari Senin 14 Maret 78 M 


Viracharita (abad ke-12 M) menyebut Shalivahana sebagai saingan raja Vikramaditya dari Ujjain. Menurutnya, Shalivahana mengalahkan dan membunuh Vikramaditya, dan kemudian memerintah dari Pratishthana. Shudraka adalah rekan dekat Shalivahana dan putranya Shakti Kumara. Kemudian, Shudraka bersekutu dengan penerus Vikramaditya dan mengalahkan Shakti Kumara,Legenda ini penuh dengan cerita "Mitologis"


Era Śaka yang populer adalah digunakan pada penanggalan prasasti kuno abad pertengahan dan sastra di India,Nepal, Burma, Camobdia, dan Jawa (Indonesia). Secara umum diyakini bahwa era Śaka dimulai pada 78 M,Studi kritis dan komprehensif referensi epigrafi dan sastra dari era Śaka tampaknya membawa kita pada kesimpulan bahwa era Śaka dan era Śakānta tidak identik


Zaman era Śaka dimulai pada 583 SM sedangkan zaman era Śakānta dimulai pada 78 M. Sejarah kronologis India kuno telah diajukan sejak 661 tahun karena dua zaman yang berbeda ini secara keliru dianggap identik,Sejatinya Saliwahana,adalah Raja dari India bagian selatan,yang di kalahkan oleh kaum "Çaka" dan tahun yg di gunakan adalah tahun yang di pakai bangsa kaum "Pemenang",Di mulai saat di "Taklukan" nya thn 78 M


Tony Joseph penulis buku Early Indians: The Story of Our Ancestors and Where We Came From, diterbitkan oleh Juggernaut....menulis :


Bahwa Arya bukanlah penghuni pertama India dan peradaban Harappa "Dravida" ada jauh sebelum kedatangan mereka,Ini berarti bahwa bangsa Arya atau budaya Veda bukanlah sumber tunggal peradaban di India dan sumbernya yang paling awal  berasal dari tempat lain,Mereka telah berkampanye untuk mengubah kurikulum sekolah dan menghapus setiap kata yg menyebutkan "imigrasi Arya" dari buku sejarah india,Studi genetik lain telah membuktikan bahwa ada banyak bangsa yang migrasi ke India,berasal dari Asia Tenggara di perkuat oleh banyaknya penutur bahasa Austro-Asia ....ini yang ditulis Tony Joseph


Çaka adalah kaum leluhur Nusantara,tertulis pada relief dasar Vhwãnã Çakã Phãlã/Borobudur dengan teks literasi kata  Māhéçãkyã ,Bangsa Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Saka,Aryān yg Agung,Kaum "Çaka" adalah leluhur bangsa Nusantara,sudah ada lebih dahulu jauh dari 78 M dari saat menaklukan Raja india,yaitu setelah tahun 2000 SM,datang imigran (Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Arya) ,Mereka membawa bahasa Sansekerta awal atau dasar dari Sanskret


Berbagai praktik budaya baru seperti ritual pengorbanan yang semuanya membentuk dasar budaya "Hindu/Veda" awal,dasar nya adalah Ajaran leluhur kita "Dharma"  terekam pada literasi kata Kųsãlädhãrmãbæjănā di figura relief


Di Sangharamā Mahæ Thupa Vhwãnã Çakã Phãlã kini terpublikasi menjadi "Borobudur",ada 160 panel relief di dasar nya yang tidak di "Expose",ada 12 kata "Şvãrggã" tertera di figura relief dasar bukan tertulis kata "Nirvana" dan literasi teks kata yang lainnya

.......Mãhéçãkhya....yang jika di ungkap maka kita akan faham siapa sebenar nya leluhur kita ....


● Mãhéçãkhya (Pigura Panil 43 )

Kata "Mahe" berarti besar atau bangsa yang besar dan kata "SAkya" adalah Kaum Çaka Nusantara,Maheshakhya adalah salah satu kata yang terserap ke bahasa Sansekerta yang juga digunakan dalam kitab - kitab seperti Upanishad ,Veda


Transliterasi yang berbeda yang membuktikan bahasa dalam teks di relief bukan Sansekerta,Tapi bahasa ini yang mendasari Sansekerta,sehingga di mungkinkan ada kemiripan,Bangsa jerman mengambil symbol "Su Astika" dari bangsa yang lebih maju di masa terdahulu,Bangsa itu adalah leluhur Nusantara


Dalam kamus,Petersburg Dictionary "Otto Böhtlingk dan Rudolph Roth, 1879-1889 & Saint Petersburg Great St Dictionary 1855-1875, disebut : Maheshakhya,Mahendranagari,Mahendrayajin,Maheshabandhu,Kata-kata mirip nya adalah:Maheshakhya,Maheshvarasiddhanta,Mahibhrit,Mahidhra,Maheshakhya,Mahahava,Mahavanij,Maheshudhi


Harvard-Kyoto transliterasi "maheçãkhya" menjadi "mahezAkhya" di Velthuis kata Transkripsi "mahe" mendapat imbuhan "saakhya ", versi Itrans modern adalah " maheshAkhya ", "maheSAKya", dalam font IPA"məɦeːɕɑːkʱjə


Maheshakhya versi Devanagari adalah महेशाख्य ditulis dalam IAST transliterasi dengan tanda diakritik kata ini ditulis "maheśākhya" berarti : Seorang pria besar gagah agung,dalam kata Sanskerta dengan terjemahan menjadi seorang pria yang "Agung Mulia"


Kata-kata yang memiliki makna yang mirip dengan Maheshakhya, baik dari bahasa Sanskerta atau dari bahasa Jerman berarti seorang bangsawan pria yang agung,Pria agung bijaksana itu adalah pemimpin bangsa pada peradaban maju Nusantara Indonesia terdahulu Kaum Çaka...di buktikan dengan ratusan "Prasasti" ber angka tahun "Saka"


Bangsa Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Saka,Aryān yang Agung adalah leluhur bangsa Nusantara sub ras ke 4 yang berasal dari bangsa "Jawi " bangsa yg menurun kan kaum Çaka yaitu :

1.Jawi (Bukan suku )

2.Madayu

3.Cambyses

4.Scythia,Sakkas,Çaka,Aryān


Çaka adalah kaum leluhur Nusantara,tertulis pada relief dasar Vhwãnã Çakã Phãlã dengan teks literasi kata Māhéçãkyã ,Bangsa Çãkyã/Şàkyà/Schytia/Saka,Aryān yang Agung,Kaum "Çaka" menggunakan penanggalan lebih dahulu jauh dari 78 M dari saat menaklukan Raja india.....



Catatan : 

Diantara buku buku karya Santosaba diskusikan di DAV College (Aff. Punjab University) Sector 10,Chandigarh, Punjab India